23. Di Balik Layar

46.5K 3.3K 179
                                    

Masa depan tidak akan ada tanpa masa lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masa depan tidak akan ada tanpa masa lalu.
♡♡♡

"Lagi nyariin apa sih?" Kirana yang sejak tadi memperhatikan Juna menengok ke sana ke mari akhirnya tidak tahan juga untuk terus menyimpan pertanyaan itu.

"Hah? Oh, emh... gue ngga apa-apa kok."

Jawaban Juna itu membuat Kirana menautkan kedua alisnya. Sudah beberapa hari terakhir ini cowok itu terlihat tidak fokus.

Awal-awalnya dia mengira hal itu hanyalah suatu kebetulan, namun semakin lama dia semakin merasa bahwa Juna kerap membutuhkan beberapa detik lebih lama dari yang seharusnya untuk membalas tutur katanya, dan sering kali balasan itu juga tidak cocok dengan apa yang dia tanyakan seperti sekarang ini.

Tidak perlu seorang jenius untuk mengetahui bahwa Juna tidak bisa mengikuti percakapan mereka karena pikiran cowok itu sedang terdistraksi.

"Gue tadi nanya lo nyari apa, bukan lo kenapa..." Kirana memutar bola matanya dengan kesal. "Gue nyusul Jelita dulu deh..." Dia lantas bangkit berdiri dan berjalan menghampiri temannya yang sedang mengantri membeli minuman.

Dari kejauhan, dia melihat bahwa Juna sudah kembali pada gelagatnya yang mencurigakan. Perhatian cowok itu jelas sedang terkonsentrasi pada suatu hal yang tidak dia ketahui.

"Lah, katanya tadi nggak mau ikutan beli? Ngapain lo di sini?"

Jelita bertanya, namun dia hanya menggumam tidak jelas karena dia sedang mengamati Juna.

"Lo kenapa sih?" Jelita kali ini menyenggol dirinya.

Dia menghela nafas. "Menurut lo, gue ngomong nggak ya? Tapi baru juga enakan dikit, masa sekarang gue rusak sih?"

"Eh lo ngomong apa juga gue nggak ngerti ini. Apanya yang enak? Dan lo mau ngrusak apa?" Jelita membelalakkan matanya.

"Dih, lama-lama gue perlu ke psikiater kalo gini caranya..." Kirana menutupi muka dengan kedua tangannya.

Antrian es campur yang sebenarnya sudah kian surut itu ditinggalkan begitu saja oleh Jelita dan temannya itu segera menggiring dirinya jauh dari keramaian.

"Ada apa sih, cepetan ngomong... gue udah korban es nih demi lo..."

"Kayaknya gue ma Juna ngga bakal tahan deh nih," gumamnya pelan.

"Lah? Lo kenapa tiba-tiba ngomong ginian? Bukannya kalian lagi hepi-hepi aja? Lo tengkar ma dia? Kenapa? Kapan? Pasti lo yang salah deh..."

Cinta Sejuta RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang