Chapter 28

3.7K 170 3
                                    

Malam ini hujan kembali mengguyur bumi, entah belahan bumi mana saja yang ditumpahkan oleh awan. Yang jelas, di rumah Alika, saat ini sedang hujan lebat. Di kamar, Alika tengah bersantai menikmati rintikkan hujan yang jatuh, sejuk rasanya menikmati itu sesambil membaca buku dengan segelas teh hangat yang menemani malamnya.

Dengan mengenakan piyama bewarna abu-abu, dan rambut yang terkuncir, ia terduduk di bangku yang berada tepat di samping jendela rumah. Dengan situasi yang tenang saat ini, tidak ada hal apapun yang harus ia pikirkan. Rumahnya memang tak sebagus rumah teman-temannya, rumah itu hanya terdapat dua kamar. Tetapi, Alika sangat menghargai itu, ia selalu menerima apapun itu, dan dalam kondisi apapun dalam keluarganya. Di rumah itu, hanya ada ia dan ibunya yang sudah tertidur pulas di kamar.

Alika mendengus napas relaks, dibalik satu persatu lembar bukunya dan membacanya dengan sangat konsentrasi. Sudah sangat lama ia tidak bisa sesantai ini, mengingat banyak perkerjaan sekolah yang selalu merusuhi ketenangannya. Hingga pada saat ketukkan pintu itu terdengar pelan namun bertubi-tubi. Alika tersadar akan suara ketukkan pintu yang terdengar samar di telinganya karena diiringi dengan rintikkan hujan.

Merasa resah dan takut, ia berdiri dari posisi duduknya dan berjalan ke luar kamarnya. Sudah jam sebelas malam, mana mungkin ada tamu yang datang di malam hari seperti ini. Walau takut, namun Alika berusaha memberanikan dirinya untuk membukakan pintu. Dengan langkah pelan, ia mendekat ke arah pintu itu. sebelum benar-benar membukanya, ia mengintip terlebih dahulu dari balik tirai jendelanya. Ia melihat gadis dengan seragam sekolah yang sudah basah kuyup dengan membawa tas dan koper.

Kali ini rasa takut itu hilang seketika, itu bukan maling ataupun hantu, dia cewek. Alika menghela napas panjang sebelum benar-benar membuka pintu itu. dengan sangat pelan, ia membuka dan berjalan selangkah keluar dari pintu itu. dilihatnya seperti seseorang yang sudah sangat tidak asing lagi baginya, ia melihat ke arah tas itu. dirinya berdiam di belakang cewek itu. dan cewek itu juga tidak mengetahui jika kini pintu itu sudah terbuka, mungkin karena dingin yang sudah menjalar ke tubuhnya, sehingga cewek itu hanya memeluk tubuhnya sendiri dengan kedua tangannya.

Alika kini sudah mengenali cewek itu, itu Nada. Nada yang kini berada di depannya, namun itu belum pasti. Alika berjalan lagi mendekat ke arah cewek itu, "Nad," desis Alika seraya menepuk pundak cewek yang membelakanginya.

Cewek itu tersentak kaget, ia berbalik saat mendapatkan tepukkan pelan itu. Seketika wajahnya tersenyum saat mengetahui siapa yang menepuk bahunya. "Alika!" seru Nada sumringah melihat cewek itu membukakan pintu untuknya.

Alika membalas senyum itu, dan memperhatikan Nada secara rinci dari pangkal rambut hingga ke ujung sepatunya, juga dengan koper yang ia bawa. Alika menaikkan alisnya bingung. Begitu juga dengan Nada yang bingung karena diperhatikan sebegitu rincinya.

"Lo mau ke mana?" tanya Alika bingung.

Nada melirik ke arah koper yang ia letakkan di lantai dan mengedikkan bahunya, mungkin karena malu mengatakannya atau justru belum siap mengatakannya. Ia takut akan menganggu keluarganya nanti.

"Yaudah, duduk dulu," Alika mempersilahkan Nada untuk duduk di kursi tamu yang berada di teras rumahnya. Mereka terduduk, Nada masih tertunduk malu. Sedangkan Alika hanya terrsenyum hangat melihatnya. "Lo sebenernya mau ke mana?"

Nada hanya mengedikkan bahunya lagi saat ditanya seperti itu. Dan dibalas senyuman dan gelengan kepala yang samar. Alika menghela napasnya dan berdiri. Nada mengangkat kepalanya saat melihat Alika berdiri. "Mau ke mana?" tanya Nada.

"Gue mau masuk, mau tidur," ucap Alika seraya melangkah menuju pintu. Namun, langkahnya dihentikkan oleh Nada. Nada meraih lengan Alika dengan lembut. Alika terhenti, bibirnya kembali tersenyum, sadar akan rencananya kini berhasil. Alika mendengus pelan dan kembali duduk.

He Is Salman [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang