|| Dua Puluh Satu

4.2K 516 68
                                    

_
_

The Dessert Lizard ||

Kara menahan lidahnya dari menjelaskan mengenai peristiwa yang menimpanya. Percuma, Bapak nggak akan percaya. Mengkonfrontasi Rey adalah usaha yang patut dicoba. Kara duduk di ruang tengah, kakinya masih lemas setelah usaha kaburnya tadi.

"Rey, kamu ngapain di sini?"

"Nak Rey membantu Bapak nelponin semua temanmu yang mungkin saja tahu keberadaanmu." Bapak yang menjawab dengan wajah kusut. Kara sedikit bahagia mengetahui Bapak pun sama khawatirnya seperti ibu. Rasa sayang yang mungkin dengan cara itu Bapak perlihatkan.

"Iya, Kara, aku khawatir pas semalam Bapak telpon dan bilang kamu belum pulang. Kamu kemana saja, hemh?" Rey pintar, sepintar kadal gurun yang manipulatif. Kara mengerang dalam hati.

"Ya, sudah kamu bersih-bersih dulu sana trus makan. Nanti saja ceritanya kalau kamu sudah segar." Ibu membimbing Kara berdiri. "Dan Nak Rey, karena Kara sudah pulang. Nak Rey pulang saja. Kasihan, begadang dari semalam dan wara-wiri nyari Kara."

Kara mencelus, orangtuanya begitu simpatik pada Rey yang faktanya justru menjadi penyebab Kara tidak pulang semalaman. Berikutnya Kara sudah malas mengikuti manisnya akting Rey. Kara memilih naik ke kamarnya dan bersih-bersih.

***

Sudah tiga hari ini Hide tidak enak perasaan. Pertemuan terakhir dengan perempuan yang coba Hide lunakkan hatinya masih tak membuahkan hasil. Perempuan itu bergeming dengan keputusannya. Rasa tak tenang tidak kunjung reda, bahkan Hide sudah memperbanyak sholat sunnah dan berdzikr. Maka dua hari ini Hide banyak terpekur.

"Hide ... Hide," panggil Ronal pada Hide. Hide sedang tidak sendiri. Berdiri di Kitchen Island dapur Oceanost, Hide dikelilingi juru masak Oceanost yang kesemuanya laki-laki. Tidak jauh dari situ berdiri pula pegawai-pegawai lainnya.

Hide mengembalikan fokus ke sekeliling. Rupanya sejak tadi dia melamun. Semua pegawai dari juru masak sampai pelayan sudah berdiri menanti instruksi dari Hide. Seperti biasa sebelum aktivitas Oceanost dimulai pagi ini, Hide seharusnya mem-briefing semua pegawai. Namun yang ada  selama 10 menit mereka berdiri Hide malah terdiam, bengong.

"Oh, sampai mana kita?"

"Nggak sampai mana-mana, Hide." Ronald menjawab dengan berbisik. Semua menahan tawa. Gondo yang paling kencang terdengar tawa tertahannya.

Hide menghela napas, apalah pagi-pagi sudah tak fokus begini.

"Baiklah, semangat semuanya." Hide mengangguk tegas.

Kerumunan pegawai yang terdiri dari delapan juru masak dan sepuluh pelayan laki-laki, dua orang kasir dan dua orang staf admin perempuan, dan juga dua orang petugas cleaning service membubarkan diri. Mulai bekerja dengan aktivitasnya masing-masing.

"Ronal, panggil Radiv dan Deni, kita meeting untuk special menu hari ini."

"Siap, Bos." Ronal menegakkan tubuh dengan tangan  menghormat lalu nyengir. "Ngeteh Bos, biar fokus," ucapnya sebelum berbalik.

Hide menepuk pundak Ronal, menghargai perhatian yang diberikannya. Sambil berjalan menuju ke lantai dua, Hide berkali-kali istighfar. Ada apa dengan dirinya tiga hari ini?

***

Sarapan pagi ini diisi keheningan. Kara masih membisu setelah semalam dengan susah payahnya Kara menjelaskan apa yang menimpanya. Sesuai dugaan Kara, Bapak tidak percaya. Bapak bilang kalau benar Rey menculik, buat apa susah-susah Rey ikut Bapak mencari Kara.

UKARA (Tamat)Where stories live. Discover now