[20] Aku Mau Menikah

496 41 0
                                    

Jiyong mengetukkan penanya pada meja. Ini sudah dua jam setelah makan siang, tapi kenapa Yunha belum datang juga?

Cklek. Pintu dibuka, siapa lagi pelakunya selain si Top, karyawan paling kurang ajar hanya karena dia lebih tua setahun daripada Jiyong.

"Apa, sih, bang?" tanya Jiyong ketus. "Yee! Ini gue punya informasi peting. Urgent. Urgent, Yong. Urgent!" kata Top heboh. Jiyong jadi kesal lama- lama dengannya, "Ya, kalau udah tau itu informasi penting, harusnya langsung dikasih tau, lah, bang! Apaan lagi? MU menang lawan Chelsea?"

"Enak aja! Chelsea nggak level, ya, sama situ!" Top tidak terima. "Mana ada! Gue tanya si Seungri, ya, ini! Nanti kalau pertandingan terakhir MU yang menang berarti abang traktir satu distro!"

"Lo nggak nonton pertandingan terakhir, Yong? Situ hidup di jaman prasejarah?" Top mengejek Jiyong.

"HEH, BANG TIOPI LAMA BANGET NGANTERIN YUNHA EONNIE! SITU ARISAN DULU, YA?!" Lisa yang kerepotan dari tadi, akhirnya meneriaki Top.

Jiyong langsung terlonjak dari tempat duduknya. Kenapa Lisa bawa- bawa nama Yunha?

"Yunha udah dateng, ya?! Setan banget, sih, lo! Pakai kompor kompor MU sama Chelsea segala!" kata Jiyong memarahi Top. "Enak aja! Lo yang pertama kali bahas soccer!" Top membela diri.

"Ya udah! Minggir gitu, kek! Ini jalannya keblokir sama your body yang so sexy!" Jiyong mendorong tubuh Top yang menghalangi pintu. Top tetap tidak mau bergerak dari tempatnya, dia justru merangkul Jiyong dan membisikkan sesuatu padanya, "Apapun yang terjadi nanti, seburuk apapun itu, jangan pernah menyerah. Lo udah gue anggep adek gue sendiri. Lo bukan pengecut, kan? Seburuk apapun yang terjadi nanti, life goes on."

Setelah itu, Top menepuk punggung Jiyong pelan dan menyingkir dari pintu. Yunha tersenyum saat mata mereka bertemu.

Seperti biasa, Yunha duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Jiyong di sofa tamu. "Apa yang mau kamu omongin sama aku?" tanya Jiyong to the point. Yunha tersenyum lalu mengulurkan sebuah undangan yang disimpannya di balik tas.

"Jiyong, aku mau menikah."

Respon pertama yang diberikan Jiyong adalah diam. Mencerna baik- baik empat kata yang keluar dari mulut Yunha. Lalu, tiba- tiba pikirannya kosong. Seperti isi otaknya terbang begitu saja tertiup angin.

"Wait. Lo mau nikah sama siapa?" tanya Jiyong masih setengah sadar. "Ya, sama calon suami aku. Makanya, undanganya dibaca dulu baru tanya."

Jiyong mengambil undangan bernuansa black dan pink itu. Setelah membacanya, dia tertawa bodoh. Jadi, orang yang selama ini dia perjuangkan mati- matian sudah memiliki calon suami?

"Kamu kenapa nggak pernah bilang sama aku kalau kamu sudah punya calon suami?" tanya Jiyong lirih. Yunha merasa tidak enak pada Jiyong karena dia terkesan memberikan harapan palsu.

"Aku juga baru tau kalau aku sudah dijodohkan sama Minho. Aku juga baru terima undangannya kemarin sore," jelas Yunha.

"Terus kamu terima begitu aja? Aku itu siapa di matamu?" tanya Jiyong emosi. "Kamu nggak pernah memperjelas hubungan kita! Toh, kamu juga sudah punya Sandara! Buat apa kita bersama?!" tanya Yunha tak kalah keras.

"Aku sudah putus sama Sandara. Untuk kamu," kata Jiyong pelan, namun masih bisa Yuhna dengar. "Itu keputusanmu. Nggak ada sangkut pautnya sama aku. Aku sudah mau menikah. Aku turut menyesal tentang keputusanmu ninggalin orang sebaik Sandara, tapi aku nggak bisa jadi pacarmu karena aku sudah mau menikah."

Yunha berdiri lalu berpamitan pada Jiyong, "Sudah, ya. Aku hari ini ada fitting baju pengantin." Lalu dia keluar dari ruangan meninggalkan Jiyong yang masih setengah sadar.

Setelah kepergian Yunha dari ruangan, para karyawan pelan- pelan masuk ke dalam ruangan Jiyong. Jisoo mengelus punggung Jiyong pelan. "Bos, pulang ke rumahnya eomma, ya?"

Jiyong masih diam saja. Seungri memegang pundak Jiyong, "Sesakit apapun itu, bang. Lo nggak boleh menyesal karena itu semua keputusan yang udah lo buat sendiri."

"Gimana gue nggak menyesal? Gue udah ninggalin semuanya di belakang," kata Jiyong lirih. Lisa dan karyawan lainnya hanya bisa menatap kasihan pada bos mereka itu.

Aku anak IPS. Disini, kami diajarkan untuk mempelajari sejarah. Artinya, kami diminta untuk mengingat masa lalu, bukan untuk melupakannya 😌. I lobeu IPSEU 💖

Effortless ✘ DaragonWhere stories live. Discover now