50. The Marshmallow: Dying

Beginne am Anfang
                                    

“Ayo kita kembali. Biar polisi yang menangani semuanya! Kau dan juga dia harus ke rumah sakit sekarang!”

Ucapan Jonas menyentak Ranan. Perhatiannya luruh melihat ke arah gadis itu lagi. Logan sempat ragu karena hendak mengambil alih Tiara lagi. Pada akhirnya Ranan mendekapnya, seolah-olah gadis itu satu-satunya penawar rasa sakit yang dia punya.

Tiara dalam keadaan sadar, namun sekujur tubuhnya lemas. Begitu telapaknya perlahan mengusap pakaian yang dikenakan Ranan serta mencium aroma yang dirindukannya, Tiara merasa begitu lega. Kegelisahan dan ketakutannya berangsur sirna.

Mereka kemudian melangkah pergi melalui jalan yang sama saat masuk tadi.

Pandangan Tiara buram kala melihat untuk terakhir kalinya bagian dari bangunan sunyi yang telah mengurungnya. Posisinya kini memudahkan gadis itu untuk memperhatikan pemandangan di belakang mereka. Saat itulah sekelebat bayangan putih membuatnya terpaku. Dari ujung lorong, seseorang itu memperlihatkan dirinya.

Gemetaran, tangan kanannya terangkat meski mengambang. “On… onee…”

“Tenanglah, Tiara. Kau aman sekarang,” kata Logan yang mengira gadis itu meracau sambil menangis.

Rananlah yang pertama kali merasakan gadis itu seperti sedang mencoba memanggil seseorang. Tidak hanya suaranya, kaki Tiara juga mencoba untuk bergerak turun. Sontak Ranan membalikkan tubuhnya. Mata itu memicing sesaat, namun tidak menemukan apa yang dia cari.

“Ada apa? Kita musti cepat keluar.” Jonas mengingatkan.

Meski dijalari perasaan aneh, Ranan akui Jonas benar. Mereka harus segera pergi sebelum orang-orang tadi bisa saja melakukan kegilaan yang lain. Dia sudah mendapatkan Tiara kembali. Ranan meyakinkan diri kalau hanya itulah yang penting baginya sekarang. Gadis itu harus baik-baik saja sehingga Ranan bisa menganggap kata-kata Andre hanya sebatas gertakan.

Karena jika tidak, Ranan akan kembali padanya. Dan membunuhnya.

***
Dia melihat semuanya dari kejauhan. Dimulai ketika laki-laki itu menghantam secara membabi buta jendela yang akan dia gunakan sebagai jalan untuk menghampiri Tiara. Dia dengan cepat membawa gadis itu ke dalam dengan bantuan Logan. Pandangan laki-laki itu gusar ke sekeliling, menyadari hanya ada mereka yang tertinggal. Sosoknya sendiri luput karena berada di balik kegelapan.

Mereka memutuskan untuk segera pergi. Laki-laki itu meminta kembali Tiara dalam pelukannya. Walaupun tampak tidak sepenuhnya sadar, setidaknya ada semburat kelegaan pada pancaran manik matanya.

Langkahnya pelan sehingga baik Logan beserta dua orang selainnya tidak menyadari kehadiran orang keempat di sana. Saat penghujung lorong dicapai, barulah langkah itu dipercepat. Tubuhnya bisa langsung bersembunyi di sudut dinding seumpama ketahuan. Kali itu, jarak mereka tidak terlalu jauh. Dia bisa melihat wajah Tiara begitu jelas yang tengah mendekap Ranan.

Mata gadis itu sedikit melebar menemukan sosok selain mereka. Dalam keheningan, Tiara bisa mencerna apa yang dia lihat. Karenanya tangan ringkih itu terangkat, seperti hendak memintanya mendekat. Lewat kantung matanya yang sembab, orang itu merasa tidak perlu menelusuri batin Tiara lebih jauh.

Pandangan itu lebih dari cukup untuk menggambarkan kerinduannya.

On… onee…” Mulutnya bergerak, memanggil. Tapi suara yang dia lontarkan tidak akan terdengar.

Ratimeria balas menatapnya—menerawang. Gadis itu memejamkan mata sebelum kemudian menarik diri dan pergi.

***
“Ada apa di tempat seperti ini?” gumam Moran tidak percaya saat menerobos ilalang dan menyusuri rawa sambil memegangi senter yang menyala. Dia bersama beberapa rekannya mendatangi tempat yang dikirimkan Jonas.

When Marshmallow Meet Dark ChocolateWo Geschichten leben. Entdecke jetzt