BAB 16

427K 16.8K 214
                                    

Enam bulan berjalan lamanya setelah pementasan drama, Ayah ku tidak datang dan aku tidak tahu alasannya. Aku mencoba menghubunginya tapi nomornya tidak aktif. Sedih, bingung, kecewa, khawatir telah menyelimuti perasaan ku. Ia telah berjanji akan segera menyelesaikan pekerjaannya untuk melihat pementasan tersebut, tapi nyatanya Ayah selalu sibuk dengan pekerjaannya. Disisi lain aku juga mengkhawatirkan dirinya, apakah ia baik-baik saja disana mengapa tidak memberi kabar untuk ku jika ia tidak datang. Aku merasa mulai membencinya, bagaimana tidak aku menunggu kata maaf yang terlontar dari mulutnya sudah hampir setengah tahun.

Sejak melakukan hubungan intim itu, aku dan Jake menjadi sering melakukannya. Entahlah, mungkin terdengar buruk tapi kami sangat menikmatinya. Jake setiap harinya menunjukkan bahwa ia semakin menyayangi aku, tapi disisi lain aku juga takut. Takut suatu saat Jake akan bosan pada ku, lalu meninggalkan aku.

Dan hari yang paling ku takuti telah datang,

"Kau sudah datang?" ucapku riang setelah mendengar pintu terbuka disusul seseorang yang sangat amat ku cinta.

"hmm"

"Kau tidak ingin memelukku, Jake?"

"Aku lelah Stella" katanya acuh sembari membuka pintu kamarnya lalu masuk tanpa seulas senyum untuk ku.

Akhir-akhir ini kami sering beradu argumen, mulai muncul sifat asli Jake yang pemarah. Ia menjadi sering berada di luar, jarang untuk pulang ke flat. Beberapa malam ia pulang dengan keadaan pengaruh alkohol. Ia jarang mengikuti kelas, dan sekolah telah memberikan surat peringatan pertama. Terkadang aku menunggunya hingga larut, ternyata ia tidak pulang. Seperti yang terjadi saat ini, dua hari terhitung ia tak menampakkan batang hidungnya. dan Aku tidak tahu, mengapa juga akhir-akhir ini rasanya dadaku seperti sedang digunjam ribuan jarum.

Aku membawakan nampan berisi sup macaroni dan segelas jus jambu kedalam kamar Jake. Ia tertidur pulas dibalik selimut abu-abu tua miliknya.

Aku menyentuh punggungnya yang tidak terhalang oleh sehelai kain, mencoba untuk membangunkannya.

"Jake aku membawakan sup macaroni kesukaanmu" tidak ada respon darinya.

Aku mencoba mengguncang tubuhnya sedikit keras, "Jake"

"Kau ini kenapa?! Aku sedang lelah dan mengantuk. Tinggalkan aku sendiri" nada suara tinggi itu menyakiti perasaan ku. Tapi aku sengaja menyembunyikkannya agar Jake tidak khawatir padaku.

"Baiklah, ku tinggalkan sup ini di meja mu. Makanlah sebelum dingin" aku berjalan keluar dari kamar Jake, tak terasa air mata ku turun meski aku mencoba untuk menahannya.

Aku berlari kecil, keluar dari flat menuju taman belakang asrama. Ku pilih bangku panjang putih menghadap danau untuk menenangkan pikiranku yang kacau.

Mungkin inilah titik lelah yang selalu disebut orang-orang jika sering bertengkar hebat dengan pasangannya. Aku menumpahkan seluruh air mata ku, berharap saat selesai nanti semua akan kembali indah seperti semula.

"Kau baik-baik saja?"
Aku mengentikan isak tangis ku setelah mendengar suara seseorang.

"B..ben," ucapku dengan sesegukan.

Ben duduk di samping ku, memberikan sapu tangannya padaku "Kau bisa cerita padaku jika kau mau"

Aku tidak menyangkan jika dia dapat perhatian pada temannya. Dari awal bertemu, ia terkesan tidak peduli pada orang lain. Saat teman-temannya berkumpul, ia hanya diam saja sibuk dengan dirinya sendiri, entah berkutat dengan gadget, buku, atau diam.

Aku mulai menceritakan tiap detail yang telah terjadi padaku dan Jake.
Jake yang telah berubah...
Jake yang semakin menjauhi ku...
Jake yang tidak lagi berkata manis...
Jake yang tidak lagi menggoda ku...

"Mungkin Jake sedang ada masalah, Stella"

"Tapi mengapa dia tak memberitahu ku, setidaknya jangan biarkan aku untuk merasa tersakiti. Apa dia tidak memikirkan perasaan ku?" tangisan ku semakin menjadi-jadi. Ben mencoba untuk meredamnya, karena orang-orang yang lalulalang telah memperhatikan kami. Ben tidak ingin mereka salah paham jika aku mengangis karena dirinya.

"Menangislah dipelukanku jika itu membuat mu lebih baik" Ia membuka kedua tangannya agar aku dapat memelukknya. Ben membiarkan aku menangis membasahi baju yang dipakainya.

Setelah seharian aku dan Ben berada di dekat danau, ia menemani aku hingga sampai flat. Ben tidak tinggal di asrama, ia hanya bersekolah disini, memiliki rumah yang cukup dekat dengan sekolah. Jika hari libur ia memang sering berkunjung ke flat teman-temannya. Ben hanya tinggal bersama Ibu dan Adiknya. Ayahnya telah lama meninggal.

"Kau baik-baik saja?"

"Ya, Ben. Sedikit lebih baik"

"Apa aku perlu menemanimu disini?"

"Tidak perlu. Itu akan merepotkan mu" ucapku sembari memaksa untuk tersenyum.

"Baiklah, jaga dirimu" Ben mengusap pundak kananku sebelum benar-benar pergi dari flat.

***
(JAKE POINT OF VIEW)

Aku terbangun karena kepala ku terasa pusing, kuraih gelas berisi air mineral di samping ranjang tidurku. Mungkin akibat alkohol yang kuteguk terlalu banyak semalam. sesekali aku menguap lalu berjalan keluar dari kamar, aku melirik nampan diatas meja ku. Tak tertarik untuk memakannya.

Ku buka pintu kamar ku pelan, hingga hampir tak terdengar suaranya. Aku mendapati Stella dengan seseorang yang tidak dapat kulihat wajahnya karena terhalang pintu, ku rasa ia bersama laki-laki.

"Baiklah, jaga dirimu"
Ya! itu suara laki-laki yang terdengar familiar bagiku, serta tangan itu menyentuh pundak Stella.
Aku mengurungkan niat untuk keluar dari kamar, lalu menutup kembali pintu itu.

***
(STELLA POINT OF VIEW)

Pintu kamar Jake masih tertutup rapat, aku menghela nafas berat kemudian masuk pada kamar ku.
Aku duduk di kursi meja belajar dekat jendela. Salju pertama telah turun, sesuatu yang selalu menyenangkan bagi ku melihat salju pertama turun bersama orang-orang yang kusayangi. Tapi berbeda untuk tahun ini, tidak ada yang menenamaniku, satu persatu orang yang ku sayang mulai menjauh dari ku.
Tidak ada hal paling berat selain jauh dari orang-orang yang kau sayangi.

Tak terasa aku terlelap tidur, tangan ku menumpu kepala diatas meja. Ponsel ku bergetar, membuat ku terpaksa untuk membuka mata.

Terdengar suara di seberang sana, air mata ku kembali mengalir, tubuh ku lemas, kepala ku pusing, kedua kaki ku tak mampu lagi menopang tubuh ku.

"Ap..Apa?"






Bersambung...
Jangan lupa vote dan comments:)
supaya aku semangat untuk lanjut.

STELLA.Where stories live. Discover now