Lalu detik selanjutnya mereka hanya diam saja, Gabriel yang sibuk dengan botol mineral dan Fabian yang berkutat dengan pemikiramnya sendiri. Iya, ya sejak kapan dia peduli dengan cewek itu? Ah, sial gara-gara mulut nyinyir Gabriel jadi kepikiran dia.

Gabriel menoleh kearah Fabian yang hanya diam saja, lalu anak laki-laki itu merangkulkan tangannya pada bahu Fabian, "Jangan-jangan lo udah nyerah ya, man?"

Fabian menatap Gabriel dengan satu alisnya yanh terangkat, "Nyerah untuk apaan?"

Gabriel lalu memasang cengiram lebarnya saat itu, "Nyerah untuk ngebuka hati lo buat Risa."

Fabian mendengus karena hal itu, lalu bangkit berdiri sambil menepuk celana olahraganya yang terkena pasir akibat duduk dilapangan tadi. Dan tanpa berkata apa-apa dia melangkah menjauh dari Gabriel saat itu juga.

"MAU KEMANA LO? TAKUT YANG GUE OMONGIN BENER YA?!" begitu suara ledekan Gabriel yang terdengar cukup nyaring saat itu.

Fabian lagi-lagi mendengus mendengar kemampuan bibir nyinyir Gabriel tadi, "BODO AMAT!"

Mendengar hal itu malah membuat Gabriel melebarkan cengirannya sambil menatap punggung Fabian yang mulai menjauh, "Gue yakin pasti itu anak entar kemakan omongannya sendiri dah."

• • •

DUA perempuan itu duduk di kanan dan kiri tempat tidur Risa dan seorang lagi duduk sendirian di satu-satunya sofa yang berada di kamar perempuan itu yang didesain dengan tema monokrom itu.

"Beneran?" tanya Risa yang masih tak percaya dengan cerita Nida barusan.

"Beneran lah, untuk apa juga gue bohong?" sahut Nida.

Risa, perempuan itu tersenyum lebar mendengarkannya, "Fabian nanyain gue masuk apa engga sama lo tadi?" ulangnya.

Perempuan bernama Fransisca Nida itu menganguk mengiyakan, "Iya."

"Kalau gitu mending gue sering-sering ngga masuk aja kali ya biar ditanyain sama Fabian terus," ucap Risa, dia sangat senang hari ini setelah ketiga sahabat gilanya itu datang kerumah dan mengatakan jika Fabian tadi bertanya tentang dimana keberadaanya pada Nida.

Tara mendengus kesal sambil melemparkan bantal yang berada disofa saat itu kearah Risa, "Dasar." kekehnya.

"Yee, gue lagi sakit juga." ucap Risa tak terima.

Tara memutar bola matanya malas, "Lha elo sakit aja sudah kayak orang gila. Senyum mulu." ledek Tara karena sedari tadi melihat Risa yang tersenyum lebar seperti orang gila.

Risa bersiap akan membalas ucapan Tara barusan tapi Ulli sudah menyelanya duluan, "Sudah ah ngga usah ribut." ujarnya.

Risa mendengus kesal, lalu sedetik kemudian dia baru tersadar kenapa diruangan ini hanya ada mereka berempat ya, "Btw si beha kangguru kemana ya?" tanyanya.

Nida terkekeh mendengar pertanyaan Risa barusan, "Sampis gue kayak geli-geli gimana gitu kalau lo manggil Nats dengan sebutan itu. Bagusan tusuk cimol kemana-mana," ucap Nida.

Risa memutar bola matanya malas, "Terserah gue." ucapnya sambil menjulurkan lidahnya kearah Nida, "Ish seriusan gue Nats ngga ikut kesini?"

"Bentar deh gue tanyain nih, baik kan gue." sahut Tara yang masih nyaman duduk sendirian di sofa sambil meraih ponselnya.

Line.

Tara Felicia : Nats, lo kemana dah?

Read.

Tara Felicia : Sial cuma diread doang lo kira gue penulis wattpad yang ceritanya cuma dibaca doang tanpa divoments apa? Sakit, bro.

Read.

Tara Felicia : Ish si tapir mah, lo kemana sih?

Tara mendengus kecil saat sedari tadi chatnya belum dibalas sama sekali oleh gadis dengan rambut dark brown itu.

"Gimana?" tanya Ulli sambil menatap Tara.

Tara, perempuan itu mengangkat bahunya, "Belum dibalas." jawabnya. "Cuma diread doang."

Beberapa saat setelahnya iPhone dengan case berwarna putih bening itu berdenting pelan.

Nats Lacrymoza : Otw!

"Lagi otw katanya," balas Tara dengan santai.

Tapi sedetik kemudian pintu kamar Nida terbuka dan menanpilkan sosok perempuan yang menggunakan kemeja tanpa lengan dengan warna putih yang dipadukan dengan celana jeans warna hitam sebatas mata kaki dan ditambah sepatu adidas berwarna putih. Nats.

"Hai, kembarannya Chloe Grace Moretz datang nih," ucap Nats sambil memasang cengiran lebarnya lalu dengan santainya melangkah masuk kedalam ruangan bernuansa hitam dan putih itu.

Ulli memutar bola matanya malas, "Katanya Tara lo lagi otw, lah baru sedetik bilang udah muncul aja lo."

Nats menyengir lebar lalu duduk ditepi tempat tidur Risa, "Lah gue tadikan balasnya waktu udah naik tangga kelantai dua. Nah sama aja gue otw kan ya?" kekehnya.

Tara terkekeh pelan mendengar ucapan Nats barusan, "Kampret, Nats. Mending ngga usah dibalas sekalian tadi."

Nats terkekeh pelan, "Sorry deh, tadi biasa si Harris resenya kumat jadi handphone gue dibawa dia tadi," kekehnya.

"Makin lengket aja lo berdua," ledek Risa.

Nats tersenyum lebar menanggapinya, "Oh iya, gue bawain nih buah pir hijau kesukaan lo," ucapnya sambil menyodorkan sekantung plastik berisi buah pir hijau.

"Thanks ya," ucap Risa sambil tersenyum.

"Iya ah kayak sama siapa aja." kekehnya sambil menyibakan rambut panjangnya yang dibiarkan terurai kebelakang punggung. "Gue bawa martabak juga nih."

"Emang terbaik deh si tusuk cimol," ucap Nida.

"Thanks kecap bakso boraks."

Bersambung.

Seperti biasa guys apa perasaan kalian setelah baca chapter ini? Gaje, aneh, atau apa? Ceritain boleh kali ya?

Oh ya menurut kalian nih si Gabriel sama Fabian itu friendship goals ngga? Kalau iya sertakan alasannya ya😄

Yasudah jangan lupa ramain vommentsnya ya. Cukup hati aja yang agak sepi vomments jangan dong. *plak. Hehehe cuma bercanda. Intinya tinggalin vomment kalian ya.

Hayo biar yang jadi sidersnya kerasa 😂😂

Oke, see you in next chapter guys!

Salam dari sempak penguin dan beha kangguru!

BestregardNatalie

Just Be Mine Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora