14

2.1K 375 21
                                    

"jadi kalian ngapain di klinik gua?"

Kini June dan Rose sedang disidang oleh Dike si kucing karena ketahuan sedang berpelukan di atas ranjang, June menatap Chan tajam sedangkan Rose menatap begitu tajam ke arah June. Si landak June lebih merinding disidang oleh Dike daripada oleh kakaknya Rose.

Si kucing ini memang sudah dikenal sebagai servanm yang menjunjung tinggi budaya dan menolak keras dampak buruk globalisasi.

"ini klinik ya bukan love hotel!" busettt, si kucing kalau sudah marah seram juga

June malah komat-kamit menirukan dike, dasar tak tahu diuntung, sudah diobati malah bikin kesel setengah mati. Merinding tapi masih saja sok berani.

"eh, btw dik, kok lu bisa punya klinik gini sih?" tanya Biai untuk meredam suasana

"emang kalian? hidupnya buat seneng-seneng doang"

Para Servanm terdiam, sepertinya Dike sudah sampai ditingkat tertinggi emosinya. Kata-katanya semakin pedas.

"sorry lah, dia nangis tadi" kata June akhirnya jujur, dike pasti tak tega bila melihat ada cewek menangis

Rose sebenarnya mau protes, dia tak ingin orang lain memandangnya lemah, tapi setelah melihat perubahan raut muka dike dia jadi diam saja dan menunduk.

Dike menoleh kearah rose, memang benar cewek itu tadi terlihat begitu khawatir ketika June pingsan. Dia menghela napas, sudahlah, biarkan masalah kali ini berlalu.

"Rose, gua juga mau itu dong" kata June pada Rose ketika melihat teman-teman servanmnya bermain dengan benda tipis yang terlihat begitu canggih dimatanya. Saat ini mereka sedang berada di rumah Dike, yaitu tepat di lantai dua kliniknya.

"nggak. Mahal" jawab rose singkat

Enak saja June minta dibelikan ponsel, memang Rose berpenghasilan dari mana? Saat ini dia masih kuliah, endorse saja hanya kadang-kadang, rose kan bukan awkarin. Uang dari Chanyeol juga harusnya ditabung bukan digunakan begitu saja

"pelit banget sih, temen-temen gua kan dah punya semua, masa gua enggak?" June merengut, teman-temannya sedang main warewolf tapi dia hanya bisa melihat

"makanya kerja dong" itu jawaban Dike

"oke gini deh, gua beliin hp, tapi—"

"tapi apa?" jelas sekali June begitu semangat

"lu harus jadi sopir gua" jawab Rose masih fokus pada novel yang dia baca

"kan gua gabisa nyet—" Rose menutup mulut June dengan tangannya, teriakan June benar-benar mengganggu pendengaran

"iya ntar gua ajarin!"





***



"Juneeee!!!! Pelan-pelan!!!" teriak Rose ketika June dengan semangatnya menginjak pedal gas, padahal baru mendapat penjelasan singkat dari Rose

"wowww! Rose! Seruu!" June malah berteriak kegirangan begitu mobil yang dikendalikannya melesat dengan cepat

"Jun! Plis, jangan ke jalan raya! Juneee!"

Jantung Rose berdetak kencang, June sudah seperti orang gila. Hampir saja mereka berdua menabrak seorang anak kecil dengan sepeda roda tiga. Dan sekarang June menuju jalan raya. Rose menyesal! Harusnya dia mulai mengajari June dengan sepeda anak kecil tadi. Rose menutup wajahnya dengan tangan, dia tak sanggup melihat hal seperti ini.

Dua-tiga mobil bahkan truk June salip tanpa ampun, June bahkan menerobos diantara dua mobil sehingga jaraknya begitu tipis dengan mobil mereka.

"udah, gua udah nggak ngebut" Rose akhirnya menyingkirkan tangannya dari wajah, benar, June sudah mengendalikan mobil dengan kecepatan sedang.

Hebat benar, dengan penjelasan singkatnya yang bahkan Rose juga agak tak mengerti ternyata June bisa dengan baik mengendarai mobilnya.

Beberapa menit kemudian June berhenti di sebuah supermarket yang sudah tak asing lagi, June ingat bahwa dia membeli pakaian bersama Rose di tempat itu.

"heh, ngapain kesini?" tanya Rose ketika benar-benar sadar

"kan mau beli hahpe" June tersenyum bahagia kemudian membukakan pintu untuk Rose, dasar, begini ternyata kelakuan June kalau ada maunya

Rose menghela napas, lain kali dia harus ingat untuk tidak menjanjikan sesuatu kepada June. Karena June akan menagihnya terus menerus, dia tak akan melupakan itu.

Bughh

Tiba-tiba saja June berhenti, membuat Rose yang berjalan dibelakangnya menabrak June. Ternyata June melihat sebuah toko penuh dengan handphone. Setelah itu June menggandeng tangan Rose dan berjalan dengan semangat makin menggebu menuju toko.

"Rose, gua mau yang ini" June langsung saja menunjuk sebuah handphone berwarna hitam, handphone itu mirip dengan milik biai

"silahkan dicek dulu kak" kata sang penjual


"silahkan dicek dulu kak" kata sang penjual

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"udah mbak, pokoknya yang ini. Ya Rose?" kata June, si penjaga toko melihat ke arah Rose, mukanya masam

Dengan ragu-ragu Rose menyerahkan kartunya, pintar juga June memilih handphone yang mahal. Dan sebentar lagi, dengan sekali gesekan, jutaan uangnya akan menghilang.

"terimakasih atas pembeliannya, ditunggu pembelian selanjutnya" si penjaga toko tersenyum, June mengangguk.

Rose melihat kartu atmnya dengan hampa. Walaupun bentuk kartu atmnya tetap sama, tapi isinyaa semakin menipis begitu ada June. Gesekan demi gesekan membuat hatinya teriris. Rose merasa sudah gila, dia sudah mengeluarkan jutaan untuk cowok siluman yang tak jelas asal-usulnya.







TBC


June dah punya hp nihhh wkwk, gimana ya kelakuannya ntar? Tunggu next chapter yaa :) next chapter dipublish kalau mencapai 40 vote.

Sassy Servanm; Junros | √Where stories live. Discover now