BAB 33

322K 12.1K 825
                                    

Matanya menelusuri satu demi satu katalog gaun untuk pernikahan, sudah hampir satu bulan yang lalu sejak ia menyatakan keinginannya untuk berencana menikahi Stella, diam-diam ia menyiapkan segala hal untuk pernikahannya.

Ketukan pintu disusul seorang wanita yang tidak lain adalah sekretarisnya, "Tuan Walter, ada tamu untuk anda."

"Biarkan dia masuk."

Monica, sahabat saat ia berada dibangku sekolah masuk kedalam ruangannya, "Hai Jake, rupanya kau sudah menjadi bos muda sekarang."

"Duduklah."

Monica duduk di sofa dekat dengan Jake lalu mengambil salah satu katalog yang berserakan di meja depannya, "Kau sudah melamarnya?"

"Belum."

"Apa kau sudah gila? Persiapan pernikahan akan dilakukan saat calon mempelai wanita bersedia dinikahi. Aku tidak menyangka kau sebodoh itu, Jake" kata Monica ketus.

Jake mengerti apa yang dilakukannya terlalu terburu-buru, ia bahkan belum menyatakan secara resmi untuk melamar Stella meskipun ia tau pasti Stella tidak akan menolaknya.

"Dia tidak akan menolakku," Ungkap Jake.

"Hei! Lakukan saja seperti lelaki pada umumnya, Stella mungkin tidak menolakmu, apakah kau tau dia akan bersedia menikah diumurnya yang masih muda? Kau harus bertanya jika ingin tau,"

Perkataan Monica membuat Jake sadar diri, ia mulai mengerti bahwa tindakan yang dilakukannya tidak tepat.

"Ya.. kau benar. Pernikahan bukan saja tentang aku, tapi juga dia. Aku tidak bisa melakukannya dengan sendiri."

Monica tersenyum senang mendengar pernyataan dari sahabatnya itu, mereka mulai menyusun rencana untuk melamar Stella. Tidak sulit bagi Jake untuk menciptakan suasana melamar yang diidamkan banyak wanita, terlebih sekarang ia seorang presidir sebuah perusahaan.

"Bagaimana jika kau makan malam bersamanya, lalu kau mengajaknya untuk berkeliling kota dengan menggunakan helicopter."

Dengan ekspresi datar Jake menanggapi apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu, "Aku tidak sekaya Christian Grey, Monica."

"Oh okay."

Ia memikirkan ide sembari berjalan kesana kemari mengitari ruangannya yang cukup luas, bahkan ia memerintahkan seluruh pegawainya untuk berhenti bekerja dan ikut memikirkan ide untuk melamar Stella.

"Tuan Thompson, perintahkan semua orang untuk berhenti mengerjakan pekerjaannya dan memikirkan ide melamar wanita. Satu jam lagi, satu persatu dari mereka dapat menemuiku disini." Katanya kepada asisten pribadinya.

"Ba..baik Tuan."

"Waah ternyata pesona Jake Walter tidak pernah pudar," ucap Monica yang memperhatikan sahabatnya itu sembari menyeruput kopi dingin yang hampir habis.

Stella duduk di atas karpet tebal ruang bersantai, ia sedang menonton drama romantis kesukaannya, ia dapat berjam-jam duduk disana menatap layar televisi jika drama romantis yang ia ikuti telah tayang.

Tiba-tiba perutnya mual, ia menghentikan memakan kripik kentang lalu bergegas menuju kamar mandi. Stella memuntahkan makanannya didalam kloset, akhir-akhir ini badannya selalu lesu dan gampang lelah. Jika mencium bau masakan atau parfum tak jarang pula perutnya mual.

Stella mencuci kedua tangannya, ia lalu termenung cukup lama "Kapan terakhir kali aku datang bulan?" ucapnya pada dirinya sendiri. Ia lalu keluar dari kamar mandi, memeriksa kalender yang biasa ditandainya setiap datang bulan.

STELLA.Where stories live. Discover now