Kotak merah dan pesan singkat

269 17 0
                                    

Tiga tahun berlalu. Bara kini sudah bisa beraktivitas seperti layaknya manusia pada umumnya tanpa selang oksigen dan alat-alat bantu penopang hidup yang membatasi ruang geraknya. Sekarang ia juga tidak tidur di ruangan yang berbau obat itu.

Bara baru saja mandi dan berganti pakaian. Dari semalam ia sudah berkemas. Bara akan kembali ke Indonesia. Dia akan meneruskan kuliahnya di sana.

"bar, cepet turun, sarapan" teriak Iren-mamanya dari bawah

"iya mah, bara turun"

Dengan langkah santai, Bara menuruni anak tangga menuju meja makan. Mengambil posisi duduk bersebrangan dengan mamanya dan mulai mencomot sandwitch isi kesukaannya.

"kamu udah beres-beres kan?"

"udah"

"dokumen penting udah di masukin?"
"udah mamah sayang" jawab Bara agak sedikit gemas. Perlu di akui mamanya sungguh sangat ribet dalam hal beberes. Pokoknya semua yang penting harus masuk ke koper gak boleh ketinggalan. Kalo sampai ada, maka mamanya akan ngomel sehari semalam tanpa henti.

Bara bangkit dari posisinya

"mau kemana Bar?"

"ke kamar bentar mah"

"inget ya bar, jangan lama-lama, jam 8 kita harus udah sampe bandara lho ya"

"iya mah"

Bara ngeloyor gitu aja, memasuki kamarnya. Mengeluarkan kopernya dari kamarnya. Tapi tiba-tiba pikirannya berkelana ke masalalu ketika matanya melihat pintu di samping kamarnya. Yah, kamar milik Rano sahabat Bara. Seketika itu juga sekelebat ingatan tentang Rano muncul ke permukaan pikirannya. Tentang Rano yang menyuruhnya mengambil kotak merah yang ada di lemari pakaiannya.

Perlahan, Bara membuka gagang pintu kamar Rano. Saat itu juga satu persatu kepingan kenangan tentang Rano muncul seiring langkah kaki Bara memasuki kamar bernuansa abu-abu itu. Di dinding kamar Rano banyak sekali foto dirinya dan juga Rano. Dada Bara mendadak sesak. Di langkahkannya kakinya menuju lemari Rano. Lemari itu di buka, Bara mencari-cari sebuah kotak merah yang di maksud Rano. Dan ketemu. Bara mengambilnya. Dan menutupnya kembali. Bara tidak langsung keluar, ia memilih duduk di tepian ranjang milik Rano. Otaknya mengajak berkelana menuju masalalu.

Flash Back on

bar, gue mau ngomong" tatapan Rano teduh, tenang, tidak mengintimidasi seperti biasanya.

"ngomong aja kali, kaya ama siapa aja"

"gue titip mamah sama papah ya bar, jaga mereka baik-baik, "

Bara diam, mencerna maksud Rano.

"dan nanti kalo lo balik ke indonesia, titip seseorang yang ada di sana ya. jaga dia baik-baik, jangan sakiti dia, gue tau dia bakalan bahagia sama elo"

"ran" panggil Bara pelan.

"Bar, tolong ya nanti kalo lo mau balik ke indonesia, jangan lupa gue titip sesuatu buat dia, gue titip hadiah, ambil aja di lemari kamar gue, kotak warna merah"

Bara diam. Aneh. Kenapa Rano berbicara seperti itu? Bukannya dia bisa balik ke Indonesia sendiri?"

"lha kan lo bisa balik ke Indonesia bareng gue setelah gue operasi? "

"Bar, dengerin gue baik-baik ya,"

Bara bingung, namun ia tetap mengangguk pelan.

"gue gak bisa bar balik ke Indonesia, makanya gue titip dia ke elo. Karena gue tau, yang dia suka itu elo. Yang dia cari-cari selama ini elo. Jangan sia-siain dia lagi ya Bar. "

-AFTER RAIN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang