30. Cerdik Seperti Ular

36.3K 2.5K 278
                                    

Jika senyum mengundang tangis, maka kebahagiaan mengundang duka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika senyum mengundang tangis, maka kebahagiaan mengundang duka.
♡♡♡

Menu makanan untuk hari ini adalah nasi cumi bakar dan tahu kecap beserta minumnya, es cendol tape yang baru saja dibuat subuh tadi oleh Bi Ijah atas dasar sogokannya yang berupa satu set dvd drama Korea bajakan.

Empat hari terakhir ini, Juna memang selalu membawa bekal dari rumah lantaran dia sedang dalam menjalankan sebuah misi penebusan.

"Jun, Jun, Jun... ah elah, ya kan gue lupa masa... tadi ada yang ngirimin ini pas lo lagi di ruang guru!"

Seruan Joni menghentikan langkahnya. Dia menunggu cowok itu di ambang pintu. "Ngirimin apaan?"

"Apaan sih Jon?" tutur Kirana turut penasaran di sampingnya karena melihat raut cemas di wajah Joni.

"Dih, sori Jun... lo pergi sekarang deh, tadi katanya penting... gue bener-bener nggak inget kalo kertasnya masih di kantong gue nih," jawab cowok itu seraya memberikan selembar kertas berukuran 6 x 4 cm berwarna hijau dengan cap SMA Bina Bangsa di belakangnya.

Di kolom keterangan slip izin terdapat namanya beserta angka 4 yang menandakan bahwa izin itu ditulis untuk dirinya di jam ke empat sedangkan di bagian bawahnya ada tanda tangan Bu Maryati, sang guru BK.

Nafas Juna tertahan, dengan terburu-buru dia melipat kertas itu dan menyimpannya di saku celananya.

Hanya ada satu alasan yang membuat dirinya diharapkan kehadirannya di ruang Bimbingan Konseling Bina Bangsa dan ini bukanlah waktu yang tepat baginya untuk kembali bersinggungan dengan persoalan itu.

"Nggak pergi?" tutur Kirana memecah pergumulan yang terjadi dalam dirinya.

"Ntar aja," balasnya sembari meraih tangan Kirana dan mengkaitkan jemarinya di antara milik cewek itu.

Kirana menatapnya tidak yakin, tetapi dia tidak memberikan kesempatan pada cewek itu untuk berkata-kata lebih lanjut.

Matahari yang berada tepat di tengah langit dan absennya peredaran awan menyebabkan udara hari ini lebih panas daripada biasanya. Satu botol air minum yang diteguk oleh Juna terasa menguap begitu saja bersama dengan gerah yang dirasakannya.

Namun cuaca yang tidak bersahabat ini bukanlah alasan utama mengapa Juna merasa dia membutuhkan bergalon-galon air, melainkan keresahannya terhadap panggilan dari BK yang baru saja diketahuinya ini.

Meluluhkan kemarahan Kirana padanya bukanlah perkara gampang. Cewek itu lagi-lagi melancarkan aksi mogok bicara dan meski bagi cowok lain tingkah dingin itu merupakan suatu berkah jika dibandingkan dengan cerocosan yang membuat kuping panas, dia tidak menganggapnya seperti demikian.

Menebak-nebak jalan pikiran Kirana pada situasi biasa saja sudah cukup sulit baginya, apalagi menerka apa yang ada di benak Kirana ketika cewek itu sedang dilanda emosi terhadap dirinya? Juna yakin mengerjakan soal UNAS jauh lebih mudah daripada hal itu.

Cinta Sejuta RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang