13. World of the Damned

Mulai dari awal
                                    

Aku tidak dapat membedakan mereka. Mereka berwajah sama, memiliki bahu yang agak tegap namun dengan perut yang sedikit buncit. Kumis tipis menghiasi wajah mereka yang tanpa janggut, masing-masing menggunakan kacamata. Wajah mereka seperti menunjukan umur tiga puluh atau lebih, tergolong muda untuk dikatakan ilmuwan. Tapi, tidak menutup kemungkinan bahwa mereka sedang melakukan kajian aneh mengenai embrio.

Aku melihat salah satu dari mereka, yang kusebut orang kedua karena dia berdiri di urutan kedua ketika aku menamai mereka si pertama, kedua, dan ketiga, membuka penutup salah satu ampul dengan cairan biru di dalamnya, kemudian membiarkan sebuah penyuntik menyedot cairan itu hingga terisi setengahnya.

Si orang kedua menyuntikan isi ampul tersebut ke dalam tabung yang berselimutkan plasma. Awalnya, kukira tabung itu terbuat dari kaca dan berisi cairan hijau kental sehingga cairan tersebut tak tumpah keluar. Ternyata, cairan itu lah yang membungkus ruangan kosong sehingga terlihat seperti sebuah tabung.

Aku hampir muntah lagi.

Apa yang mereka lakukan sehingga mereka bisa membuat benda yang tampak cair itu menjadi kental seperti jeli?

Lalu, apa yang ia suntikan ke dalamnya?

Secara perlahan, isi ampul itu dikeluarkan, membuat cairan biru melayang dengan bebas di dalam plasma hijau yang terlihat seperti sebuah muntahan. Cairan biru itu terpecah menjadi partikel yang semakin lama semakin mengecil, membuat mereka seolah membelah diri hingga akhirnya aku tak dapat melihat dengan jelas apa yang terjadi.

Baiklah, aku masih belum mengerti akan apa yang mereka lakukan.

Apakah mereka melakukan hal ini setiap hari?

Melakukan apa?

Baru saja aku ingin melanjutkan investigasiku, aku merasakan sebuah tusukan benda tajam pada leherku. Secara spontan, aku segera meraih leherku, mencoba menghilangkan rasa itu.

Aku terdorong ke belakang. Benda itu dicabut oleh seseorang. Aku terguling dan meraba leherku. Aku mengusapnya.

Seseorang menyuntikku dengan sesuatu.

Aku berbalik, memandang ke atas sambil mendesah pelan. Lenganku yang masih terikat pada leherku terus mengusap lubang kecil yang sengaja dibuat seseorang.

Aku dapat melihat seorang lelaki dengan jas labolatorium putih berdiri tepat di hadapanku. Perawakannya yang sama seperti ketiga orang yang sedari tadi kuperhatikan.

Mataku sedikit buram.

Aku ingin sekali bangun. Namun, baru saja berlutut, pikiranku seolah memerintahkanku untuk kembali berbaring.

Aku berusaha bertahan, aku menahan beban tubuhku pada dinding, menyandarkan bahuku sambil berusaha tetap terjaga.

Mataku semakin bersayup-sayup.

Semuanya seolah menjadi buram.

Lelaki itu berlutut, kemudian memegang daguku, membolak-balikannya ke kanan dan ke kiri di tengah kesadaranku yang mulai menghilang.

Uh, aku benar-benar ingin terjaga.

Otakku tak tahan lagi.

Mataku mulai terpejam.

Ini obat bius. Obat bius dengan reaksi yang terlalu cepat.

Aku tak dapat menahannya.

Semuanya menjadi gelap.

===

"Jadi, sebenarnya kau sedang melakukan apa?" Ayahnya kembali memasukan nasi putih itu ke dalam mulutnya, kemudian mengunyahnya. Sebenarnya, bukan kebiasaan dalam keluarganya untuk mengobrol ketika makan malam. Namun, rasa rindu yang sejak lama ditahannya pasti akan tumpah juga, kan?

3141 : The Dark Momentum [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang