Extra part

677 19 4
                                    

4 tahun lebih cepat berlalu. Hidup silih berganti. Kenangan demi kenangan tercipta di setiap dentingan jam. Masalalu tinggalah masalalu. Manusia silih berganti memberikan jejak kenangan. Baik itu sedih maupan suka. Tawa maupun tangis. Kadang gelisah di iringi hampa.

Tapi itu semua telah berlalu. Badai sudah berlalu. Hujan deras sudah pergi. Guntur dan petir telah menghilang di hidup Lian. Yang ada sekarang hanyalah kebahagiaan.

Tuhan adil. Dia selalu memberikan pelangimu di akhir kerja kerasmu.

Seperti yang terjadi di balik pagar bergerbang hitam yang tinggi menjulang. Menyembunyikan dua rumah yang berdiri kokoh bertolak belakang dengan gaya klasik tapi terlihat megah dan mewah. Dua rumah itu bercat berbeda. Dengan gaya arsitektur yang berbeda. Di salah satu rumah itu hampa. Kosong. Jika di buka, hanya akan ada kenangan. Kenangan yang mungkin sudah membusuk. Di sisi rumah lainnya, ada kebahagian. Satu keluarga bahagia dengan kehadiran dua anak di dalam hidup mereka. Dua anak laki-laki dan perempuan, yang satu berumur 4 setengah tahun dan yang satu lagi masih ada di dalam kandungan.

"sayang, bangun dong" Lian mengguncang tubuh Bara yang masih tertidur pulas di tempat tidurnya. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Sedangkan Lian sudah bangun dari jam 4 pagi.

"ihhh! Kebo banget sih, bangun dong, udah jam 7" sekali lagi. Lian menguncang Bara. Tapi kali ini lebih keras dari awal.

Bara menggeliat "iya iya ini bangunn" Bara membuka matanya.

"itu bukan bangun, itu namanya cuma buka mata doang!"

"magerrr" Ucap Bara dengan nada manjanya.

" ihh kamu susah banget sih, timbang bangun doang!"

"ini dulu" Bara menunjuk nunjuk bibirnya.

Saking jengkelnya, Lian langsung mencium bibir Bara. Ciuman itu di balas oleh Bara dengan lembut. Bara membawa Lian ke pangkuannya. Ciuman itu berlangsung lama. Sampai tiba-tiba...

"bundaa nglapain cama ayah? Kok pangku pangkuan gitu?" Terdengar suara anak kecil berumur 4 setengah tahun dengan muka polosnya.

Bara dan Lian yang mendengar suara anak mereka langsung bangkit dari posisinya. Muka Lian merah merona. Untung anaknya mereka masih kecil, jadi belum ngerti.

"egg....tadi bunda capek sayang, jadi minta pangku ayah" jawab Bara bohong.

Anak kecil itu mangut-mangut. Anak kecil itu yang bernama Alfa Sandika Putra. Anak pertama dari Lian dan Bara.

"egg, ya udahh, Alfa ke kamar yuk, ganti baju, biar Ayah mandi dulu"

Lian menggendong Alfa keluar dari kamarnya.

"di dalam kamar, Lian mengantikan Alfa pakaian. Alfa loncat-lancatan di kasurnya. Hingga Lian kesusahan untuk memakaikan pakaian ke Alfa.

"Alfa diem dulu dongg"

"bunda! Bunda!" Alfa memanggil nama bundanya sambil sesekali tertawa. Lian yang tadinya kesal, jadi luluh mendengar suara tawa itu. Rasanya marahnya hilang menguap entah kemana.

"nahh, udah rapi nih"

"Alfa mau ikut bunda sama ayah enggak? Hmm?"

"mau! Mau!" jawab Alfa semangat

"kita ke om Rano ya?"

"om Lano om Lano, hole kita ki lumah om Lano" Alfa girang, meskipun ngomongnya masih agak celat.

"Alfa tunggu sini ya? Bunda mau ganti baju dulu, nanti di jagain sama bi Ijahh" Lian mencium pipi Alfa yang seperti bakpao "biii.... Alfa di jagain bentar ya, saya mau ganti baju duluu" Teriak Lian

-AFTER RAIN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang