Mobil Sport metalik

1.2K 58 0
                                    

" buku udah, tempat pensil udah, tas udah, topi nice! Earphone siap! Sepatu? Loh mana sepatu gue. Haduh! Bego! Sepatu kan gue pake gak gue bawa! Kok gue jadi bego gini ya" Lian menjitak kepalanya sendiri

Jgrengggg!

"Alooo Lian cayang!" terlihat kakaknya sudah berdiri menyandarkan tubuhnya di ambang pintu

"Paan?"

"Tuh kan pagi-pagi udah di jutekin? Bukannya dapet morning eh malah dapet jutek"

"Iya deh maaf. Ekhemmm! Morning kakakku Vian sayang!!" Lian berteriak dengan muka sok gembira dan memeluk kakaknya.

"Nah gini dong, lumayan kan pagi-pagi dapet pelukan" Vian membalas pelukan Lian dengan senang hati

"Heh! Ini adek elo bang! Elo mau modusin gue? Ckckkck parah lo!" Lian melepaskan pelukan Vian secara sepihak

"Hahahahaha, ya kaga lah! Gila aja! Toh kalo elo bukan adek gue, gue juga gak mau modusin elo! Gue kan masih Normal. Bisa bedain mana cewek beneran sama yang jadi jadian" Vian mejulurkan lidahnya dan bergegas kabur sebelum ..

"BANGGG VIANNN!!! Awas lo ya!!!"

Jadilah kejar kejaran sengit antara Lian dan Vian. Ya ampun sumpah deh persis kaya tom and jerry yang kaya ada di film-film gitu. Gak pada inget umur kali ya?

"Heeeeeeeh heeeehhh heeeeehhhhhh stop! Cukup! Capek gue" Lian akhirnya nyerah, dia duduk di kursi meja makan dengan nafas masih terengah engah.

"Sama! Capek pagi-pagi udah kejar-kejaran sama elo" Vian ikut duduk di kursi meja makan searah vertikal dengan Lian.

"Lagian elo yang mulai!" Lian menuangkan air ke gelas dan menuangkannya lalu menegukknya

"Ya kan gue ngomong sesuai ekspektasi"

"Udah ah! Ngomong sama elo gak ada kelarnya"

Tinnnnn!!! Tinnnn!! Tinnn tinnnn!!!!

"Kayak suara mobil" Vian menghentikan sidang meja hijaunya dengan Lian.

"Bener banget! Tapi siapa yang dateng sepagi ini?" Lian berpikir keras mencoba mengingat ingat

"Non Liann! Ada orang yang nyariin non" Suara bi ijah terdengar dari teras rumah

"Siapa bi?"

"Enggak tau, katanya teh mau jemput non, nganter ke sekolah"

Bego! Gue lupa kalo mulai hari ini kan Rano jemput gue. Tapi si kunyuk kok bisa tau rumah gue ya? Apa jangan-jangan di otak si kunyuk ada GPS nya lagi.

Lian membatin dalam hati dan menjitak kepalanya sendiri.

"Iya bii, suruh nunggu situ aja, bentar lagi Lian keluar" Teriak Lian dari meja makan

"Siapa li?" Tanya Vian penasaran

"Bukan siapa-siapa, biasa sopir baru. Gue berangkat dulu ye" Lian bangkit dari kursi meja makan

"Heh, lo lupa sesuatu dek"

"Apaan?" Lian membalikkan badannya dengan raut muka bingung

"Lo belum sarapan, nih bawa roti, buat lo makan di jalan. Nanti kalo lo gak makan, sakit, gue juga yang repot" Vian menyerahkan setangkep roti tawar dan bekal yang isinya setangkep roti dengan selai yang pastinya 4 rasa sekaligus.

"Makacihhh abang sayangku" Lian mencubit pipi Vian dengan gemas dan melangkah meninggalkan Vian.

"Eeehhh! Tunggu"

"Apaan lagi?" Lian membalikkan badan untuk kedua kalinya.

"Ada satu hal yang lo lupain dan ini penting" tiba-tiba muka Vian berubah menjadi serius

-AFTER RAIN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang