|| Dua

6.3K 679 38
                                    

_
_

Oceanography ||

Kara berjalan cepat menyusuri lorong kampus yang sepi. Jelas sepi karena saat ini sedang jam kuliah. Harusnya Kara juga sedang duduk manis menyimak penjelasan Dosen baru untuk mata kuliah Oseanografi.

Kalau Kara boleh menyalahkan maka ia akan menyalahkan cilor. Gara-gara mengantre membeli cilor membuat Kara dan Rindu sahabatnya terlambat 20 menit untuk masuk kelas.

Jangan salahkan Kara yang begitu menyukai panganan yang terbuat dari sagu itu. Cilor atau Aci dan telor adalah desert favorit Kara. Kenyal dan gurih telur ditambah rasa pedas dari cabai bubuknya telah mengunci lidah Kara agar teradiksi. Membuat Kara harus rela mengantre bersama adik-adik SD. Terlambat sedikit Abang penjualnya sudah memindahkan gerobaknya ke lokasi lain. Kara menjadikan cilor sebagai penutup makan siangnya.

Kalau boleh menyalahkan lagi, maka Kara akan menyalahkan ke.sok.tau.an.nya. Dengan trik kuno kalau jam di tangannya masih menunjukkan pukul 10.10, Kara merasa tidak terlambat.

Ternyata dosen baru itu tak termakan trik itu. Jam tangan Kara dibandingkan dengan lima mahasiswa lain. Alhasil Kara dituduh mencari-cari alasan dari keterlambatannya. Sayang sekali dosen baru itu begitu pemarah. Kara dihukum, sedangkan Rindu yang diam saja--karena mengakui keterlambatannya--kini sedang duduk cantik mengikuti kuliah.

Baiklah Kara terima, dia memang salah tapi nggak gini juga hukumannya kali.

"Sebutkan nama lengkap saya!" Begitu dosen tadi memerintah.

Kara hanya menggeleng. Ya mana Kara tahu, kan belum kenalan. Ketika sesi perkenalan tadi dia terlambat. Lalu dosen baru itu dengan seenaknya memerintahkan Kara untuk keluar dan bertanya pada siapa saja yang memungkinkan untuk tahu. Kara jadi berasa diospek lagi.

Bertanya pada adik tingkat tak ada yang tahu, dosen itu benar-benar baru. Sampai akhirnya dia bertemu Bu Laila di kantor jurusan, dari dia Kara tahu kalau dosen baru itu baru kembali dari menyelesaikan studinya di Jerman sejak lima tahun lalu. Pantas saja tak ada yang tahu, lima tahun lalu mahasiswanya sudah lulus semua lah.

Langkah Kara terhenti, di ujung koridor ada Kak Zafran. Alumni yang masih sering ke jurusan. Ahh harusnya Kara bertanya padanya, dia pasti masih ingat nama si dosen baru. Tapi apa Kara bisa? Sikap Kak Zafran yang menjaga pergaulan membuat mahasiswi-mahasiswi sungkan dan kagum pada saat bersamaan. Dan Kara adalah salah satu mahasiswi itu.

Seperti biasa Zafran berjalan lurus, jangan harap akan dilirik jika jenis kelaminmu bukan laki-laki. Sampai Zafran sudah berlalu dan meninggalkan wangi yang menyegarkan di penciuman Kara, Kara masih mematung. Kara tak berani menoleh karena padanya pandangan Kara akan berubah. Ghodul bashar adalah pilihan Kara saat ini.

Bangun Kara, dosen killer itu menunggu. Kara tersadar dan segera berjalan lalu menaiki tangga menuju lantai dua.

Tiba di depan pintu kelas, Kara menarik napas dalam. Di dalam terdengar suara tawa dari mahasiswa. Huh dosen bipolar, terhadap dirinya galaknya bukan main tapi sekarang malah ngelawak. Biarlah Kara tak ambil pusing, yang terpenting sekarang dia sudah dapat nama lengkapnya. Kara membuka handle pintu, sisa-sisa tawa masih terdengar dari kursi mahasiswa.

"Permisi Pak," ucap Kara parau. Bibirnya mengering juga tenggorokannya kering. Begini efeknya ternyata jika kita berlari-lari tanpa minum. Mana sempatlah Kara minum.

Dosen itu tak menjawab, Kara mendekat dengan ragu-ragu. Hyaah kenapa aura dosen ini berubah, barusan saja ramah. Sekarang sebelah alisnya terangkat angkuh begitu melihat Kara.

"Sa... saya sudah tahu nama Bapak." Kara menengok pada deretan mahasiswa di sebelah kirinya. Suasana jadi hening. "Nama Bapak Anval Oceano Setha."

"Anfal?" ucap Dosen baru itu dengan wajah tidak suka. "Kamu kira saya koma? Atau kamu kira saya sedang sekarat ya?"

Anval? Duhh kok Anval sih. Tapi begitu kan jawaban Bu Laila tadi. Apa Kara salah dengar?

Dari sisi kiri agak riuh dengan mahasiswa yang kasak-kusuk, tertawa kecil, dan menahan tawa. Kara perlahan menengok ke arah Rindu duduk, meminta bantuan. Tanpa suara Rindu memberi gerakan mulut sejelas-jelasnya. Darinya Kara menyadari jika namanya tanpa akhiran L. Kara menengok kembali pada dosen baru itu. Wajahnya benar-benar tak ramah.

"An... Anva Oceano Setha," ucap Kara mantap.

Pak Anva mendengus, lalu melihat jam di pergelangan tangannya.

"Dengar semuanya." Pak Anva menghadap ke arah mahasiswa. "Saya tidak suka ada yang main-main dan tidak serius dalam mata kuliah saya. Dan kamu Uka, keterlambatanmu dan akal bulus jam tangan kamu adalah bentuk ketidak seriusan bagi saya."

Uka? Bapak kira saya Uka-uka. Kara mencebik.

Pak Anva menoleh dan menatap tajam pada Kara. "Kamu, Ukara Kanaya. Saya nyatakan kamu batal dari mata kuliah saya!"

Mata Kanaya membeliak, dia mematung.

"Saya sudahi kuliah hari ini, insya Allah kita bertemu lagi minggu depan." Pak Anva segera membereskan buku dan peralatannya. Menumpuknya jadi satu dan membawanya dengan satu tangan lalu berjalan ke luar. Peserta kuliahpun segera siap-siap untuk keluar.

Kara masih mematung. Pikirannya kalut. Kalau dia tidak masuk dalam mata kuliah ini beban SKS-nya tak mencukupi untuk bisa lulus semester depan. Kalau tidak lulus semester depan Kara tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan Pak Sanjaya, Bapaknya.

Ya Rabb, Kara boleh terbang ke Mekkah saat ini juga nggak?


Bersambung
««»»
Sudah tahu kan ghodul bashar itu apa? Yapp, ghodul bashar adalah menundukkan atau mengalihkan pandangan terhadap aurat atau terhadap lawan jenis yang kita sudah memandangnya berbeda, penuh getaran. Bisa dibilang Flirting gitu deh.

Terima Kasih pada Ukhtii semua yang mampir ke lapak saya. Commentnya boleh, biar rame lapak ini. Hehehe. #modus.

Salam kenal.
-Pena Laut-
««»»

UKARA (Tamat)Where stories live. Discover now