21

204 14 0
                                    

Hari sabtu cerah seperti hari - hari biasanya. Awan biru yang berterbangan dilangit dan liukkan angin yang menerpa poni depan Alfina membuat perempuan itu menjadi kembali bersemangat untuk menghadapi anak - anak yang ternyata memang sangat ramai hari ini.

Hari ini hari pertama Alfina mengajar membantu Rio.

Suasana riuh ramai membuat Alfina kembali semangat mengajar, setelah perkenalan tadi, anak - anak menjadi gembira karena kedatangan guru baru.

"Semuanya kita bagi kelompok aja ya! Mau ngga?" Alfina berteriak membuat anak - anak tadi mengangguk setuju.

Rio tersenyum, "Yaudah bagi yang perempuannya belajar sama Kak Alfina ya. Dan yang lelaki ikut Kak Rio. Bisa?"

"Bisaa kak." Kompak semuanya bersorak.

"Yaudah sekarang ikut kakak kesana ya!" Alfina berteriak dan berjalan menuju ruang depan.

Rumah yang tak berpenghuni setelah kebakaran itu Rio sulap menjadi rumah belajar bagi para murid sekitar yang ingin menuntut ilmu.

Baru satu bulan Rio mengajar. Sebenarnya Rio tidak menominalkan bayaran atas kerja mengajarnya dan membiarkan pembayaran seikhlasnya saja untuknya.

"Kak Rio, kakak yang tadi cantik ya." Salah satu murid yang bersama Rio tiba - tiba berucap.

Rio tersenyum, "Udah kerjain soalnya dulu kalau nanti ada yang ngga bisa baru Kak Rio ajarin. Okey?"

"Okey!" Anak - anak tadi setuju.

Rio menatap Alfina dari kaca rumah yang menampilkan sosok Alfina yang sedang mengajar.

Rio tersenyum, jauh didalam lubuk hatinya yang terdalam. Sesuatu yang tadinya sudah tersimpan lama dan tak muncul lagi karena tak terbalas kini hadir dan memuncak seketika dihati Rio.

Perasaan yang dahulu sudah pernah ia buang jauh - jauh untuk Alfina. Kini, perasaan itu hadir lagi bersamaan dengan debaran jantung Rio yang sudah berdegup semenjak kehadiran Alfina tadi pagi.

Perasaan itu, rasa suka gue ke lo Al. Sepertinya sudah hadir lagi disini. Rio memegang dadanya yang berdegup kencang.

Dan kali ini, aku rasa tiada akan ada kata menyerah seperti dahulu kala lagi. Alfina, maafkan perasaan yang seharusnya tidak ada ini...














Suasana yang riuh ramai tadi berubah seketika saat anak - anak sudah pulang kerumahnya masing - masing.

Dan kini hanya ada Alfina dan Rio disini. Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore. Masih ada waktu satu jam lagi bagi Rio untuk beristirahat sebentar dirumah ini.

"Gila Yo ternyata seru juga ya ngajar anak - anak gitu! Walaupun agak cape sih. Tapi seru abis!" Alfina mengoceh ria disamping Rio.

Rio hanya sesekali menimpali karena ia merasa sangat tak enak dengan debaran tak jelas dijantungnya.

"Ohiya Yo semalem gue belajar sama Lian ada satu soal yang masih ngga gue paham. Lo bisa ajarin gue kan?" Alfina bertanya.

Rio menatap Alfina, "Hm, b... Bisa kok. Mana soalnya?"

Alfina mengambil tas ranselnya dan mengeluarkan buku fisika yang kemarin ia pelajari bersama Lian.

"Nih," Alfina memberikan buku tadi pada Rio.

Rio menatap soal tersebut dalam diam, dan tak lama lengan kanannya ikut bergerak kesana kemari diikuti jawaban atas soal tersebut.

"Udah nih, jawabannya A." Rio melingkari jawaban pada buku fisika tadi.

Childhood MemoriesWhere stories live. Discover now