MONOLOG HATI

1K 0 0
                                    

Aku mencintainya, kawan

Aku tergila padanya

Tapi wajahnya selalu menggelayut lembut penuh selimut

Aku takut

Dalam kuterhanyut dia malah menjadi kusut

Aku mencintainya, kawan

Tapi dia tak menolehkan muka

Wajah hatinya entah ke mana

Tiap kusapa tak pernah ada berita

Bertepuk sebelah tangan, hhh... mungkin saja ku gila

Haruskah kuurungkan saja niatku

Sepertinya dia tak bisa kumiliki

Dia semakin menjauh pergi

Meninggalkan aku untuk lelah bermimpi

Kini...

Mungkin sunyi kembali akan kuhantui

Hahaha

Dasar pemuda sinting

Harusnya kau disekat dari luapan hangat

Kau tak pantas merintihkan kata yang menggeliat

Ternyata hatimu mudah berkarat

Belum berperang kau malah sudah sekarat

Kenapa kau mencibirku, kawan..

Bukankah hatiku tak terbuat dari batu

Bukan pula lunak seperti lendir serapahmu

Tak mungkin kubertahan dalam cincin ragu

Karena ruang hatiku tak bisa menemukan lampu

Cintamu pamrih, kawan...

Kau bukan pecinta

Kau pendusta

Kau merengek meminta hatinya

Dan rasa itu terlalu cepat matang

Aku rasa kau memang pecinta karbitan...

Mungkin kata-katamu benar

Belum lama aku berkoar

Belum lama hatiku terbakar

Bersenandung layaknya halilintar

Namun...

Secepat kilat pula aku terkapar

Seberapa besar nadiku meruangi darahmu

Detak jantungmu masih berdenyut begitu merdu

Apapun yang kau tahu, apapun yang hantuimu

Teruslah berikan cetak biru untuk pujaanmu

Buktikan bahwa cinta memang tlah menguasaimu

Hanya para pecundang mengeluh

Terseduh tak membuat kalbu terparuh

Tersentuh dan hembusan angin teduh, harus kau tabuh

Gerimis cinta janganlah membuat gaunmu lusuh

Terimakasih, kawan...

Kini akan kunyanyikan selarik keyakinan

BANYAK JALAN BANYAK TIKUNGAN

TAPI PASTI AKAN ADA PERSINGGAHAN

UNTUK AKHIR MENUJU KESEMPURNAAN

sayatan-sayatan tajam dan warna pancaran cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang