Chapter 30 - Epilogue

7.7K 335 6
                                    

Satu tahun kemudian...

Sonya sedang mengecek tugas Glenn saat mendengar suara tangisan.

"Pasti Papa bikin dede bayi nangis lagi deh," kata Glenn sambil geleng-geleng kepala. 

"Papa kamu tuh ya kalau nggak gangguin kamu pasti gangguin Cia. Glenn lanjutin bikin PR yang lain dulu ya. Bunda mau liat dede bayi."

 Jika Gerald sedang tidak mengganggu Glenn, pasti akan mengganggu Cia. Kalau Sonya marah karena sebal dengan kelakuan Gerald yang selalu membuat Cia menangis atau mengajak Glenn main padahal seharusnya dia mengerjakan PR, dengan entengnya Gerald akan menjawab, "Yaudah buat anak lagi aja yuk. Kalau Cia tidur atau Glenn lagi ngerjain PR, aku bosen nggak ada yang bisa digodain." Sonya hanya bisa pasrah melihat kelakuan ajaib suaminya. 

"Aku mau liat juga," rengek Glenn. Sonya menggeleng tegas. "Kalau PR nya udah selesai semua baru boleh liat."

Glenn cemberut tapi tidak membantah Sonya. Setelah Sonya memastikan Glenn kembali mengerjakan PR, dia langsung pergi ke kamar Cia.

"Ger, kamu ngapain Cia lagi sih?" tanya Sonya.

"Tadi aku ajak main terus sekarang dia nangis. Coba kamu diemin," ujar Gerald sambil nyengir tanpa rasa bersalah dan memberikan Cia untuk digendong.

Sonya pura-pura memasang tampang kesal karena waktu Cia anteng, Gerald suka sekali menggoda Cia sampai dia menangis. Kalau sudah menangis, pasti Sonya yang disuruh untuk mendiamkan.

"Sana kamu bantuin Glenn bikin PR. Bantuin ya jangan diajak main," kata Sonya mengingatkan.

"Iya istriku sayang." Gerald mengecup pipi Sonya dan Cia sebelum melangkah ke kamar Glenn.

Sonya bersenandung pelan sambil menggoyang-goyangkan Cia di pangkuannya untuk membuat Cia tenang.

Gracia Violetta Hadikusumo. Anak Sonya dan Gerald yang pertama. Saat mengetahui dirinya hamil, Sonya merasa khawatir dengan Glenn. Sonya takut Gerald dan keluarganya akan lebih menyayangi Cia dan tanpa sadar akan memperlakukan Glenn secara berbeda. Untungnya ketakutan itu tidak terjadi.

Gerald masih sangat menyayangi Glenn bahkan mereka pernah berantem karena Gerald selalu menuruti permintaan Glenn.

"Ger, kamu apa-apaan sih? Masa kamu iyain aja waktu Glenn minta dibeliin robot-robotan semahal itu. Glenn itu gampang bosen. Bulan depan juga udah bosen." Tidak hanya sekali Gerald membelikan mainan untuk Glenn yang harganya selangit dan membuat Sonya langsung mengamuk.

"Itu bukan aku yang beli. Mama yang beli waktu pergi ke Jepang." Kalau mertuanya yang beli, Sonya tidak bisa marah. Sonya malah bersyukur mertuanya sangat perhatian dengan Glenn. Tapi kalau Gerald yang beli, Sonya bisa marah-marah sampai seminggu.

"Sayang, udah belom marahnya? Mainannya udah dibeli juga, nggak bisa dibalikin. Jangan marah lagi dong. Lain kali nggak lagi deh." Kalau Gerald sudah meminta maaf terus menerus, biasanya Sonya akan luluh.

"Ger, aku cuma nggak mau Glenn jadi anak yang manja. Kalau tiap dia minta dibeliin sesuatu, kamu langsung beliin nanti kebiasaan." Gerald hanya mengangguk-angguk patuh sampai Sonya puas marah-marah.

Akhirnya Gerald belajar tega daripada membuat Sonya marah. Sonya selalu tahu Gerald akan menjadi ayah yang baik. Jika Gerald memanjakan Glenn, Sonya akan bersikap tegas supaya Glenn tidak menjadi anak manja.

Glenn saja dimanja luar biasa oleh Gerald dan keluarganya. Sonya tidak bisa membayangkan bagaimana mereka akan memanjakan Cia. Apalagi Cia cucu pertama Hadikusumo. Saat Sonya melahirkan saja, hadiah tidak kunjung berhenti. Padahal Cia juga masih bayi dan belum mengerti semua hadiah itu.

Untungnya Glenn juga tidak pernah iri dengan kehadiran Cia. He adores his little sister

"Cia udah tidur?" tanya Gerald saat melihat Sonya meletakkan Cia ke box tempat tidurnya.

"Udah. Kamu jangan berisik nanti dia bangun lagi. Glenn udah selesai bikin tugasnya?" tanya Sonya sambil menggandeng Gerald menjauh dari tempat tidur Cia dan membuka connecting door menuju kamar tidurnya dengan Gerald.

Setelah Cia lahir, mereka menjual apartemen dan pindah ke rumah yang lebih besar. Sonya sudah berhenti bekerja karena Gerald tidak ingin Sonya terlalu capek. Gerald juga mempekerjakan asisten rumah tangga yang akan membantu Sonya merawat rumah. 

"Udah. Trus aku bacain cerita sampai akhirnya dia ketiduran." Gerald naik ke ranjang kemudian menyalakan TV dan menepuk-nepuk sisi di sebelahnya supaya Sonya juga naik ke ranjang.

"Aku mau ganti baju tidur dulu." Sonya sudah memegang gaun tidurnya dan berjalan ke arah kamar mandi.

"Di sini aja sih ganti bajunya. Aku juga udah sering liat kamu telanjang," ujar Gerald santai tanpa memedulikan wajah Sonya yang sudah memerah.

"Nggak mau ah. Malu diliatin kamu." Walaupun sudah 3 bulan sejak melahirkan Cia, badan Sonya belum kembali ideal seperti dulu. Benar-benar butuh niat yang super besar untuk olahraga. Mana mungkin Sonya percaya diri untuk memamerkan tubuhnya yang telanjang di depan Gerald kalau begitu?

Setelah berganti baju, Sonya naik ke ranjang untuk tidur di sebelah Gerald yang masih asik nonton siaran ulang pertandingan sepak bola.

"Udah yuk tidur, Ger. Besok kamu mesti kerja kan?" Gerald masih gila kerja walaupun tidak segila dulu. Setelah Cia lahir, Gerald sudah jarang membawa pekerjaan ke rumah.

Gerald mematikan televisi dan lampu kamar kemudian berbaring sambil memeluk Sonya.

"Son..." panggil Gerald.

"Hmm."

"Nggak usah diet-diet segala. Kamu kan abis ngelahirin ya wajarlah kalo gemuk."

Sonya hanya diam, tidak menyangka kalau Gerald sadar bahwa dirinya sedang diet.

"Jadi menurut kamu sekarang aku gemuk?"

"Duh bukan gitu juga. Maksud aku tuh kamu nggak usah diet. Nanti kamu sakit. Kenapa sih wanita sensitif banget kalau denger kata gemuk?" 

Sonya tertawa. "Aku bercanda. Iya aku ngerti maksud kamu."

"Aku tetep bakal cinta sama kamu walaupun kamu gemuk," ujar Gerald sambil mencium pundak Sonya.

"Yang bener?"

"Beneran. Aku cintanya sama kamu bukan sama tubuh kamu. Mau tubuh kamu, wajah kamu berubah juga nggak akan mengurangi cinta aku ke kamu."

Merasa tersentuh dengan ucapan Gerald, Sonya menghadiahi Gerald dengan ciuman di pipi.

"Makasih ya, Ger. Kamu emang yang terbaik." 

"Aku udah ngomong semanis itu ciumannya cuma di pipi?" protes Gerald, pura-pura kesal yang membuat Sonya tertawa lagi.

"I love you, Ger."

"I love you more, Son."



P.S beneran tamat ya hahaha. Terima kasih supportnya selama ini. I'll post new story soon. have a beautiful day, beautiful people! 

BrokenWhere stories live. Discover now