HENING

3.8K 206 15
                                    

Jantung Nada berdegub kencang melewati batas normal, dirinya takut dengan tatapan Ibunya saat ini, di ruang tamu ini mereka berkumpul membahas tentang kejadian tadi di sekolah tentang perbuatan Nada. Harifah masih mengatupkan bibirnya tak percaya Nada akan mendapatkan surat itu, matanya kini menatap kosong mengarah pada Anaknya.

Nada hanya menunduk bisu menatap kedua kakinya yang bergemetar hebat, rambutnya yang belum kering karena sehabis membersihkan diri, ia dipanggil langsung oleh Harifah untuk menghadap kepadanya. Nada juga sudah tahu pasti hal ini bakal terjadi.

Hingga tiba-tiba suara pintu terbuka, membuyarkan keheningan diantara keduanya. Harifah menoleh ke pintu itu dan dilihatnya Naya baru pulang dari sekolahnya. Harifah berdiri dan langsung menghampiri. "Dari mana kamu?" tanya Harifah seraya memberikan tangannya untuk Naya bersaliman.

Setelah mencium tangan itu, Naya hanya terdiam melihat cewek terduduk di ruang tamu dengan rambut yang tergerai sedikit basah. Dirinya melemparkan tatapan bingung pada Ibunya serta menaikkan alisnya. Tetapi Harifah menyuruh Naya untuk duduk di ruang tamu. Naya terduduk dan dilihatnya Nada yang ada di sofa ruang tamu itu, dengan cepat ia berpindah duduk dan mendekat dengan tubuh Nada. Kepalanya menurun melihat Nada yang hanya diam menunduk, lalu menoleh kepada Ibunya. Dirinya semakin bingung kenapa tidak ada pembicaraan diantara keduanya.

Hingga Naya berusaha untuk memecahkan keheningan diataranya. Ia menarik dan mengeluarkan napasnya dengan kuat-kuat, bersiap untuk membuka pembicaraan. "Bu... ini sebenernya ada apa?" tanya Naya bingung.

Harifah menatap Naya dengan waktu cepat sebelum akhirnya matanya mengarah pada surat yang tergeletak di atas meja tamu. Surat yang tertutup amplop putih dan berstempel logo sekolah SMA Nasional. Naya mengikuti arah tatapan Harifah dan dilihatnya mata itu mengarah pada sebuah surat sekolah.

Naya melotot tak percaya dan kembali mengarahkan pandangannya pada Nada. Nada hanya terdiam dan membuang mukanya yang terus di tatap oleh Naya. "Ngapa?" desis Naya sangat pelan, hingga suara itu hanya dapat di dengar oleh telinga Nada. Namun Nada hanya menggertakkan kedua bahunya.

"Ibu!" pekik Naya semakin kesal karena keheningan yang terus terjadi.

Harifah mengangkat kepalanya menatap pada Naya yang tengah serius juga berbicara, namun kepalanya hanya kembali mengarah pada surat itu. Naya kembali menatap surat itu, semakin lama dirinya semakin penasaran. Hingga akhirnya Naya memberanikan dirinya untuk mengambil surat itu, dengan cepat ia mengambilnya dan membuka suratnya.

Matanya melotot tajam menatap selembar surat resmi dari sekolah Nada. Surat itu mengatakan bahwa 'Nada diskors selama dua minggu' dan matanya semakin melotot saat melihat angka kotor yang tertulis di surat itu. Angka tujuh puluh lima, kepalanya menoleh menatap Nada. "Lo diskors?" tanya Naya bingung.

Mendengar pertanyaan itu, dengan cepat Nada menjauh dari Naya. Ia menggeser posisi duduknya menjauh. Hal itu juga yang membuat Naya semakin bingung dan penasaran dibuat keduanya. Naya kini memperhatikan serius wajah Ibunya. "Bu, jelasin dong," ucap Naya, kakinya bergemetar penasaran.

Harifah menghela napasnya dan bersiap untuk berbicara menjelaskan semuanya, namun bibir itu kembali tertutup. Dirinya menyadari bahwa di ruang tamu ini belum disediakan sebuah minum. "Sebentar, Ibu buat teh dulu ya," ucap Harifah bersiap untuk berdiri.

"Bu..." Naya berhasil membatalkan niat Harifah untuk ke dapur. Kini Harifah kembali terduduk seperti semula di sofa.

Harifah kembali mengangkat kepalanya dan tersenyum hangat pada Naya yang tengah serius ingin mengetahuinya. Harifah memilih bersender sebentar di sofa. Dirinya melirik Nada yang masih mematung, hanya helaan napas saja yang terdengar darinya.

Bi Anah berada di balik tembok dapur sedang menyuci alat masak yang kotor sehabis tadi menyiapkan masakkan untuk makan malam, karena ruang tamu dan dapur memang berjarak cukup dekat. Saat Bi Anah melihat ketiga orang itu sedang berbicara serius, ia bersembunyi di balik tembok untuk mendengarkan pembicaraannya. Tapi selama ia menguping di balik tembok itu tidak ada hal-hal penting yang dibicarakan. Bi Anah hanya menggeleng kepala dan berinisiatf membuatkan mereka coffie green tea, minuman kesukaan Nada.

Naya masih terduduk di ruang tamu menunggu Ibunya membuka mulut untuk berbicara apa maksudnya keheningan ini dan surat yang ia pegang. Ia mengikuti wanita paruh baya yang berumur empat puluhan tahun untuk bersandar di sofa.

Hingga saat Bi Anah datang membawakan tiga gelas coffie green tea untuk ketiganya yang sedang serius berbicara. Seusai meletakkan minuman itu di meja, Bi Anah langsung bergegas kembali ke dapur untuk menata makan malam untuk mereka bertiga.

Naya dengan cepat menyesap minuman hangat itu dan menghela napas lega seusai meminumnya. Ia masih menunggu Ibunya berbicara padahal dirinya sudah sangat capek dan gatal di sekujur badan. Ia juga masih mengenakan seragam abu-abunya padahal baju itu sudah sangat kotor dan basah oleh keringatnya.

"Nada di skors karena berantem sama kakak kelasnya." Harifah mengucapkannya walau masih belum Naya bisa mengerti.

Naya hanya tersentak kaget mendengar perkataan itu. Dirinya masih bingung kenapa Nada masih mau berantem, padahal waktu dulu Nada berantem saja sudah tidak bisa dibayangkan betapa marah Ayahnya mendengar hal itu. Apalagi sekarang.

Naya mengernyit bingung.

"Terus dia dikasih peringatan gak boleh masuk sekolah selama dua minggu!" perjelas Harifah.

Naya sudah puas mendengar perkataan dari Ibunya, kini ia hanya butuh penjelasan penyebab dari Nada berkelahi. Ia mendekat dengan Nada, namun Nada juga ikut menghindar darinya.

Harifah berdiri. Dirinya sudah mengatakan semuanya pada Naya, dan segera menuju kamarnya yang tepat berada di samping ruang tamu. Sebelum membuka pintu kamarnya ia membalikkan badannya. "Nay cepet mandi, abis itu salat magrib. Ntar telat! Ini udah pengen jam tujuh. Abis itu makan malam." Harifah memberikan senyuman hangatnya pada Naya, namun nama Nada sama sekali tidak disebut dalam perintahnya tadi.

Nada tersentak kaget dalam tundukkan kepalanya mendengar perintah yang tak lagi menyebut namanya. Ia berdiri dari sofa itu, namun Naya menggenggam tangan Nada. Nada mendengus malas mengurusi itu, lalu melepas dengan paksa cengkraman tangan Naya. Dirinya pergi menuju tangga untuk pergi ke kamarnya.

Naya memutar bola matanya dan memperhatikan cewek itu menaiki anak demi anak tangga sebelum akhirnya benar-benar menghilang meninggalkan keheningan di ruang tamu. Naya kembali mengambil secangkir minum yang tadi dibuat oleh Bi Anah dan menyesapnya lagi sebelum ia benar-benar berdiri dan pergi ke kamar.

Suara ketukkan pintu itu terdengar di telinga Nada, namun ia hanya memilih untuk bersandar di kasurnya sesekali melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam. Ia menghela napas dan membayangi kejadian-kejadian tadi yang seharusnya perempuan tidak pernah lakukan.

Suara ketukkan dan panggilan juga terdengar di pintu kamar Naya. Naya membuka pintu itu dan dilihatnya Bi Anah yang memanggilnya untuk makan malam di bawah bersama dengan Ibunya.

Naya turun untuk mengikuti makan malam bersama, lalu melihat di meja makan ada seorang cewek yang tengah terduduk lemas di kursi itu. ia menyipitkan matanya untuk memperjelas pengelihatannya, dan dilihatnya Mita tengah terduduk di sana. Naya tersenyum lebar dan menghampirinya serta duduk di kursi meja makan. "Mita..." Naya tersenyum hangat menatap Mita.

Sejak dua hari yang lalu Naya memang belum bertemu dengan Mita yang menginap di rumah, akhirnya kali ini Naya bertemu dengan Mita yang sudah dua bulan tidak datang kerumah. Tapi kali ini Naya merasa ada yang aneh pada Mita, Mita tidak banyak bicara dan hanya terduduk lesu. Naya mengernyit heran melihat sikapnya yang berubah jadi pendiam. "Lagi sakit Mit?"

Mita hanya menggeleng dan tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Naya.

*********
Semoga suka ya.
Maaf banya typo
Di comment dan vote ya
Kasih kritik juga jika salah
Ditunggu nextnya ya
See you 😊

He Is Salman [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang