[14] Bloody Meeting

338 40 8
                                    

Sudah seminggu ini kepulangannya ke Korea, dia belum bertemu dengan Jiyong sama sekali. Selain Jiyong sangat sibuk, dia juga sibuk mengurusi pembukaan anak perusahaannya. Karena itu, sekarang dia menyempatkan waktu untuk bertemu dengan Jiyong.

Berbekal informasi dari website resmi Peaceminusone, dia sekarang sedang ada di tempat parkir distro tersebut. Matanya menangkap pergerakan para karyawan Jiyong tapi matanya tidak menemukan eksistensi dari calon suaminya.

Sandara mengambil tas Guccinya lalu berjalan dengan anggun ke dalam distro.

"Selamat pagi, Nyonya," Jennie menyapa begitu Sandara masuk ke distro. Sandara melepaskan kacamata hitamnya yang setara dengan harga makan siang selama setahun seorang pelajar SMA.

"Jiyongnya ada?" katanya anggun. Tapi dimata Jennie itu terkesan angkuh. "Oh, ibu Dara?" tanya Jennie. Sandara mengangguk. "Mau saya panggilkan?" tawar Jennie manis, profesional walaupun kesal.

"No, no, no, no! Antar saya saja," katanya lalu memakai kembali kacamata hitamnya.

Jennie berkomat-kamit dalam hati supaya tidak terjadi perang ditempat kerjanya ini. Karyawan yang lain pun hanya bisa menatap iba pada ruang CEOnya itu yang mungkin sebentar lagi porak- poranda.

Tok tok tok.

"Masuk aja, Jen. Biasanya juga langsung masuk!" kata Jiyong dari dalam. Jennie menarik napas dulu sebelum membuka pintu.

"Pak Jiyong, ini Bu San--"

"Hai, kalian!" sapa Sandara santai kepada dua orang yang ada di ruangan itu. "Ganggu nggak?" katanya sembari berjalan lalu duduk di sofa sebelah Jiyong, yang artinya berhadapan langsung dengan wanita di depan Jiyong ini.

Jennie menggumamkan kata 'Fighting!' kepada Bosnya sebelum dia menutup pintunya. Jiyong mengumpati Jennie dan karyawannya yang tidak mengabarinya kalau Sandara datang.

"Lo mau minum apa?" tanya Jiyong kepada Sandara.

"Nggak. Oh, kamu siapa?" tanya Sandara kepada gadis yang didepan Jiyong. "Gue Giant Pink. Lo?" Sandara agaknya terkejut dengan suara wanita didepannya ini. Ini tipe ideal seorang Jiyong, Sandara jadi agak khawatir. Tapi, bukan Sandara namanya kalau tidak percaya diri.

"Aku Sandara Park," katanya manis. "Calon istrinya Jiyong," tambahnya kemudian. Yunha melebarkan matanya, sedangkan Jiyong sudah tersedak ludahnya sendiri.

Dia harus mengamankan Yunha dan Sandara dari perang berdarah yang akan terjadi setelahnya. "Sandara, lo bisa nunggu diluar nggak? Ini urusan pekerjaan gue," usir Jiyong pelan. Sandara menggeleng, "Kamu, kan, calon suaminya aku. Masa kerjaan kamu aku nggak boleh tau?"

Yunha mendengus pelan lalu berkata, "Masalahnya, saya disini. Saya merasa keberatan. Ini juga perkerjaan saya, bukan hanya pekerjaan Pak Jiyong."

Sandara sudah akan membalas, tapi Jiyong memanggil Jisoo melalui intercom. "Jis, lo tolong bookingin tempat buat lunch di Hanazono. Bentar lagi gue sama Sandara mau kesana."

"Oke, Pak. Siap laksanakan!" kata Jisoo lewat intercom.

Sandara mau tidak mau menunggu Jiyong di ruang tunggu tamu, daripada dia dan Jiyong bertengkar di depan Yunha dan membuat dirinya sendiri malu.

Makasih untuk kalian yang sudah votes dan comments! Kalian moodboosterku 😍. Ini buat yang kangen daragon moment 😚. See you!

Effortless ✘ Daragonحيث تعيش القصص. اكتشف الآن