BAB 25

324K 15K 161
                                    

Aroma pandan membuat kedua mata Jake terbuka samar-samar, kepalanya masih terasa pening sehingga ia membetulkan posisi tubuhnya bersandar di ujung ranjang.

Ia mengamati sekeliling ruangan yang ditempatinya, lalu kenangan masa lalu kembali teringat.

"Axel berikan robot itu padaku"

"Tidak akan!"
Axel berlari menghindari kakaknya yang mulai mengejarnya, mereka berlarian memutari ruangan tidak begitu luas dengan tawa lepas dari keduanya.

Jake berhasil menangkap adiknya itu, Axel menjerit serta tertawa cukup kencang hingga Ayah mereka, David, membuka pintu kamar Jake.

"Ayah lihatlah Kakak tidak mau memberikan robot itu padaku"

"Jake walter," ucap David lembut.

Jake menghela nafas memutar bola matanya malas, "Robot ini milikku, Ayah"

David menutup ujung bibirnya sehingga Axel tidak dapat melihat apa yang akan dibicarakan Ayahnya itu, "Berikan saja, Ayah akan belikan yang baru. Kau jangan bilang Axel, ini rahasia" suara David seperti berbisik tapi sengaja dikeraskan supaya Axel mendengarnya.

"Ayaaaaah" rengek Axel diikuti tawa dari Jake dan David.

"Cepat sarapan, Ibu sudah menunggu. Setelah itu Ayah belikan mainan baru untuk kalian"

Sorak gembira dirasa keduanya sembari keluar dari ruangan tersebut.

Pintu kamar Jake terbuka, membuatnya membuyarkan lamunan singkat tentang serpihan masalalunya. Stella datang membawa nampan berisi satu mangkuk besar dan segelas susu.

"Selamat pagi, Jake" ucap Stella duduk di tepi ranjang.
"Bagaimana keadaanmu?" tangan kanannya menyentuh dahi Jake yang tak lagi bersuhu tinggi.

"Lebih baik."

"Kau menangis?"

Jake meraba pipinya yang basah, ia tidak sadar jika air matanya telah mengalir setelah kenangan itu muncul didepan matanya. Ia mencoba mengalihkan pembicaraan dan bersikap santai.

"Bagaimana bisa kau tau rumah ku?"

"Aku pernah sekali datang ke rumah mu saat kau jarang pulang ke flat."

"Siapa yang memberitahukan alamat rumah ku? kurasa aku tidak pernah memakai alamat rumah ku untuk informasi sekolah"

"Aku melihatnya di facebook milikmu" kata Stella sembari menyuapkan sesendok bubur ke mulut Jake.

"Bahkan aku lupa terakhir kali aku memainkannya."

"Ck, apakah kau tidak tau wanita memiliki kemampuan mencari informasi tentang pria yang disukainya?"

"Kau menyukai aku?" tanya Jake menggoda Stella, mampu membuat kedua pipi Stella merah padam.

Stella menyodorkan nampan itu kepada Jake,"Kau makan sendiri. Ak..aku akan mandi"

Jake tersenyum senang melihat Stella yang salah tingkah, ia selalu suka melihat wajah menggemaskan itu. Disuapnya sendiri sendok berisi bubur itu kedalam mulutnya, "Aish.. mengapa rasanya lebih nikmat saat dia yang menyuapiku" katanya pada diri sendiri.

Sementara Stella setelah keluar dari kamar Jake memukul ringan kepalanya sembari berkali-kali memaki dirinya sendiri, "Kau bodoh, kau sangat bodoh Stella,"

Bertepatan saat itu Jake keluar dari kamarnya dengan handuk yang bertengger di pundaknya. Stella gelagapan, mencoba untuk bersikap tenang seperti biasa tapi melihat ekspresi dari wajah Jake yang menahan tawa membuatnya menjadi kesal.

STELLA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang