[18] Effortless

383 48 3
                                    

Sandara menepikan mobilnya di depan restoran sushi saat eommanya Jiyong menelepon. Keningnnya berkerut samar, sejak perjodohan diputuskan, baru beberapa kali eomma Jiyong meneleponnya. Itupun karena menanyakan kabar ibunya, ataupun seleranya. 'Mungkin tentang baju pengantin,' batinnya.

"Yeoboseo?" Sandara mengangakat teleponnya dengan semangat. Terdengar isakan dibalik telepon, feeling Sandara mulai tidak baik. "Eomma gwaenchana?" Sandara takut calon ibu mertuanya itu dalam masalah.

"Jiyong... Jiyong keluar, San," kata eomma dari seberang telepon. Sandara masih bingung, entah maksudnya Jiyong keluar darimana. "Keluar dari mana, eomma? Coba pelan- pelan," Sandara menenangkan ibu mertuanya itu.

"Jiyong keluar dari rumah, dia sekarang tinggal di apartemen. Tolong eomma, San. Tolong bujuk Jiyong supaya mau pulang kerumah," eomma semakin histeris di akhir. Terdengar suara appa yang juga menenangkannya.

Sandara blank. Antara harus marah dan kecewa dengan Jiyong. Mana ada pria yang kabur dari rumah untuk menolak perjodohan?!

Sandara langsung menghidupkan mobilnya dan berpacu di jalanan dengan kecepatan 120 km/ jam.

♕♕♕

Dok! Dok! Dok!

"Jiyong, open the door!" Sandara memukul pintu rumah Jiyong dengan brutal, tidak peduli dengan tetangga yang mungkin merasa terganggu.

Brak!

"What you want, Bitch?!" Jiyong membuka pintu dengan keras hingga Sandara hampir terjungkal kedepan. " Jaga mulutmu, ya! Kamu nggak sopan!" Sandara meneriaki Jiyong. Tetangga kamar Jiyong membuka pintunya dengan wajah yang kesal. Setelah mengucapkan maaf, Jiyong menarik Sandara masuk ke dalam rumah.

"Lo kenapa, sih, kesini malem- malem?" kata Jiyong dengan tenang setelah mereka duduk di sofa. Sandara dengan lirih menjawab, "Kamu pulang ke rumah, Yong. Ayo kita bicara baik- baik dirumah sama keluarga kamu juga sama keluarga aku. Jangan menghindari masalah kaya anak kecil begini."

Jiyong tertawa hambar. "Lo nggak dijelasin sama eomma kenapa gue pergi? Ngerti nggak? Gue pergi bukan karena lo, ataupun perjodohan ini. Gue pergi karena udah nggak ada tempat di rumah itu lagi buat gue. Nggak ada kasih sayang yang tulus dari appa dan eomma. Bahkan, dia ngerelain anaknya untuk sebuah perjodohan demi janjinya sama sahabat."

Sandara hanya diam. Lalu, Jiyong melanjutkan, "Dia bahkan ngelarang gue untuk ngelanjutin bisnis usaha yang gue rintis dari nol. Dia minta gue ninggalin Peaceminusone karena gue mau menikah sama lo."

"Terus kenapa kamu nggak nolak, Yong?" tanya Sandara lemah. "Karena gue tau maksud eomma. Dia minta gue berhenti karena dia takut bikin elo malu karena punya suami seorang pengusaha kecil," Jiyong menjawab dengan sendu.

"Tapi, kan, kamu bukan pengusaha kecil, Yong! Appamu punya perusahaan yang besar--"

"Itu namanya perusahaannya appa, bukan punya gue." Lalu Jiyong berjalan ke jendela dan membuka tirai. "Dari kecil gue pingin banget jadi seorang yang mandiri. Jalan di jalannya sendiri, bukan dijalan yang dibuat sama appa dan eomma. Dan gue butuh orang yang mau di ajak berjuang bareng sama gue."

Sandra menyela, "Kamu belum kenal siapa aku. Darimana kamu tau kalau aku nggak mau diajak berjuang bareng?!"

"Walaupun elo mau diajak berjuang bareng, emangnya eomma gue ngebolehin? Yakin appa lo nggak masalah? Orang semacam Yunha itu terbiasa hidup susah sendiri walaupun dia anak dari pengusaha minyak, dia beda sama lo yang dari lahir sudah terbiasa sama materi yang berlimpah," Jiyong menatap remeh Sandara.

Tenggorokan Sandara tercekat, sekarang dia tahu mengapa Jiyong mati- matian tidak mau dijodohkan dengan Sandara.

"Yong, aku bukan orang yang effortless. Aku sampai diposisi ini juga dengan usaha. Mungkin menurutmu, aku adalah orang yang effortless karena aku berkelimpahan materi dari kecil. Tapi, sebenernya yang efforless itu kamu. Orang yang bahkan nggak memperjuangkan mimpi dan hasil usahanya disaat cobaan datang," kata Sandara tegas. Dia mengambil tasnya dan memakai sepatunya.

"Maaf aku menghalangi mimpimu, Yong. Silahkan cari perempuan yang menurutmu mau diajak berjuang. Tapi seharusnya kamu nggak menyalahkan keadaan. Kita selesai di sini saja. Aku pergi," kata Sandara sebelum keluar dari apartement Jiyong.

Dan malam itu adalah malam dimana Jiyong pertama kali merasakan cambukan dihatinya karena perkataan seorang wanita. 

Everybody, ini yang kalian tunggu. Kebangkitan dari dark Sandara. Yawla bahasa gue 😂. See you later! Thank you 💋

Effortless ✘ DaragonWhere stories live. Discover now