Danau Pelangi

605 30 0
                                    

Setelah kurang lebih dua jam perjalanan, akhirnya Lian dan Rano sampai di sebuah tempat. Tempat itu berada di daerah semacam puncak. Udaranya sejuk. Pemandangannya indah. Dan terdapat hamparan kebun teh di depan vila. Kebetulan cuaca sedang mendung, jadi agak sedikit berkabut. Dan haripun masih pagi.

Rano turun dari mobil, di ikuti Lian.

"Kita di mana ran?"

"Di vila keluarga gue"

Lian ber oh ria

"Gue ngajak lo ke sini mau nunjukin suatu tempat, di jamin lo gak bakalan nyesel deh" Rano tersenyum sedangkan Lian justru bingung "yok, ikut gue" Rano menggandeng tangan Lian. Dan, Lian mengikuti langkah kemana Rano pergi. Mereka melewati hutan-hutan. Dan tak berapa lama kemudian, mereka sampai di sebuah tempat. Tempat yang menurut Lian itu adalah surga tersembunyi di balik hutan. Di situ ada sebuah danau lumayan besar dengan sampan beserta pendayungnya, lalu ada jembatan kecil untuk sekedar duduk duduk, dan uniknya lagi disitu ada rumah pohon beserta lapangan basket.

"Ini tempat punyannya siapa ran? "

"Lo suka?"

"Banget, ini keren "

Di tengah tengah percakapan  singkat itu, tiba-tiba hujan turun perlahan.

"Eh, hujan ran"

"Sini aja, kita naik ke rumah pohon aja, lo duluan"

Lian dan Rano naik ke rumah pohon, berlindung agar tidak kehujanan. Lian menggesek gesekkan kedua tangannya. Berharap gesekan tangannya itu dapat membawa kehangatan walaupun sedikit. Detik kemudian, Lian malah bersin-bersin secara terus menerus.

"Lo alergi dingin?"

"Iy hachhii!! (Anggap aja suara orang bersin) iya"

Rano meraih tangan Lian, di genggamnya tangan mungil Lian dan di masukkan ke dalam saku jaketnya. Lian sempat kaget, entah kenapa rasa dingin yang ia rasakan menguap begitu saja dengan perlakuan Rano padanya.

"Masih dingin?"

"Egg..gak kok" kata Lian menunduk menutupi wajahnya yang sudah semerah tomat.

"Maaf ya?"

"Buat?"

"Buat ini semua, "

"Maksudnya?"

"Maaf, gara-gara gue lo kehujanan, gara-gara gue alergi lo kumat, maaf"

"Gak papa kok. Udah jangan minta maaf terus. Takutnya kata minta maaf itu berubah jadi bullshit"

"Iya"

"Eh, katanya lo tadi mau jelasin?"

"Eh, iya lupa. Pasti dari tadi lo udah kepo kan? Tapi lo tahan"

Lian mengangguk pelan.

Sebelumnya Rano mengambil nafas dalam, dan menghembuskannya "ini adalah tempat punya sahabat gue dan gue, lebih tepatnya ini basecampnya kita berdua. Dulu gue sering banget main ke sini sama sahabat gue. Selalu malahan. Gue sama sahabat gue itu punya hobi yang sama, suka main basket. Gue sama sahabat gue itu gak suka keramaian, pokoknya banyak kesamaan di antara kita, cuma yang beda itu satu, dia orangnya pinter dan gue gak" Rano terkekeh pelan. Meskipun kekehannya tadi menyiratkan seberkas kerinduan akan seseorang yang ia sebut sebagai sahabatnya itu. "Dulu gue sama sahabat gue suka main sampan di danau ini, liat senja bareng-bareng, banyak pokoknya. Tapi semua itu udah gak lagi. Sekarang dia di Jerman buat pengobatan, dan gue kehilangan dia. Gue rindu sama dia" kini mata Rano berkaca kaca. Ada siratan kerinduan yang mendalam di setiap kata-kata yang di keluarkan dari bibir Rano. "Gue cuma berani cerita sama lo, gak tau kenapa"

-AFTER RAIN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang