[7] Hai

396K 29.3K 937
                                    


Malik belum menemukan suaranya. Ia masih terkejut dengan sesuatu hal yang baru saja ia temukan. Semua ini terlalu kebetulan. Untuk kali kesekian, Dara kembali mengingatkannya akan sosok Manda.

“MALIK!”

Teriakan seseorang dari arah lapangan, membuat Malik menoleh. Roni yang berada di tengah lapangan memberikan kode agar ia segera bergabung di lapangan.

“Pertandingan udah mau mulai!” teriak Roni lagi.

Malik segera menyusul para pemain yang sedang bersiap-siap di lapangan, setelah sebelumnya menyempatkan diri menoleh pada Dara sekali lagi.

--<><>--

Pertandingan futsal persahabatan antara SMA Gemilang dan SMA Satu sudah berjalan hampir setengah babak pertama. Dan selama itu pula, Malik hampir tidak pernah dibiarkan menguasai bola sama sekali. Tidak ada pemain yang mau mengoper bola padanya, terutama Gino. Cowok itu dengan sengaja menembak bola langsung ke gawang dan seperti tidak pernah menganggap Malik ada di sana. Malik kesal luar biasa. Padahal jelas-jelas posisinya sangat strategis dan memungkinkan untuk mencetak gol.

Dan ketika Gino berhasil mencetak gol pertama untuk tim mereka, Malik semakin dibuat kesal. Ia melihat Dara melempar senyum manis sekali ke arah Gino.

Kapten sialan itu emang paling bisa cari-cari perhatian!

Keadaan tidak jauh berbeda masih berlangsung sampai pertandingan babak pertama hampir usai. Malik terus berteriak pada rekan-rekan setimnya untuk mengoper bola padanya, namun lagi-lagi ia seolah tidak pernah dianggap sebagai bagian dari tim.

Sialan!

Pada detik-detik terakhir babak pertama, tim lawan berhasil menyamakan kedudukan berkat tendangan langsung Aldo. Skor imbang bertahan hingga babak pertama usai. Kedua tim beristirahat sejenak sebelum memulai babak kedua.

Malik langsung menghampiri Gino di pinggir lapangan. “Lo nggak suka gue ada di tim ini?” tanyanya kesal.

Gino menoleh dengan malas. “Lo baru sadar?”

Malik mengepalkan tangannya kuat-kuat. Cowok di hadapannya itu sungguh membuatnya kesal. Beruntung, panggilan Aldo membuat Malik memilih untuk pergi dari hadapan Gino daripada terjadi keributan.

Sepeninggalan Malik, Roni menghampiri Gino. “No, tahan ego lo sedikit. Tim kita bisa kalah kalo lo begini terus,” katanya sambil menepuk bahu Gino. “Oper juga bolanya ke Malik. Posisi dia banyak peluang buat cetak angka, loh, tadi.”

Gino tidak menjawab sama sekali. Ia hanya berdecak pelan, kemudian memilih menjauh dari Roni.

Beberapa saat kemudian, pertandingan babak kedua dimulai. Jalannya pertandingan tidak jauh berbeda dari babak pertama. Malik masih tidak dibiarkan menguasai bola sama sekali.

Malik sudah malas bermain. Usahanya berlari ke sana ke mari sama sekali tidak dihargai siapa pun. Ia sungguh hanya menghabiskan energi dengan percuma.

Dasar kapten sialan!

Kedudukan masih berimbang hingga menjelang usainya babak kedua. Sisa waktu pertandingan hanya tinggal 3 menit waktu perpanjangan. Gino masih enggan mengoper bola pada Malik, padahal dirinya kini dibayang-bayangi 3 orang dari tim lawan. Hingga membuatnya kesulitan mempertahankan bola, apalagi menendang ke arah gawang.

Roni gemas menyadari ego Gino yang keterlaluan. Ia mulai terdesak karena sisa waktu pertandingan sudah tidak lama lagi. Ia bergerak mendekati Gino yang masih dikepung, kemudian dengan gerakan cepat merebut bola itu dan langsung mengoper pada Malik yang bebas dari bayang-bayang tim lawan. Malik juga berada di posisi yang sangat strategis untuk mencetak gol.

My Ice Girl [Sudah Terbit - SEGERA  DISERIALKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang