jawaban masalalu yang terungkap

1.4K 90 1
                                    

"Bang pian!!! Elo dimana!!?" Lian mencari cari kakaknya.

Ia teriak teriak gak jelas kaya tarzan wati yang mencari temannya di tengah hutan belantara. Tiba-tiba teriakan Lian terhenti oleh bau masakan yang menyebar memenuhi ruang tamunya. Ia mengikuti arah aroma itu berasal. Baunya berjalan, menjalar memasuki hidungnya, dicerna oleh syaraf syaraf otaknya, dan ..

Tinggg!!! Tiba-tiba ada bolam lampu yang muncul di dekat kepala Lian kaya yang ada di tv tv gitu.

"Gurame bakar, kentang balado, sayur bening, sambel terasi, sambel bawang, ayam cincang, cumi bakar, udang goreng, kepiting bakar ..." Lian menyebutkan satu persatu makanan yang di masak kakaknya. Tanpa sadar kakinya telah membawa dirinya berada di dapur. Ia membuka matanya yang tadi sempat di pejamkan

"Gimana? Enak kan aromanya?"
Vian menyombongkan diri dengan masakannya. Tangan Vian sibuk mengupas alpukat yang ada di tangannya. Kini ia sedang mengupas buah alpukat keduanya.

"Emmm...." Lian sok sokan berpikir. Padahal tanpa harus di pikirpun Lian akan menjawab kalo emang aroma masakan kakaknya dari dulu tidak pernah ada yang menandingi. Kecuali mamahnya sendiri. Lian saja tidak pernah ingat kapan terakhir dirinya mencicipi masakan mamahnya. Orangtuanya sekarang ada di London. Mereka sibuk dengan bisnis keluarga di sana. Wajah orangtuanya sendiri saja Lian tidak ingat. Karena sewaktu umur 1 tahun dirinya sudah di titipkan dengan tantenya di Indonesia. Sejak kecil tantenya lah yang memberikan kasih sayang yang seharusnya di dapatkan dari mamahnya sendiri. Di rumahnya hanya ada Lian, tante Marla, bi ijah, pak ujang dan pak Dim sopirnya. Kakaknya. Vian. Dibawa ke London bersama orangtuanya. Kini mereka di rumah hanya berdua di tambah sopir, pembatu dan tukang kebun yang setia. Tante Marla meninggal dunia sejak 3 tahun yang lalu karena kecelakaan maut yang merenggut nyawanya.

"Hello?? Ada orang di sini?" Vian melambai lambaikan tangannya tepat 5 cm di depan muka Lian. Hal itu membuat lamunan Lian buyar. Dengan segera ia bangkit dari lamunan nostalgianya.

"Hah? Ohh, iya enak buangget dah" Kata Lian tulus dari hati

"Nahh! Tradaaaa!!! Makan malam lengkap dengan jus alpukat pake es banyak dan susu coklat di atasnya ala chef Vian siap di hidangkan" Lian memamerkan masakannya yang baru saja jadi. Kata-katanya persis kaya chef Farah quen.

"Bang, makannya di kamar elo aja ya?" Lian memohon, ia mengeluarkan senjata pupy eyesnya. Yang mau gak mau Vian pasti langsung luluh dan menuruti kemauan adeknya yang bandel plus tomboynya gak ketulungan ini.

"Iya dehh" Vian pasrah.
Lian dan Vian membawa baki-baki yang penuh dengan hidangan makanan, minuman dan makanan penutup. Menaiki anak tangga dengan hati-hati menuju kamar Vian.

☔☔☔

"bwang swwmpwah ewnak bwangwet" Lian ngomong ketika mulutnya di penuhi dengan cumi goreng kesukaannya.

"Makanannya di telen dulu sayang" Vian mengingatkan Lian. Setiap kali Lian makan mesti kaya gitu. Dan Vian tak pernah bosen bosennya mengingakan adek kesayangannya ini.

"Maaf" Lian nyengir

"Dek, gue boleh ngomong gak?"

"Gak!" Lian masang tampang sok judes.

"Yah, kok gitu" Vian menunjukkan wajah memelasnya

"Hehehe, enggak, becanda kali! Ya boleh lah" Lian menyerutup jus alpukatnya dengan seksama. Tampaknya lidahnya sangat menikmati perpaduan antara rasa alpukat segar Dengan susu coklat di atasnya. Dalam hitungan menit semua makanan habis di makan oleh dua kunyuk kakak beradek ini yang porsi makanannya kaya porsi anak dinosaurus (ya ampun jahat banget gue ngatainnya)

-AFTER RAIN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang