secangkir kopi hitam

1K 48 0
                                    

Seperti biasa, hari kamis adalah jatahnya para geng baperan (iya baperan, penulisnya juga sama bapernya) kumpul di rumahnya Nadin yang Lian sebut sebagai miniatur suaka margasatwa. Dan kenapa harus rumahnya Nadin. Alesan pertama adalah karena rumahnya Nadin banyak makanan ( tuh kan ketahuan kalo pada rakus) kedua, karena rumahnya Nadin sejuk, indah, asri dan adem buat ngademin pikiran ( emang rumahnya Nadin hutan apa? Bisa bikin adem?) ketiga, kalo di rumahnya Nadin semua kebutuhan terpenuhi, termasuk elo mau makan apa aja, elo butuh buku apa aja semua ada di rumah Nadin ( sebenernya rumahnya Nadin itu jelmaan Doraemon apa ya?). Oke-oke kita kembali ke topik pembicaraan yang sempat tertunda. Di kamar Lantai tiga, yang bernuansa pink semua, terdapat empat kunyuk yang sedang asyik ngerumpi ria. Entah apa yang di bahas, tapi mereka selalu tidak pernah kehabisan stok sama sekali.

"Eh eh, lo tau gak?" Katrin membuka pembicaraan

"Apaan?"

"Masak kemaren Anya di godain bencong yang ada di nol km itu"

"Seriusan lo? Wah, jangan-jangan elo ikutan geng mereka lagi?" Lian menatap Anya penuh selidik

"Wah, gitu amat lo jadi temen. Sesungguhnya fitnah itu lebih kejam dari pada tidak memfitnah" Anya tiba-tiba berubah menjadi seperti seorang ustad yang sedang ceramah di depan jamaahnya

"Iya itu gue juga tau kerak lumut!"

"Ah bego lo gak ketulungan" Katrin meneplak pundak Anya pelan

"Dedeq sakit bang, jangan di gituin dong dedeqnya" Anya malah jadi alay

"Hayati kaga kuat bang" Lian menambahkan

"Plis deh sejak kapan lo bedua jadi alay gini sih?" Nadin menatap Anya dan Lian dengan tatapan risih

"Emm sejak negara api menyerang dan-" Lian mulai berlagak berpikir

"Dan di guyur dengan ladang coklat dan jadilah cococran" Anya menambahkan

"Sabar. Kenapa gue di lahirin untuk ketemu sama tiga makhluk astral ini. Apa salah gue?" Nadin meneplak jidatnya

"Banyak!!" semprot Nadin dan Anya bebarengan

"Syudah-syudah" Katrin melerai teman-temannya

"Eh eh, gue mau bilang deh sama kalian" tiba-tiba muka Lian berubah jadi muka serius

"Gak boleh!" ketiganya kompak

"Yah kok gitu? Hayati kaga kuat bang di giniin" Lian masak muka sok melas

"Bapernya mulai deh"

"Iya-iya, ngomong aja gak usah pake izin. Emang kita lagi terlibat musyawarah RW ya?"

"Lo tau kan, cowok yang ngasih gue jus alpukat?"

"Maksud lo Aldo?" Nadin yang baru saja mau menyerutup jus jambunya mendadak berhenti

"He'em" jawab Lian santai

"Terus-terus?" Anya yang mendengar kata Aldo langsung Antusias

"Nabrak" Lian menjawab dengan datar

"Yee, gue seriusan Li" Anya cemberut

"Iya-iya. Sory bro. Jadi gini, gue kemaren kan pulangnya kaga ada yang jemput tuh, di pos itu gue ketemu Aldo deh, terus Aldo nganter gue pulang. Dan malemnya dia ngeline gue, katanya sih dia minta di ajarin matika. Katanya sih weekend." Lian menceritakan dengan panjang

"Apa?! Seriusan lo?" Katrin menguncang-guncang tubuh Lian dengan hebohnya

"Ya iya gue serius. Apa muka gue ada unsur bercandanya?" Lian menatap Katrin dengan kerutan samar

-AFTER RAIN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang