2

584 29 0
                                    

Author POV

Sudah satu bulan lebih masa putih abu - abu Alfina berjalan lancar.

Mungkin karena Alfina dan Lian sering menghabiskan waktu didalam kelas.

Ya, Lian menjadi teman yang baik bagi Alfina. Hanya cukup waktu satu bulan mereka sudah seperti berteman lama.

"Aal, kantin nyok! Laper gue" Lian mengusap - ngusap perutnya.

"Huu, bumil kayak gitu tuh. Dikit - dikit laper, dikit - dikit baper dan dikit lagi minta dibeliin wafer lagi" Alfina tertawa.

Lian mendengus "Yaudah, gue ke kantin sendiri aja. BYE!" Lian pergi dengan menekankan kata terakhirnya.

Kini tinggal Alfina sendiri dikelas. Semua orang melihat Alfina bingung. Jarang dua orang itu berargumen hingga salah seorangnya pergi.

"Kejar Alfina" Teriak seisi kelas.

Alfina yang tadinya hanya bengong seperti orang begs. Kini sudah berlarian seperti dikejar anjing.

"Liaaaaaan!" Teriaknya di sepanjang koridor.

Alfina tidak peduli sepanjang koridor melihatnya seperti orang sakit jiwa, yang Alfina pedulikan agar Lian tidak marah padanya.

Pernah Lian marah hingga Lian tidak mengajak Alfina berbicara satu minggu full, dan itu membuat Alfina seperti sendirian disekolahnya.

Mungkin karena memang Alfina adalah salah satu orang yang sulit bergaul. Hingga Alfina mungkin hanya bisa dengan Lian.

"Liiiaaaannn- Duh" Teriakan Alfina berhenti ketika ia jatuh tersungkur dilantai.

Siapapun itu yang menabraknya, akan Alfina rutuki pastinya.

"Kalau jalan liat-"

"Alfina?" Panggil seorang lelaki yang memotong pembicaraan Alfina yang membuat Alfina tersenyum kikuk.

"Alfina? Apa kabar lo? Lama ya ngga ketemu" Lelaki itu menyadarkan Alfina dari lamunannya.

"Rio? Lo sekolah disini j..juga?" Alfina tak percaya.

Rio adalah teman sekolah dasarnya Alfina. Hampir enam tahun mereka hanya berteman tanpa Alfina ketahui Rio memendam rasa sejak kelas lima.

Awalnya Alfina dan Rio berteman baik. Alfina yang memiliki hobi baca sering membawa komik kesekolahnya. Dan, dari komik itulah Rio sering meminjamnya dari Alfina.

Dari komik, Rio mulai memiliki rasa. Rasa yang seharusnya tidak ada, hingga membuat pertemanan mereka berubah menjadi permusuhan.

Sejak Rio mengatakan bahwa ia memiliki rasa pada Alfina, Alfina tau semuanya tidak akan menjadi baik lagi. Dan disitulah Alfina mulai menbenci Rio.

Berselisih diskusi, berada didalam kelas tanpa saling sapa, dan memandang tanpa ada kata pertemanan yang baik.

Hampir tiga tahun berlalu, satu angkatan Alfina mengadakan reuni SD. Dan, disitulah Alfina dekat dengan Rio tanpa ada kata permusuhan lagi.

Rio menepak bahu Alfina pelan yang membuat Alfina tersadar akan alam yang nyata, "Lo dikelas apa?" Tanya Rio.

Alfina mengacuhkan pertanyaan Rio karena tersadar chairmatenya yang sedang marah padanya.

Tanpa babibu, Alfina lari disepanjang koridor, meninggalkan Rio yang masih termangu akan kepergian Alfina tanpa menjawab pertanyaanya.

"Yan! Lo j..jangan ma..marah dong" Alfina bernafas susah karena mengejar Lian yang sudah kelaparan.

Lian mendelik, "Abis lo gamau nganterin gue malah ngeledek gue"

Alfina tersenyum, "Heheh, Iya sorry dong Yan."

Childhood MemoriesDär berättelser lever. Upptäck nu