Chapter 25 - Riza

4.1K 298 11
                                    

Gerald

Seharian ini gue nggak bisa berhenti senyum. Pertama, untuk pertama kalinya dalam sejarah Sonya mencium gue balik. Kedua, Sonya bilang dia bisa ngeliat dirinya jatuh cinta sama gue. Ketiga, dia lebih peduli sama reputasi gue daripada reputasinya sendiri. 

Sonya emang nggak bilang cinta sih sama gue tapi gue nggak peduli. Suatu saat gue akan denger Sonya bilang cinta. Yang penting sekarang hubungan kita ada kemajuan yang signifikan. Gue jadi tahu alasan kenapa dia nolak gue mulu. 

"Permisi Pak, Pak Handoyo sudah datang. Saya persilakan masuk saja?" tanya Vita, sekretaris gue. 

"Suruh langsung masuk. Tolong minta OB untuk buatkan minum juga. Makasih Vit."

Hari ini memang gue ada janji sama Pak Handoyo. Dia ini pengacara keluarga yang gue minta sendiri untuk mendampingi Sonya di persidangan untuk melawan Riza. Sonya nggak pernah cerita apapun karena dia nggak mau ngelibatin gue dalam masalahnya, tapi gue tetep memantau perkembangan kasusnya lewat Pak Handoyo.

Begitu Pak Handoyo masuk, Beliau langsung menyapa gue ramah. Beliau ini sudah bekerja untuk keluarga gue hampir 25 tahun dan gue udah kenal Beliau ini dari gue kecil. Benar-benar sudah dianggap seperti keluarga. 

"Selamat siang Pak Gerald," sapa Pak Handoyo sambil tersenyum hangat. 

"Ya ampun Pak panggil Gerald aja. Apa kabar Pak? Maaf membuat repot harus datang ke kantor."

"Nggak apa-apa. Saya juga mau sekalian ketemu orang tua kamu. Ternyata mereka sedang dinas ke luar kota," katanya sambil tertawa kecil.

Setelah menanyakan kabar gue, Beliau membuka tasnya dan mengambil dokumen-dokumen penting berkaitan dengan perebutan hak asuh Glenn.

"Sidang kedua minggu lalu dia dateng Pak?" tanya gue tentang Riza. Bahkan gue ogah  menyebut namanya. 

"Dia tidak datang. Hanya diwakili pengacaranya saja."

"Tapi Sonya tetap akan dapat hak asuh Glenn kan Pak?" tanya gue nggak sabar. Gue nggak peduli dengan undang-undang dan pasal, yang gue peduli apakah Sonya akan tetap mendapatkan hak asuh Glenn. 

"Kalau melihat keadaan sekarang, kemungkinan untuk Ibu Sonya untuk tetap mengasuh Glenn memang besar. Glenn berumur di bawah 12 tahun. Biasanya hak asuh anak di bawah 12 tahun akan jatuh ke ibunya. Pengadilan 4 tahun lalu juga memutuskan hak asuh Glenn jatuh ke tangan Ibu Sonya. Terlebih saya baru tahu dari Ibu Sonya kalau Pak Riza juga abusive. Ini bisa menjadi pertimbangan hakim untuk memberikan hak asuh Glenn kepada Ibu Sonya."

"Tunggu dulu... abusive?" tanya gue kaget. 

Sepertinya Pak Handoyo sadar dia sudah keceplosan berbicara karena kemudian dia mengelak dan menghirup tehnya. 

"Abusive? Saya bilang begitu? Saya tadi bilang Pak Riza itu passive. Selama 4 tahun tidak pernah sekalipun mengunjungi Glenn."

Dasar pengacara, pinter banget cari alesannya. Gue yakin gue nggak salah denger. Pak Handoyo memang bilang abusive dan Beliau juga tidak salah bicara. Setelah pertemuan dengan Pak Handoyo, gue udah nggak bisa kerja lagi. Gue percaya Pak Handoyo bisa membuat Sonya mendapatkan hak asuh. Tapi kata abusive nggak bisa hilang dari pikiran gue. Sebenernya apa yang Sonya belum ceritain ke gue?

Akhirnya gue memutuskan pulang lebih awal. Daripada nggak fokus di kantor, mending pulang ngeliat Sonya sama Glenn.

"Glenn.... Papa pulang nih." Glenn langsung lari ke pintu depan dan memeluk kaki gue.

"Papa gendong." Gue langsung mengangkat Glenn dan menggendongnya kemudian menciumnya tanpa ampun sampai Glenn tertawa-tawa sendiri.

"Bunda mana?" tanya gue yang membuat Glenn menunjuk dapur.

BrokenWhere stories live. Discover now