BAB 7

519K 25.1K 884
                                    

Beberapa detik mata kami bertemu, tiba-tiba cahaya televisi redup dan suhu ruangan pun terasa lebih dingin karena penghangat ruangan mati. Ternyata listrik asrama padam!

"Jake.. jangan tinggalkan aku sendiri kumohon," ucapku dengan tangan melingkar pada lengan Jake.

"Aku bukan Jake... Jake telah pergi meninggalkan mu sendiri dalam flat berhantu ini..."

Reflek aku melepaskan tangan ku yang sebelumnya membelit lengannya. Kemudian terdengar suara tawa lepas darinya.

"Aku tidak sedang bercanda Jake," kataku seraya memukul pundak Jake. Rata-rata wanita selalu memukul apapun yang di dekatnya saat dirinya marah, tertawa, takut, dan reaksi yang lain.

"Aku tidak akan meninggalkan mu, Stella" ucapnya yang kemudian telapak tangannya mengusap kepala ku lembut.

degg...
jantung ku kembali berdetak cepat.

"Setiap hari minggu jam 9 malam akan selalu ada pemadaman secara rutin, selama dua jam" jelasnya.
Selang beberapa menit, kami tidak bersuara. Tangan ku tetap memeluk lengannya erat, mengapa kejadian ini terjadi saat kami menonton film horor. Ah... mungkin Jake sengaja membuatku menontonnya karena dia tau jadwal pemadaman listrik. Dasar mesum. Maki ku dalam hati.

"Aku tidak merencanakan ini Stella," tiba-tiba Jake berkata padaku, membuat ku terheran-heran. Mengapa ia selalu tau apa yang ku pikirkan.

"Ka..kau.. apakah kau bisa membaca pikiran orang?"

"Tidak, aku hanya mencoba menebak pikiran seorang wanita"

Aku tidak pernah menjumpai pria sepeka Jake, mereka yang ku kenal hanya tau apa yang wanita inginkan tapi tidak tau apa yang wanita pikirkan. Sudah ku duga Jake pasti seorang playboy tingkat berat, wajah tampan, nice body, kharismanya kuat, serta mengerti wanita. Pantas saja dia sangat populer di sekolah.

"Kau kedinginan?" tanyanya padaku.

aku menghentikan aktivitas ku yang sedang menggosok kedua telapak tangan ku untuk menghasilkan suhu hangat, "Tidak.."

Jake melepas lilitan tangan ku, lalu beranjang dari sofa. Ia melepas hoodie yang melekat pada tubuhnya, meraba-raba sekeliling sofa dan menemukan pundak ku, "Untung saja aku tepat memegang pundakmu.." ucapnya dengan cekikikan, aku memasang wajah yang sangat menyebalkan namun sia-sia karena gelap menutupinya, "..pakailah ini, aku akan mencari lilin" lanjutnya.

"Bagaimana dengan kau?" tanya ku.

"Tidak masalah, aku suka dingin"

Jake berusaha mencari lilin untuk menerangi kami berdua, hampir lima belas menit terdengar ia memaki-maki lilin yang tak ada saat dibutuhkan.
"Aku tidak menemukan lilin," ucapnya sembari kembali duduk di samping ku.

"Mengapa sangat lama Jake?"

"Aku hanya meninggalkanmu sepuluh menit. Kau merindukan aku?"

"Maksud ku pemadaman listriknya, bodoh"

"Hahaha.. aku tidak tau, kau ingin kembali ke kamar mu?"

"Tidak.. aku ingin dekat dengan mu. Aku takut"

Jake mendekatkan tubuhku untuk masuk kedalam pelukannya, awalnya aku menahan dan mulai menjauh namun ia berkata, "Kau adalah teman ku Stella, kemari supaya tubuhmu hangat. Tidurlah, aku akan membangunkanmu saat listrik menyala"

Mendengar ucapannya ia mengatakan bahwa aku adalah temannya, sedikit membuatku tenang. Aku kembali mendekatkan diri, meringkuk didalam pelukan Jake.
"Ayahku seorang polisi, Jake" Ucapku sebelum benar-benar memejamkan mataku.

STELLA.Where stories live. Discover now