[20] Target

333K 26.3K 1.9K
                                    


“Kamu diantar pulang sama siapa?”

Manda terlonjak kaget begitu menemukan kakaknya sedang bersandar tepat di samping pintu yang baru saja ia buka dangan sangat hati-hati.

“Sama teman,” jawab Manda. Ia bergegas menutup pintu dan berbalik masuk ke dalam rumah. Sialnya, hal yang paling tidak diharapkannya, terjadi. Malik mengikutinya dan berusaha mengimbangi langkahnya.

“Teman apa?” cecar Malik.

“Ya, teman Manda,” jawab Manda malas.

“Cowok?”

Manda tidak tahan untuk tidak berhenti. Ia kemudian menatap kesal kakaknya. “Emang Manda nggak boleh punya teman cowok?”

“Kakak nggak bilang begitu. Cuma, belakangan ini kamu kayak nyembunyiin sesuatu dari Kakak,” ungkap Malik akhirnya. “Mana ada latihan renang sampai jam sembilan malam begini? Hampir tiap hari, lagi.”

“Habis renang, Manda makan sama teman-teman. Udah, ah. Manda capek, mau istirahat.” Manda melanjutkan langkah menuju kamarnya.

Malik masih saja mengikuti Manda hingga ke depan pintu kamar.

“Kakak cuma nggak mau kamu dekat, apalagi pacaran sama cowok yang nggak bener.”

“Yang nggak bener gimana, sih, maksud Kakak?” Manda kembali menatap Malik dengan emosi yang memuncak. “Nggak bener kayak Kak Malik? Iya? Cowok playboy yang cuma mau mainin perasaan cewek?”

“Manda, kamu jangan kurang ajar, ya!” Nada suara Malik mulai meninggi.

“Loh, bener kan, apa kata Manda barusan? Kak Malik emang playboy. Satu sekolahan Manda udah pada tahu kalo Kakak emang playboy. Makanya, Manda nggak pernah mau ada yang tahu kalo Kak Malik itu Kakaknya Manda.” Manda menyahut dengan nada suara yang tak kalah tinggi.

Napas Malik sudah tidak beraturan karena berusaha keras menahan emosinya sendiri. Ia pun tidak bisa menimpali kata-kata Manda barusan. Predikat playboy yang terlanjur tersemat dalam dirinya memang sudah menyebar luas di sekolahnya, bahkan sampai ke beberapa sekolah lain. Karena mantannya pun tersebar di berbagai sekolah di Ibu Kota. Biarpun begitu, Malik sama sekali tidak pernah merusak cewek manapun yang sempat menjadi pacarnya. Karena ia memandang adiknya, Manda. Melihat pacar-pacarnya, sama saja seperti melihat Manda. Ia tidak ingin Manda dirusak oleh cowok yang dari awal hanya ingin mempermainkan perempuan.

“Pokoknya, Kakak nggak mau kamu pulang malam lagi. Kakak yang akan jemput kamu setelah kamu selesai latihan renang!” bentak Malik dengan nada suara yang semakin meninggi.

“Pokoknya, Manda nggak mau sampai Kak Malik jemput Manda di sekolah. Manda malu punya kakak playboy kayak Kak Malik!” Manda masuk ke kamarnya dan membanting pintu tepat di hadapan Malik.

--<><>--

Pagi-pagi sekali, Ethan sudah sampai di sekolah. Padahal, bunyi bel masuk diprediksi masih lebih dari setengah jam lamanya. Ia adalah makhluk kelima yang menampakkan diri pagi ini di ruang kelasnya, XII IPA 1.

“Tumben dateng pagi, Than,” sapa teman sekelasnya yang duduk di pojok kelas, Dudu namanya.

“Yey, gue biasanya juga dateng pagi, cuma males aja kalo langsung ke kelas,” alasan Ethan sambil duduk di bangkunya, di bagian tengah kelas.

“Trus, kenapa hari ini langsung masuk kelas?” tanya Dudu lagi.

Ethan menoleh. “Gue pinjem PR Matematika lo, dong. Mau salin soal yang dari pak Bima kemarin.”

My Ice Girl [Sudah Terbit - SEGERA  DISERIALKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang