24. Biarlah Mengalir

Mulai dari awal
                                    

" Atau dia sedang sedih?"

Lagi-lagi Radit bertanya kepada Adnan tanpa cela. Terus bertanya tanpa henti dan tidak berpikir kakau Adnan akan curiga. Tapi,  untung saja Adnan tidak merasa aneh akan hal itu.

"Sebenarnya hubunganku dengan Kanaya tidak seperti hubungan suami istri?" ujar Adnan.

"Apa maksudmu kak?" Radit bingung dengan ucapan yang di lontarkan kakaknya itu.

"Sampai sekarang aku tidak bisa memberikan nafkah batin kepadanya!" ujar Adnan dengan murung.

"APAAA??"

Radit terkejut dengan penuturan kakaknya. Bagaimana bisa kakaknya melalaikan kewajibannya sebagai suami kepada Kanaya. Padahal usia pernikahan mereka sudah berjalan selama lima bulan. Bukankah itu sebuah dosa besar bagi suami yang melalaikan kewajibannya kepada istri. Bahkan Adnan adalah pria yang memahami agama dibanding dirinya yang baru belajar.

"Aku tidak bisa menyentuhnya saat di hatiku masih ada rasa untuk Zahira!" ujar Adnan.

"Sadarlah kak. Zahira itu sudah meninggalkan kakak. Dia sudah menghianati kakak," ujar Radit dengan suara yang lebih tinggi dari sebelumnya.

"Tapi itulah kenyataannya dek!" sahut Adnan.

"Dan apakah Kanaya tahu soal Zahira?" tanya Radit.

"Ya, dia tahu semuanya. Aku sudah menceritakan segalanya kepada Kanaya," ujar Adnan.

"Kak, cobalah mengerti. Zahira sudah bukan siapa-siapa kakak lagi. Dan sekarang sudah ada Kanaya di samping kakak. Kalau kakak tetap seperti ini. Itu pasti akan menyakiti hati Kanaya ," ujar Radit panjang lebar. Semakin lama Radit semakin geram dengan percakapan ini.

"Aku tahu Dek, dan apa yang kamu katakan memang benar. Kanaya memang sedih." Adnan diam sejenak.

"Aku tahu dia selalu merasa terluka, meski dia selalu menyembunyikan kesedihannya itu," lanjut Adnan.

"Kalau kakak sudah tahu hal itu, kenapa kakak tega menyakiti Kanaya kak?" tanya Radit. Dia tidak habis pikir dengan cara berpikir kakaknya itu.

"Aku tidak bermaksud menyakitinya Dek, Sungguh aku tidak bermaksud begitu!" ujar Adnan.

"Tapi kenyatannya kakak sudah menyakiti hati Kanaya terlalu jauh." Tangan Radit mulai mengepal. Sebisa mungkin ia menahan emosinya.

"Kakak tahu 'kan kalau Kanaya itu termasuk wanita yang pendiam," ujar Radit.

"Aku tahu Dek," sahut Adnan singkat.

"Sekarang, apakah masih tidak ada ruang bagi Kanaya di hati kakak ?" tanya Radit lagi. Berharap jawaban Adnan akan membuatnya sedikit lega.

"Aku tidak tahu dek, yang pasti aku sangat nyaman berada di dekatnya!" jawab Adnan.

"Ya sudahlah kak, kita lanjutin percakapan ini besok. Lagian sekarang sudah jam 11. Dan bukankah hari Kanaya pulang jam segitu!" ujar Radit. Dia tidak tahu harus berkata apa. Kalau terus di lanjutkan emosi Radit akan sulit ia kendalikan. Lagi pula sudah waktunya Kanaya pulang.

"Tunggu, tau dari mana kamu kalau Kanaya pulang jam sebelas?" tanya Adnan keheranan.

"Ya taulah kak. Kanaya kan 'kelas tiga SMA. Lagi pula dia sudah ujian dan tinggal menunggu kelulusan saja. Jadi pasti tidak ada pelajaran berarti di sekolahnya!" sahut Radit sedikit berbohong.

Adnan tidak merasa curiga karena apa yang di katakan Radit memang benar. Seluruh siswa kelas tiga SMA sudah selesai dengan semua ujian . Dan hanya menunggu hasil ujian. Karena memang beberapa hari ini Kanaya diliburkan pihak sekolah karena sudah tidak ada pelajaran.

"Oh, ya sudah dech. Aku jemput Kanaya dulu. Assalamu'alaikum."

"Waalaikumussalam."

'Astagfirullah ya Allah aku telah berkata dusta, maafkanlah hambamu ini,' batin Radit dalam hati.

Sepeninggal Adnan Radit duduk dengan tangan yang menadah wajah. Dia begitu bingung dengan keadaannya sekarang. Radit tidak mau melihat Kanaya merasa di permainin lagi. Cukup hanya dia yang permainin hati Kanya.

Radit berpikir cukup keras. Bagaimana caranya dia harua membantu Kanaya. Lagi pula Radit juga tidak mau terus-terusan bersembunyi dari masalah. Akhirnya Radit mengambil keputusan. Meski nantinya akan ada sedikit permasalahan. Dia akan menceritakan segalanya kepada kakaknya Adnan beserta seluruh keluarganya. Agar tidak ada salah paham. Selain itu agar dia bisa membantu Kanaya. Dia ingin melihat senyum Kanaya seperti waktu di perpus dulu. Kanaya tersenyum malu kepadanya.

"Aku akan kembali ke rumah dan menceritakan segalanya."

Jangan lupa votmennya.

Thank kyu.

Salam manis.
♡♡Karina♡♡


JODOH DI USIA MUDA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang