Felli tersenyum keki. Itulah alasan mengapa ia ingin pulang saja. Niatnya untuk bilang terima kasih tiba-tiba sirna karena melihat wajah cowok itu. Entah mengapa, nyalinya langsung ciut begitu saja.

"Tapi, gue---"

"Udah, ayo!" Tanpa aba-aba, Mark langsung menarik tangan Felli dan membawanya menuju meja yang Farga tempati.

Felli mencoba mengontrol wajahnya yang mungkin terlihat gugup. Percayalah, ia menyesal ikut Mark ke tempat itu. Tangan Mark masih memegang tangan Felli sampai mereka berdiri di samping meja dua cowok tadi. Felli menunduk, merasa takut melihat dua cowok berstatus kakak kelas itu, yang beberapa hari yang lalu Rini jelaskan namanya. Tentu Felli ingat siapa itu. Yang pertama adalah Farga, dan satunya lagi adalah Aldo.

"Woi! Udah lama lo berdua?" Tanya Mark langsung, membuat keduanya sedikit terkejut.

"Baru aja," jawab Aldo, tapi matanya mengarah pada Felli. Mata Aldo melihat Mark dan Felli bergantian dan menyorotkan tatapan minta penjelasan.

"Oh iya! Ini Felli. Adik kelas baru di sekolah kita, sekaligus tetangga baru gue." Mark yang mengerti maksud Aldo langsung menjelaskannya. Merasa namanya disebut, Felli mengangkat pandangannya kemudian tersenyum manis.

"Halo, Kak. Saya Felli." Felli mengulurkan tangannya, bermaksud memperkenalkan diri.

Aldo tersenyum ramah. "Gue Aldo, Dek. Oh iya, nggak usah pake saya-sayaan. Nyantai aja ke kita," balas Aldo dengan sangat ramah. Felli memperlebar senyumannya, lalu mengangguk. Gadis itu lalu melirik Farga yang duduk di depan Aldo. Farga hanya sibuk dengan ponselnya seolah Mark dan Felli tidak ada disana.

"Ga, ini tetangga baru gue, namanya Felli," ucap Mark, sekali lagi memperkenalkan Felli.

"Hm."

Felli mengerutkan alisnya bingung, kemudian menatap Mark dengan tatapan penuh tanya. Mark menggaruk tengkuknya kemudian menyengir. Felli tiba-tiba teringat penjelasan Rini di sekolah tadi kalau Farga memang orang yang dingin.

"Dia emang gitu orangnya, Fel. Ayo duduk!" Ujar Mark, mengalihkan suasana.

Aldo memberi tempat di sebelahnya, dan Felli segera duduk disana. Jujur saja, Felli tidak mau duduk di samping Farga karena sikap ketus cowok itu. Ia tersenyum lagi kepada Aldo ketika mata mereka bertemu.

"Lo belum pesen makan, Do?" Tanya Mark, kembali membuka percakapan.

"Belom. Kita nungguin lo pada."

"Eh, Rudy sama Fikri emang kemana?"

"Katanya masih di jalan. Tadi mereka disuruh nganter Pak Salman ke rumahnya."

"Pak Salman? Kok bisa?"

"Ban motor Pak Salman bocor. Makanya mereka nganter ke rumahnya."

"Ban Pak Salman bocor di sekolah?"

"Katanya Fikri sih iya."

"Ulah gengan Si Eric nih pasti."

"Pastinya."

Mark menggeleng sebagai balasan. Ia beralih melihat Felli yang hanya diam menyimak obrolannya dengan Aldo. Ada rasa sedikit lucu karena wajah serius Felli.

"Kalo gitu kita pesen sekarang aja deh. Gue udah laper banget. Nanti mereka berdua nyusul," kata Mark seraya berdiri dari kursi dan melepas tas ranselnya. "Lo mau makan apa, Fel? Kalo mereka mah gue udah tahu."

Felli berpikir sebentar. Karena beberapa hari yang lalu ia makan kentang dan nasi goreng di tempat itu, jadi ia ingin makan lagi. Selain makanannya enak, ia juga malas untuk memilih makanan lain lagi. "Nasi goreng aja deh," jawab Felli, diangguki Mark.

Mark mengacungkan jempolnya, kemudian berlalu pergi, menyisakan Farga yang masih sibuk dengan ponselnya, Aldo yang sibuk dengan game diipad-nya, dan Felli yang tidak tahu harus berbuat apa karena ponselnya sedang mati. Ia meraih sebuah botol kecap di atas meja, lalu membaca tulisan apapun yang tertulis disana. Kurang kerjaan memang, tapi hanya itu yang bisa ia lakukan agar tidak terjebak suasana awkward. Kalian pasti tahu bagaimana rasanya jadi Felli sekarang.

"Lo baca apaan?" Tanya Aldo tiba-tiba. Cowok itu mematikan layar ipad-nya lalu memperhatikan Felli dari samping.

"Eh," Felli tersenyum gugup, lalu segera mengembalikan botol itu ke tempatnya semula. "Enggak ada kok, Kak, hehe," Felli terkekeh pelan.

"Betewe, lo pindahan dari mana?" Tanya Aldo lagi.

"Gue dari Bandung, Kak."

"Terus kenapa pindah ke Jakarta? Lo gak naik kelas?"

Felli tiba-tiba melotot. Sorotan matanya memancarkan kekesalan luar biasa. "Ya enggaklah, Kak!" Jawab Felli tak terima dengan suara cukup keras hingga cowok di depannya, alias Farga---yang sibuk dengan ponselnya terusik dan langsung melemparkan tatapan tak suka kepadanya.

"So-sorry, Kak." Ucap Felli, tertuju pada Farga. Cowok itu sama sekali menjawab sama sekali dan kembali fokus pada ponselnya. "Lagian lo sih, Kak. Gue tuh pindah karena Mama gue pengen gue hidup mandiri," jawab Felli atas pertanyaan Aldo. Suaranya kini mengecil hingga mendekati bisikan dan sekarang, ia mencondongkan wajahnya lebih dekat kepada Aldo agar suaranya tidak mengganggu cowok sensitif di depannya.

Percayalah, Aldo kini tertawa hingga memperlihatkan lesung pipi dan jejeran gigi rapinya yang putih bersih dan menawannya yang mampu membuat kaum hawa terkagum-kagum, termasuk Felli sekarang. Gadis itu menatap wajah tampan Aldo dengan tatapan kagum.

"Ketawa mulu lo, Kak. Entar kemasukan nyamuk gue nggak nolongin, ya. Lagian nggak ada yang ngelawak juga," kata Felli sebal.

"Lucu sih lo," balas Aldo.

"Serius? Gue emang lucu sih, Kak," ucap Felli tersipu seraya memegang kedua pipinya.

"Idih, pede banget."

"Biarin pede, yang penting lo sendiri udah bilang kalo gue lucu."

Aldo menggeleng keheranan sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Felli sedikit lega karena Aldo tipe cowok yang tidak membiarkan orang lain merasa canggung. Meski belum lama kenal, Felli sudah bisa menyimpulkan kalau Aldo adalah orang yang baik.

"EH, EH, EH, INI SIAPA? CEWEK LO, DO?!"

Sontak, ketiga orang yang duduk disana, termasuk beberapa pelanggan lain terkejut karena suara nyaring tersebut.

TBC

Aku mau memunculkan karakter Felli. Soalnya yg dulu karakternya biasa aja. Alias gak nonjol.

Jangan lupa vote! Kalo bisa, aku update lagi sebntar.

ELFARGAМесто, где живут истории. Откройте их для себя