“Dara, kamu bukain pintu, sana. Pasti itu Malik yang datang,” ujar Bunda yang tengah sibuk menata meja makan.

“Bunda aja, deh. Dara lagi angkatin bakwan jagung dari penggorengan, nih,” sahut Dara cuek. Ia kini memang sedang sibuk meniriskan bakwan jagung ke piring saji. Namun, alasan sebenarnya adalah ia malas membukakan pintu untuk Malik.

Bunda tidak memaksa Dara. Ia kemudian bergegas menuju depan untuk membukakan pintu.

“Selamat malam, Tante.”

Sapaan ramah dari arah depan membuat Dara bergumam sendiri. “Bisa-bisanya cowok itu narik perhatian Bunda.”

“Malam juga, Malik. Yaampun, kamu rapi banget. Tante suka deh, lihatnya.”

Suara antusias Bunda malah membuat Dara semakin kesal. Bundanya itu terlalu mudah terpesona.

“Ayo, masuk. Kita langsung ke meja makan aja, ya. Tante udah masakin banyak makanan. Jadi, kamu harus makan yang banyak, ya.”

“Saya makasih banget loh, Tan. Udah diundang makan malam di sini.”

Percakapan dua orang itu terdengar semakin dekat dan jelas. Dara menyajikan bakwan jagung di tengah-tengah meja makan. Ia kemudian mengangkat kepalanya bersamaan dengan Bunda yang baru saja mendekat ke meja makan bersama dengan Malik di sampingnya.

Mata Dara memperhatikan Malik lebih lama dari biasanya. Benar yang dikatakan Bunda tadi. Malik terlihat sangat rapi malam ini. Cowok itu mengenakan kemeja lengan panjang warna biru muda yang pas sekali melekat di tubuh tegapnya. Rambutnya juga disisir rapi dengan gaya rambut yang keren.

Malik balas menatap Dara dengan senyuman lebar. “Selamat malam, Adara Mahestri,”

Sapaan itu membuat Dara langsung tersadar. Entah sudah berapa lama ia menatap Malik tanpa kedip seperti tadi. Pasti cowok itu sekarang jadi besar kepala karena merasa Dara terpesona padanya, pikir Dara.

“Malam,” jawab Dara singkat sambil berusaha untuk tidak kembali menoleh pada Malik.

“Kamu duduk dulu, ya. Tante panggilin Ayahnya Dara sebentar,” ucap Tante Rani pada Malik, kemudian menjauh dari meja makan.

Malik menjawab dengan anggukan santun.

Dara menarik salah satu kursi di sisi kiri, kemudian duduk di sana. Sementara itu, Malik mendekat dan memilih duduk di sebelah cewek itu.

Malik cukup tergiur melihat hidangan yang memenuhi meja makan. Mulai dari menu ayam, daging, sayur hingga buah-buahan semuanya tersaji di sana.

“Masakan lo yang mana, nih?” tanya Malik pada Dara.

“Lo ngeledek gue?”

Malik balas menatap Dara. “Gue heran sama lo. Nyokap lo ramah banget, tapi kenapa lo juteknya nggak ketulungan gini, sih?”

“Emang kenapa?” tantang Dara dengan nada tinggi.

“Dara!”

Suara peringatan itu membuat Dara menutup mulutnya. Bunda dan Ayah kini sudah bergabung di meja makan.

Malik langsung bangkit dari duduknya dan memperkenalkan diri pada Ayahnya Dara yang baru ia jumpai.

“Selamat malam, Om. Saya Malik, teman sekolahnya Dara,” kata Malik penuh santun.

Dara memperhatikan ekspresi wajah ayahnya saat ini. Ayahnya tersenyum kecil, sambil memperhatikan Malik dari atas hingga bawah.

“Saya Darwin, Ayahnya Dara." Ayah Dara balas memperkenalkan diri.

“Ini putranya Siska loh, Pa. Teman SMA kita dulu,” kata Bunda pada suaminya. “Sekarang kita tetanggaan sama Siska. Tapi sayang, Siska lagi ada di Bogor, jadi belum bisa ketemu.”

Darwin hanya mengangguk kecil sambil memandangi Malik. Ia tidak terkejut karena kemarin istrinya itu sudah bercerita padanya.

Darwin mempersilakan Malik duduk kembali dan memulai makan malam mereka.

“Makan yang banyak, ya Malik,”

“Iya, makasih Tante.” Malik mulai melahap dengan nikmat hidangan di hadapannya.

“Oh iya, kemarin Tante udah telepon mamamu. Dia juga senang banget sekarang kita jadi tetanggaan. Tapi, sayangnya dia belum bisa balik dalam waktu dekat,” kata Tante Rani, memulai obrolan. “Mamamu minta tolong sama Tante buat nengokin kamu sesekali yang tinggal sendirian. Tante sih nggak keberatan sama sekali. Kalo kamu ada perlu apa-apa, jangan sungkan bilang sama Tante, ya.”

“Wah jadi ngerepotin nih, Tan. Saya makasih banget.”

“Kamu di sekolah dekat sama Dara?” Kali ini pertanyaan datang dari Om Darwin.

“Lumayan, Om,” sahut Malik yang seketika membuat Dara terbatuk di sebelahnya.

“Nggak, Yah. Dara sama sekali nggak dekat sama dia.” Dara buru-buru membenarkan.

“Ya, kalo dekat juga nggak apa-apa. Biar kalian bisa berteman.”

Kenapa Ayah jadi berubah lunak seperti ini? Karena yang Dara tahu, Ayahnya bukanlah orang yang mudah percaya dengan orang yang baru ditemuinya.

Makan malam kembali dilanjutkan. Tidak ada pembicaraan lagi setelah itu. Malik melirik Dara dengan penasaran. Cewek itu mendadak jadi sangat pendiam malam ini.

“Gimana masakannya, enak?” tanya Tante Rani ketika melihat makanan di piring Malik sudah hampir habis.

“Enak banget, Tan,” pujinya dengan ekspresi luar biasa puas. “Ngomong-ngomong, masakan Dara yang mana?”

“Dia cuma bantu goreng bakwan jagung aja,” jawab Tante Rani sambil melirik makanan yang baru saja disebutkannya. “Yaampun Dara. Yang ada gosong-gosongnya gini kenapa kamu hidangin juga? Bikin malu aja!” katanya sambil menunjuk bagian yang berwarna agak hitam pada bakwan.

“Biar aja, Bun. Sayang kalo dibuang.” Dara menusukkan garpu pada bakwan yang dimaksud Bunda, kemudian memperhatikannya dalam jarak yang lebih dekat. “Ini, kan, masih bisa dimakan yang bagian sini,” tunjuknya pada bagian bakwan yang terselamatkan.

“Tapi tetap aja rasanya pasti nggak enak,” kata Bunda lagi.

“Ya, kalo nggak ada yang mau, biar Dara aja yang habisin.” Dara mendekatkan bakwan itu ke mulutnya. Namun, belum juga sampai, Malik sudah merebut garpu itu dari tangannya. Kemudian melahap bakwan itu dengan nikmat tanpa memilih bagian yang tidak gosong.

Dara terkejut, begitu pula Ayah dan Bunda.

“Masih enak, kok,” kata Malik yang hampir menghabiskan bakwan itu.

Tante Rani mengerutkan keningnya. “Kamu baik banget sih, masih bisa bilang rasanya enak. Jelas-jelas barusan kamu makan yang bagian gosong.”

“Ini nggak terlalu gosong, kok, Tan. Masih ada rasanya,” jawab Malik setelah menelan habis bakwan itu. Ia lalu menoleh pada Dara di sebelahnya. Cewek itu kini menatapnya tanpa kedip.

TBC

Malik calon menantu idaman banget, nih...

Aku ada pengumuman sedikit tentang novel "Just be Mine". Karena terbentur lebaran, jadi kemungkinan terbitnya akan mundur jadi bulan Juli. Tetap nantikan ya. Semoga angpao lebaran kalian dapat banyak, jadi bisa beli novel JBM.

Kalo suka sama cerita MIG ini, jangan lupa vote + komentar ya :)

Salam,
pitsansi

My Ice Girl [Sudah Terbit - SEGERA  DISERIALKAN]Where stories live. Discover now