[17] Accident

325K 26.8K 1.7K
                                    


Niki tidak henti-hentinya menatap kagum Malik. Tatapan mata cowok di atas panggung itu seolah menghujamnya tanpa ampun.

“Yaampun, sumpah, gue meleleh dibuatnya,”

Lala dan Dara kompak menatap Niki. Dara memaksakan senyumnya untuk mengembang. Tentu saja Niki tampak senang luar biasa saat ini. Perempuan mana yang tidak meleleh ketika dinyanyikan lagu oleh orang yang disukainya?

“Ki, bukannya lo sukanya sama cowok romantis?” tanya Lala, mengingatkan.

“Kalo ada yang paket lengkap, gue nggak bakal nolak, La,” sahut Niki tanpa mengalihkan tatapannya sedikit pun dari Malik.

“Kamu udah lama sampainya?”

Dara menoleh pada seseorang yang baru saja bertanya padanya. Gino kini berdiri di dekatnya sambil mengulurkan segelas orange jus ke arahnya.

“Belum lama,” jawab Dara sambil menyambut pemberian Gino. “Kamu baru sampai?” tanyanya, yang dijawab Gino dengan anggukan.

Suara tepuk tangan yang meriah membuat Dara menoleh kembali ke arah panggung. Malik baru saja menyelesaikan pertunjukannya. Namun, cowok itu sudah tidak terlihat di atas panggung. Dara mengedarkan pandangannya ke sekitar, hingga membuat Gino bertanya padanya.

“Kamu nyariin siapa?”

“Eh? Nggak kok. Nggak lagi nyariin siapa-siapa,” jawab Dara, mengakhiri usaha pencariannya. “Aku cuma lagi perhatiin dekorasi acara ini. Bagus, ya?” katanya, mengalihkan pembicaraan.

Gino jadi ikut memperhatikan dekorasi sekitar. “Iya, manis banget.”

Gino lalu mengajak Dara untuk berjalan-jalan di pinggir kolam renang setelah sebelumnya memberikan ucapan dan doa untuk Niki yang sedang berulang tahun.

“Ra,” panggil Gino dengan suara lembut. Ia dan Dara kini sedang berdiri berdampingan di pinggir kolam renang sambil menikmati minuman di genggaman masing-masing.

“Hm?” Dara menjawab dengan gumaman pelan.

“Aku mau tanya satu hal sama kamu.”

Kata-kata Gino barusan sukses membuat Dara menoleh karena penasaran. “Mau tanya apa, sih? Nggak biasanya kamu minta izin kalo mau tanya-tanya.”

Gino terkekeh menyadari kebenaran ucapan Dara. “Iya, ya?”

Dara masih menatap lekat Gino sambil memicingkan mata. Ia merasa, sikap cowok itu sangat aneh malam ini.

Gino balas menatap Dara, kemudian mulai melontarkan pertanyaan yang dimaksud. “Menurut kamu, wajar nggak sih, kalo cewek yang nembak cowok duluan?”

Dara tidak langsung menjawab. Ia justru menatap Gino tanpa kedip, seolah mencari maksud dari pertanyaan cowok itu.

“Umumnya, kan, cowok yang ungkapin perasaan ke cewek yang dia suka lebih dulu. Kalo sebaliknya, menurut kamu gimana?” Gino memperjelas pertanyaannya.

“Hm,” Dara mulai berpikir. “Ya, nggak gimana-gimana, tergantung sifat dan pribadi si cewek.”

“Kalo kamu, termasuk tipe cewek yang bisa nembak duluan?”

Dara langsung terdiam. Ia sungguh tidak mengerti dengan maksud pertanyaan Gino. Apa cowok itu mengharapkan ia mengungkapkan perasaannya lebih dahulu? Tentu Dara bukan tipe cewek seperti itu.

Tatapan mata Gino seolah mendesaknya untuk segera menjawab. Namun, suara heboh Niki yang tidak jauh dari posisi mereka, membuat keduanya menoleh ke sumber suara.

“Malik, makasih ya. Hadiahnya istimewa banget,” kata Niki sambil menghalau langkah Malik yang baru saja berniat mendekat ke posisi Dara.

“Iya, sama-sama. Sori, cuma bisa kasih hadiah nyanyian,” jawab Malik basa basi. Ia lalu bergegas melewati Niki, namun cewek itu dengan sigap langsung bergeser hingga kembali menghalangi langkahnya.

My Ice Girl [Sudah Terbit - SEGERA  DISERIALKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang