three hopes (Lian)

779 36 0
                                    

Sudah seminggu semenjak kejadian penerbitan itu Rano masih mengingatnya. Terekam sempurna di dalam memori otak Rano. Hari ini kelas sungguh sangat membosankan. Di tambah lagi jamkos. Entah apa yang mau di lakukan Lian terhadap jamkos 4 jam ini. Lian menengok ke belakang tepatnya di bangku paling pojok sebelah kanan. Terlihat Rano sedang tertidur menghadap ke arah tembok dengan telinga di sumpelin handset.

'Kenapa dari awal gue ketemu tuh kunyuk tampangnya kek gak punya dosa? Dan kenapa ada makhluk seaneh dia?'

Lian menghampiri Anya, Katrin dan Nadin yang tengah asik bermain do mi ka do di pojokan kelas. Sambil ketawa ketiwi.

"Do"

"Mi"

"Ka"

"Do"

"Es"

"Ka"

"Es"

"Ka"

"Do"

"Be"

"Ya"

"Be"

"Yo"

"One"

"Two"

"Three"

"Four!"

"Yey!! KATRIN KENAA!!!"

"Ah elah! Kalah deh gue"

"Macam anak sd sajalah kalian ni" Lian duduk di ataa kursi dekat pojokan kelas

"Sewot amat neng"

"Pms ya lu?" Anya tebak tebak

"Kaga! Masak gue pms duakali sih, kan baru kemaren bego" Lian menjitak kepala Anya

"Adau"

"Ya kali lo beda dari yang berbeda. Elo kan manusia teraneh di antara yang paling aneh" Kata Nadin dengan tampang tidak bersalahnya

"Serah lu pada deh. Udah ah gue gabut nih, mau pergi, bye!" Lian berlalu meninggalkan teman temannya yang tengah terbengong bengong .

"Tuh anak gak papakan ya?" Katrin menatap ke arah Lian yang mulai hilang di balik pintu, lalu beralih menatap Anya dan Nadin seolah meminta jawaban.

"Kesambet setan kali"

"Kurang sajen dia"

***

Lian sekarang muter muter gak jelas ke seluruh penjuru sekolah. Ya ini nih kalo orang gabut. Ingin rasanya Lian menyambangi Aldo di kelasnya, namun apa dayanya ketika ia melewati kelas kekasihnya itu, Aldo sedang ada pelajaran ekonomi, dan gak mungkin kan Lian ngajak Aldo buat mbolos demi dirinya? Dikira egois nanti si Liannya. Alhasil Lian hanya duduk termenung di bangku panjang putih taman sekolah, dengan kedua tangannya terlipat di depan dada, matanya terpejam dan kedua telinganya di sumpelin handset. Bibirnya pun ikut terbuka sedikit mengikuti setiap alunan lirik yang keluar dari handsetnya itu.

RANO POV

Emang ya kalo namanya jamkos itu sangat menyenangkan. Kebahagiaan anak sekolah itu simpel kok, cukup ada  jam kosong aja serasa surga dunia milik sendiri. Gue bisa tidur sepuasnya di belakang sambil ngedengerin musik lewat handset. Gue bangun dari tidur gue, ngucek mata gue dan melihat jam di dinding pojokan. Dan ternyata gue udah tidur selama satu jam. Lama juga ya?  Emang deh kebo gue. Gak papa, kebo yang penting ganteng, betul? Di betul betulin aja. Oke.  Gue mengedarkan pandangan gue ke sekeliling kelas. Gak ada Desky. Kemana tuh bocah? Apa kelapangan basket ya?kok gue jadi nyariin tuh anak sih?  Gue bangkit dari tempat duduk gue. Gabut juga sih ya rasanya di kelas mulu. Gue memutuskan untuk memanggil temen yang ada di pojokan, Dimas.

-AFTER RAIN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang