Pikir sendiri.

"Joy, kenapa diam?"

Joy menatap Hoseok sebentar lalu mulai bercerita tentang Irene yang hari ini kelihatan lebih seram dari biasanya. Lalu Joy juga ceritain tentang ancaman Irene yang gak boleh berurusan dengan geng bts. Joy tau banget kalau Irene gak main-main. Bisa aja kalau dia ketahuan, dia bakal jadi korban bullyan dan kemungkinan besar tindasannya bakal lebih parah dari yang selama ini mereka lakuin. Karena Joy terhitung sudah menghianati geng mereka.

Karena itu Joy jadi kepikiran terus. Gimana kalau mereka ketahuan? Dia dan Hoseok memang hebat sampai sekarang masih bisa menutupi kenyataan. Tapi bagaimana dengan nanti? Masa depan gak ketebak. Apa Joy mesti datangin kuburannya mama loren biar bisa baca masa depannya?

"Jadi, gue mesti gimana, kak? Gue takut."

Hoseok terlihat memikirkan sesuatu. Sesuatu yang akan buat Joy aman tanpa ada masalah apapun. "Aku pikirin dulu ya. Kamu tidur gih udah malam," ujar Hoseok menyuruh Joy untuk masuk kamar. Bukan kamar mereka ya, kamar Joy maksudnya.

Joy mengangguk. "Kak Ji juga jangan begadang ya. Selamat malam, Kak," ucap Joy imut lalu dia pergi meninggalkan Hoseok yang tersenyum melihat keimutan cewek itu. Sebenarnya Joy itu anak yang manis dan penurut. Tapi, entah mengapa mau-maunya dia bergabung dengan Blackvelvet. Geng yang udah bikin Joy berkebalikan dengan sikapnya.

Ting tong ting tong Ting tong ting tong Ting tong ting tong Ting tong ting tong Ting tong ting tong Ting tong ting tong

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Ting tong ting tong Ting tong ting tong Ting tong ting tong Ting tong ting tong Ting tong ting tong Ting tong ting tong.

"SABAR, GOBLOK! MASIH PAKAI CELANA, BEGO! BEL GUE NTAR RUSAK LO PENCETIN MULU, ANJ*NG! RUSAK GANTI, BANGS*T! GUE KAGA MAU RUGI, B*BI!"

Mulut si Jimin. Dia kesal bel-nya bunyi mulu. Padahal tuh apartementkan kedap suara, jadi apa fungsinya si Jimin teriak. Si tamu gak bakal dengar juga kali, bego emang. Jimin marah-marah menuju pintu sambil memakai baju.

Dia habis mandi, baru juga pakai celana dalam. Suara bel ribut bikin dia naik darah. Mana dia pakai celana dalamnya kebalik, mager lagi mau baikin.

Waktu Jimin buka pintunya. Cuma Jungkook yang datang. Jungkooknya lempeng banget sambil kunyah-kunyah permen karet terus tangannya dimasukin ke kantong celananya. Biasa gaya-gaya sok keren gitu. Masuk apartement Jimin tanpa di persilahkan yang punya apartement dulu. Waktu masuk kesenggol bahunya Jimin lagi.

Gimana enggak Jimin langsung emosi.

"KAMPRET LO, KOOK! PENJET BEL ITU---"

"Pencet, Jim, bukan penjet, ngomong aja typo lu!" bacot emang yang si Jungkook, gitu aja dibahas.

Tadinya Jimin mau ceramahi Jungkook jadi malas gara-gara dipotong ucapannya. Ceritanya mau ngambek aja. Siapa tau dikasih es krim rasa strawberry. Berharap boleh lah. Si Jimin jalan menuju kamarnya  gak mau menegur si Jungkook.

Dan itu bikin Jungkook sadar. "Ke mana, Jim? Kok gue diabaikan sih? gue tamu loh."

Jimin masih diam.

"Kok diam, Jim? lo ngambek?"

BRAKKK

Si Jimin menutup pintu kamarnya kencang. Sekencang tornado.

"Dia kenapa sih? Galau? Putus Cinta? Pms? Susah ditebak ya kalau masih perawan gitu," gumam Jungkook bingung.

"JIM, LO NGAMBEK SAMA GUE? YAKIN MAU NGAMBEK? PADAHAL GUE BAWA HADIAH BAGUS BUAT LO. GAK INGET LO MINTA NOMORNYA SEULGI. PADAHAL GUE UDAH DAPET NIH. YAUDAH DEH GUE BALIK AJA LAGI!" Teriak Jungkook biar si Jimin dengar.

Dak buk dak buk dak buk

Begitulah suara Jimin yang lagi lari keluar kamarnya. Dan jreng-jreng muncullah manusia purba dihadapan Jungkook sambil senyum cengengesan.

"Apa senyum-senyum! gue pulang aja." Jungkook balik badannya, niatnya mau pulang. Namun...

..............

Tolong ini tangan siapa yang lagi melingkar di perutnya. Tolong, kuatkan Jungkook. Dia gak berani menoleh ke belakang, takut banci Thailand yang lagi meluk dia.

"YAAKKKKKKK!" teriak Jungkook, "APAAN LO MELUK GUE! GUE MASIH NORMAL GILA! LEPAS GAK!" Dia melepas paksa pelukan Jimin.

"Jangan pergi, Kook. Sebelum lo serahin itu mu!"

"Itu mu apa? ke perjakaan gue? sorry, Jim, ini buat istri gue."

Jimin langsung memukul kepalanya si Jungkook. "Goblok! bukan itu maksud gue, tapi nomornya Seulgi."

Krik krik

Jungkook terdiam.

Jimin lalu melepas pelukannya. "Mana nomornya?" pinta Jimin gak sabaran.

Dengan secepat kilat Jungkook merogoh kantong celananya mengeluarkan selembar kertas kecil. "Nih, puas lo! itu sekalian gue mintain Id Line sama IG-nya. Twitter sama facebooknya ntar nyusul."

Jimin menerimanya dengan sumringah. "Cinta banget gue sama lo, Kook. Gak sia-sia minta bantuan lo."

"Iya dong, gue gitu."

"Tapi lo dapatnya darimana? Jangan-jangan ini palsu semua."

"Jangan suudzon, plis. Udin lelah digituin."

"Lebay lo. Gue mau cek dulu kebenarannya pakai tespack. Lo mending pulang aja." Jimin masuk kamarnya dengan mulut gak mutu, lalu mengusir seenak jidat.

Di dalam kamar, Jimin memandangin kertas yang diberi Jungkook. Dia bahagia banget, sampai-sampai itu kertas dia terawangin ke sana kemari, kayak lagi cek uang, itu beneran apa palsu. "Akhirnya gue dapat nomornya. Coba telepon ah."

Jimin grasak-grusuk cari hp-nya terus memasukan nomor Seulgi sampai berkali-kali hapus, kayak lagi masukin password akun aja yang keliatan cuma bintang-bintang doang. Katanya, dia takut salah telepon. Lebay tingkat maximal ini sih. Jimin dengan tangan gemetar menekan 'call' lalu dia tempelkan di telinganya. Kan gak lucu kalau di mata.

"Halo..."

"Anju, ini beneran suara Seulgi." - Jimin.

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.
Dumb-Dumb ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora