penculikan paling indah (part 2)

603 32 0
                                    

Tidak terasa hari sudah sore. Rano dan Lian sedang duduk di atas pasir pantai. Mereka sama-sama duduk menikmati suasana sore di pantai. Pandangan mereka sama-sama menerawang ke depan.

"Capek gak?"

"Gak" Lian menoleh ke arah Rano sebentar dan tersenyum

"Bentar lagi senja"

"Iya"

"Lo suka senja gak?"

"Suka. Suka banget malahan"

"Oh ya? Sama dong"

"Lo kenapa suka sama senja?" 

"Emm, simpel aja sih, senja itu unik, senja itu indah" ucap Rano singkat "kalo lo? Kenapa suka sama senja?"

"Gue?" Lian menunjuk dirinya sendiri

"Iya"

"Emm, gimana ya, bagi gue, senja adalah hal paling indah di dunia, dimana detik-detik keajaiban itu terjadi secara jelas di depan mata, setiap gue ngeliat senja, gue  bisa lupa sama semua beban hidup gue, dan yang gue inget cuma satu, yang di atas sana yang membuat semua terbit, dan yang di atas sana pula yang menenggelamkannya. Intinya, senja itu bagi gue adalah moment paling indah di antara moment alam lainnya" terang Lian penuh keyakinan

"Filosofi lo keren juga"

Lian terkekeh pelan "bisa aja lo"

Mereka berdua saling pandang, mata mereka beradu, hingga salah satu di antara mereka tertawa pelan. Tepat saat itu juga senja datang. Tenggelam bersama kenangan-kenangan yang satu hari ini telah di ukir oleh dua insan yang tengah duduk di atas pasir pantai.

"Indah ya ran?"

"Banget"

"Gue pengen deh, tiap hari liat pemandangan kaya gini "

"Ya udah rumah lo pindah pantai aja"

"Gak ah, nanti kalo ada tsunami rumah gue duluan yang kena" kata Lian polos

"Itu resiko lo" Rano tertawa pelan

"Ran, udah gelap, kita gak pulang?"

"Siapa yang mau pulang? Kita nginep sini" jawab Rano santai

"Ha?" Lian kaget " gila ya lo!? Masak kita tidur di pasir pantai gini? Wah gak waras lo" Lian mencak mencak gak jelas

"Ck, gue belum selesai ngomong Des" Rano terdiam sebentar "ikut gue ke mobil."

Rano dan Lian berjalan ke arah mobil tak jauh dari tempat mereka duduk. Rano membuka bagasi mobilnya. Dan di situ ada alat perlengkapan kemah beserta bahan makanannya.

"Gilak! Lo nyiapin ini semua?" Lian kaget setengah mati.

"Gue sengaja prepare semuanya, gue tau kalo lo gue suruh bawa beginian pasti gak mau" terang Rano

Lian nyengir " tau aja lo"

"Ya udah bantuin gue ndirin tenda "

"Iya"

Lian mengambil perlengkapan kemah itu. Lian dan Rano bagi tugas. Lian mendirikan tenda, dan Rano membuat api unggun kecil-kecilan. Setelah selesai mendirikan tenda, Lian menghampiri Rano yang tengah sibuk membuat sesuatu.

"Lagi ngapain lo?"

"Bikin mie rebus, mau?"

"Mau, laper nih gue"

"Ya udah gue bikinin"

"Gak usah, sini gue aja ran yang bikin" Lian mengambil alih masakan Rano. Rano bergeser, memberikan tempat untuk Lian masak. Lian kini sedang berkutat dengan mie rebusnya. Sedangkan Rano kini sibuk memandangi sesuatu yang ada di depannya. Bukan mie rebusnya, tapi si pembuat mie rebusnya. Matanya selalu setia mengikuti kemana arah gerak Lian. Wajah Lian yang terpapar cahaya api unggun, membuatnya terlihat begitu manis. Sekali lagi, Rano mengangumi ciptaan tuhan yang satu ini.

-AFTER RAIN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang