9

210 15 0
                                    

"Alfin besok kita rumahnya pindah ya ke kota yang ada gedung satenya." Bunda Alfin memberi tau Alfin kecil yang saat itu sedang bermain bola di teras rumahnya.

Alfin menghentikkan mainannya dan menatap bunda nya senang, "Nanti kita lihat gedung itu ya bun. Beneran disitu ada satenya?"

Bunda Alfin tertawa, "Ngga sayang, itu namanya gedung sate yang ada di kota Bandung, tapi ngga ada satenya."

"Ohgitu," Alfin kembali menendang bolanya. Tetapi tak lama anak lelaki itu melempar bolanya sebal. "Tapi nanti aku ngga bisa main sama Alfina lagi dong bun?"

Bunda Alfin terdiam. Melihat keakraban yang terjalin antara Alfin dan Alfina membuat bunda Alfin tidak tega memisahkan keduanya.

"Kamu masih bisa ketemu Alfina kok lewat video call. Nanti bunda kasih tau caranya ya." Bunda Alfin tersenyum.

"Tapi bun-"

"Sayang, tolong sekali ini aja kabulin permintaan bunda ya?" Bunda Alfin memohon.

Alfin mengangguk, "Kita kapan ke Bandungnya?"

Bunda Alfin tersenyum, "Nanti sore, setelah ayah kamu pulang kerja. Kita langsung pergi ke Bandung."

Alfin tersenyum kaku, "Yaudah, aku ke kamar dulu."

Bunda Alfin menatap anaknya sedih. Untuk kali ini bunda Alfin sangat tidak tega melihat anaknya akan kehilangan teman yang sangat dekat dengannya.

Alfin memasuki kamarnya, dikuncinya pintu kamar bercat coklat itu. Alfin menatap keluar jendela hambar. Rasanya akan sangat sulit menemukan sosok seperti Alfina nanti.

"Hai Alfin!!" Teriak Alfina yang berada dijalan yang bisa terlihat dari kamar Alfin.

Alfin yang sedang menatap jalanan raya, sontak menatap Alfina yang berada disana.

Alfina melambaikan tangannya, perempuan itu sempat kebingungan karena Alfin yang hanya menatapnya tanpa membalas sapaannya. "Alfin! Turun dong." Teriak Alfina dibawah sana.

Alfin yang merasa terpanggil hanya tersenyum melihat Alfina. "Al, nanti sore aku pindah ke Bandung!"

"Apa? Ngga kedengeran!" Alfina berteriak.

Alfin tersenyum, ia menyatukan lengannya dan menaruhnya di pipi bagian kanannya. Hanya dengan kode dengan tangannya Alfina paham apa maksud Alfin.

Alfina mengacungkan jempolnya.

Alfin tersenyum, lalu ia pergi untuk beranjak ke tempat tidurnya.

Melihat Alfin yang sudah tidak ada di jendela. Alfina memegang tas ranselnya lalu kembali berjalan untuk pulang kerumahnya. "Alfin mau tidur siang." Ucapnya sembari berjalan pulang.

Ditatapnya punggung kecil Alfina yang mulai menjauh, Alfin berbohong padahal ia tidak akan tidur siang dan tidak akan bisa karena ia akan merasa sedih kehilangan teman dekatnya. "Alfina sampai jumpa." Ucap Alfin yang masih menatap punggung kecil Alfina yang mulai tidak terlihat.

-------

Suara riuh kendaraan  membuat pagi hari Alfin di kota Bandung merasa terganggu.

Hari ini hari pertamanya sekolah. Namun, rasa sedih selalu menerpanya. "Yah, kita kapan pulang ke Jakarta lagi?" Tanya Alfin kecil yang duduk dikursi penumpang.

Dikursi pengemudi Ayah Alfin hanya tersenyum ia mengelus puncak kepala anaknya lembut. "Kita ngga bakal kesana lagi. Kan rumah kita disini."

Childhood MemoriesWhere stories live. Discover now