Lian tidak membenci hujan (lagi)

742 37 0
                                    

Lian kini tengah sibuk menatap hujan yang sedari tadi menetes perlahan dan kemudian meresap ke tanah dari dalam kelasnya. Ini adalah jam pelajaran ke 7 dan 8 yang artinya 2 jam pelajaran terakhir sebelum bel pulang sekolah berbunyi. Sedangkan awan di sana masih saja betah menampung debit air hujan dan enggan menurunkannya ke bumi. Lian tampak gelisah. Dirinya memang benci dengan hujan. Dirinya memang tidak menyukai hujan semenjak kejadian itu. Kejadian yang membuatnya membenci segalanya tentang orang itu, termasuk kebiasaan saat dulu ia bersamanya. Hujan begitu sangat membosankan bagi Lian. Apalagi saat ini tengah pelajaran sejarah di kelasnya. Sudahlah, alhasil Lian terkantuk kantuk akibat penjelasan yang di keluaran dari mulut ibu sejarah itu yang tak lain dan tak bukan adalah bu Alfiah. Lian mencoba mencari kesibukan untuk tidak membuatnya tidur di tempat saat itu juga. Sepertinya ia memilih mengotak atik handphone kesayangannya itu. Mencoba mengetik pesan singkat ke seseorang di sana.

GiliancaDesky : hei 😊

Dia kira Aldo tak akan membalas pesan itu, ternyata dugaan Lian salah besar.

Aldo : Hei juga😍, gak pelajaran?

Lian yang membaca pesan itu tersenyum senyum sendiri

GiliancaDesky : pelajaran sejarah. Bosen deh gabut. Mana ujan lagi -_-

Aldo : hahaa selamat menikmatin pelajaran yang ngebosenin sayang 😂

GiliancaDesky : bodo!

Aldo : yah marah, eh yang, maaf ya nanti aku gak bisa nemenin kamu maen basket, soalnya aku ada rapat buat bahas Event futsal

Lian yang membaca pesan tadi hanya tersenyum samar. Ada sedikit raut kecewa terpancar di wajahnya.

GiliancaDesky : iya gpp kok (:

Lian mulai bosan. Ia menaruh handphonennya ke habitat asalnya tadi alias tas Oke 30 detik lagi bel. Lian menghitung 30 mundur, dan ..

Kringg!!!! Kring!!!! Kring!!!! Kring!!!!

"Yes!" Lian berteriak histeris dan di susul teman-teman lainnya.

Lian membereskan tasnnya. Di kelasnya tinggal dirinya saja. Anya, Katrin, dan Nadin udah ngacir duluan karena ada urusan. Entahlah urusan apa itu. Terkadang Lian suka tak habis pikir, kenapa ia bisa memiliki sahabat seaneh dan seunik mereka bertiga. Dirinya kini melangkahkan kakinya dengan gontai menyusuri ruangan demi ruangan kelas untuk menuju lapangan basket. Kini dirinya berhenti di ujung kelas dekat dengan lapangan bakset. Dirinya sangat malas untuk menerobos hujan. Lian tidak mau basah basahan karena hujan. Yah dirinya juga tidak mau hujan kali ini akan mengingatkan dia. Dia yang sudah Lian berusaha lupakan dan tenggelamkan dalam memori masalalunya. Yah semoga saja luka itu tidak muncul lagi untuk saat ini. Biarkan Lian tenang dengan kehidupannya sekarang. Untuk urusan masalalunya biarlah itu menjadi rahasia antara dirinya, dia, dengan sang maha pencipta. Lian menatap hujan yang turun dengan deras.

"Lagi ngapain?" suara itu memenuhi indra pendengaran Lian. Lian kenal suara itu. tidak salah lagi. itu Rano.

Lian menengok ke samping "lagi nungguin hujan reda" jawab Lian datar

"Ah elah. Tinggal trabas aja napa? Seru lho ujan ujananan" kata Rano bersemangat

'Andai elo tau ran' batin Lian dalam hati

"Gak. Gue gak suka hujan" kata Lian tegas. Ada sedikit kata penekanan di kata "gue gak suka hujan" .

"Why? Hujan itu bikin suasana hati lo lebih tenang. Di balik hujan lo bisa ngeluapin segala perasaan lo. Dan hujan gak akan punya batasan buat lo ngeluapain perasaan lo itu. " jelas Rano

-AFTER RAIN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang