[15] Pro

338 42 6
                                    

Setelah menarik paksa Sandara yang keukeuh ingin bertemu dengan Yunha. Sekarang mereka ada di tempat makan ini. Sandara dari tadi hanya diam, begitupula dengan Jiyong. Bahkan setelah makanan mereka habis dan membayar bill, mereka belum bicara juga dari tadi.

"Noona," panggil Jiyong pelan. Sandara menatap mata Jiyong dalam.

"Gue nggak suka kaya tadi. Lo itu juga business woman, lo itu pro. Gue tadi kerja sebagai seorang CEO. Distro gue itu nggak besar. Gue nggak bisa nyuruh si Jennie ataupun si Jisoo untuk ngomong sama patner gue dalam bisnis," kata Jiyong pelan namun tegas.

"Ya, tapi si Giant Pink itu nggak kaya patner bisnis, Yong!" kata Sandara. Jiyong meremat serbet ditangannya untuk meredakan emosinya.

"Kenapa?! Karena bajunya? Sandara, gue itu bukan pengusaha kantoran. Nggak setiap orang yang dateng ke kantor gue pakai blouse atau rok span. Kalau lo nggak ngerti lagi, gue nggak tau gimana harus jelasin ke lo," katanya sebelum beranjak.

Sandara mengikuti Jiyong dari belakang. "Oke. Aku paham sama kondisi kamu. Maafin aku yang suka seenaknya sendiri. Nggak tanya- tanya dulu sama kamu," katanya didalam mobil.

"Jiyong, aku juga nggak ngerti kalau kalian itu baru rapat. Soalnya karyawan kamu juga nggak bilang apa- apa sama aku."

Jiyong masih diam.

"Jiyong, aku cariin model pengganti aja, ya?"

Jiyong menghembuskan napas lelah lalu menatap Sandara, "Udahlah. Gue maunya cuma sama Giant Pink. Habis ini tolong jangan dateng lagi ke distro."

"Tapi, kan, niat aku baik."

"Terimakasih karena sudah berniat baik untuk menghancurkan kontrak saya dengan Giant Pink. Saya sangat menghargai usaha anda, Nyonya Park," kata Jiyong dengan sopan. Namun, tersimpan racun yang sudah menusuk hati Sandara di balik kata- katanya.

Sandara setelah itu hanya diam sepanjang perjalanan itu. Jiyong juga tidak menghidupkan radio, berharap agar Sandara mau merenungkan perbuatannya.

....

Sandara menyenderkan pungungnya ke pintu apartementnya. Dia terlalu malas untuk berjalan ke kamar. Di pikirannya sekarang adalah mengapa Jiyong begitu marah padanya? Padahal sangat banyak artis yang bisa diajak bekerja sama.

Apa Jiyong sangat menyukai Giant Pink? Apa dia yang kelewatan? Ataukan ini cuma alasan supaya Jiyong bisa membatalkan perjodohan mereka?

Air matanya menetes. Seumur- umur dia belum pernah menangis karena seorang pria, kecuali ayahnya. Mungkin dia sudah jatuh terlalu jauh untuk Jiyong. Pelan- pelan dia tertidur bersandar pada pintu dengan air mata yang masih menetes.

Tenang! Tenang! Saya bisa jelaskan! Wkwkwk. Jadi, sebenernya ini adalah fanfic, karakter disini adalah pemikiran dari author. Sandara disini adalah Sandaranya author. Oke? Jadi Sandara disini digambarkan dengan karakter seperti ini, soalnya aku mau mengubah mindset kalian kalau seorang tokoh utama selalu benar, lemah lembut, dll. Sandara disini punya karakter yang bener bener cewek. Nggak semua cewek lemah lembut, kan? Jadi, aku mau kalian bersabar untuk menunggu part klimaks, nikmati saja apa yang author sajikan sekarang karena itu merupakan jalan dari sebuah cerita.

Oh, aku juga mau bilang. Mbak Dewi Khofifah, kamu saudaranya Doyoung NCT, ya? Mukamu sebelas duabelas mbak. Serius 😂. Dirimu penyemangat hari hariku 😂.

Oke! Saranghaeyo readernim 💖

Effortless ✘ DaragonWhere stories live. Discover now