Chapter 3 - Make A Move

4.7K 365 1
                                    

Sonya

“Kalau aku berencana untuk jadi papanya Glenn secara permanen?”

Aku terdiam di tempatku. Aku tidak salah dengar kan?

“Maksudnya?” Aku berbalik menghadap Gerald.

“Walaupun aku punya anak sendiri, aku tetap bisa jadi papanya Glenn. Kenapa kita harus putus kontak? Kan bisa jadi papa angkat.” Aku menatapnya dengan tidak percaya. Bagaimana bisa dia berkata sesantai itu menyangkut Glenn? Bagaimana bisa Gerald bersedia menjadi papa angkat Glenn padahal baru satu kali bertemu.

Laki-laki ini memang aneh. Aku tidak mengerti jalan pikirannya.

“Ger, jadi papa angkat pun tidak semudah itu. Itu artinya kamu harus bersedia meluangkan waktu untuk Glenn, selalu ada saat dibutuhkan yah benar-benar jadi ayah yang baik. Memangnya kamu bersedia?” tanyaku dengan nada menantang. Aku melihat Gerald sebagai laki-laki serampangan yang tidak bertanggung jawab dan tidak mau ribet. Khas playboy pada umumnya. Mana mungkin dia mau mengorbankan waktu malam minggunya untuk pergi menemani Glenn jalan-jalan? Anak yang bahkan tidak punya hubungan darah dengannya.

“Aku bersedia,” jawab Gerald tanpa berpikir dan menatap lurus ke mataku. Aku melihat matanya dan mencari tatapan jahil di matanya seperti yang biasa dia lakukan, tapi yang ketemukan hanya keseriusan.

“Jangan bercanda, Gerald!” kataku akhirnya setelah pulih dari keterkejutanku karena sejujurnya walaupun aku berharap Gerald menjawab seperti itu tapi mendengarnya sendiri membuatku kaget.

“Aku serius.”

“Aku… mm… aku bahkan nggak terlalu kenal sama kamu. Aku nggak mungkin dong menjadikan seseorang yang aku nggak kenal  baik jadi papanya Glenn,” ujarku beralasan. Duh, kenapa aku jadi gugup begini.

“Loh kita kan udah kenal hampir dua tahun. Masa kamu bilang ‘nggak kenal baik’. Sakitnya tuh disini,” ujar Gerald sambil memegang dadanya dan tertawa kecil.

“Bukan gitu. Maksudnya kita kan nggak deket. Aku hanya kenal kamu sebagai rekan kerja bukan sebagai teman dekat.”

“Yaudah kalau gitu ayo kita jadi sahabatan. Mulai besok kita makan siang bareng jadi kamu bisa kenal aku.” Gerald berdiri sambil menenteng tas kerja, bersiap untuk pulang.

“Aku pulang dulu ya. Kamu mau pulang bareng?”

“Nggak!” tolakku cepat dan ini membuat Gerald tertawa lagi.

“Kalau udah sahabatan nanti kita pulang bareng ya. Sampai ketemu besok, Sonya,” pamit Gerald sambil menggodaku.

Ya ampun, segala sesuatunya malah semakin rumit, erangku dalam hati.

Gerald

Dan, sesuai omongan gue kemaren, gue nyamperin Sonya buat makan siang bareng. Sonya lagi duduk di kantin kantor bersama Niken.

“Hai ladies. Gabung ya,” kata gue sambil menaruh piring gue tanpa menunggu jawaban mereka. Mata Sonya melebar ngeliat gue, sama sekali nggak nyangka gue serius dengan omongan gue kemaren sedangkan Niken cuma menatap kita dengan penuh minat.

Suasana di meja makan sempat jadi canggung karena kehadiran gue. Sonya keliatan banget ngerasa nggak nyaman di tempat duduknya. Tapi, bukan Gerald namanya kalau tidak berhasil mencairkan suasana.

Gue sama Niken udah sibuk ketawa-tawa, tapi Sonya masih aja nggak ngerespon. Dia senyum sekilas dan tetep fokus makan. Duh, Sonya terbuat dari apa sih? Susah banget dideketinnya.

“Ya ampun, Ger, gila becanda lo ah!” ujar Niken sambil tertawa.

“Serius. Gue pernah ketemu Bu Yuni di mall. Lagi mau nge gym gitu. Dan perutnya emang buncit. Dia nggak hamil!” Niken langsung ketawa heboh.

“Ya ampun kemaren gue baru bilang sama Sonya kenapa Bu Yuni hamil mulu bayinya nggak keluar-keluar. Ternyata nggak hamil hahahaha. Gila perutnya nggak ada yang nyaingin.” Gue sama Niken lagi ngetawain Bu Yuni dari divisi sebelah yang selalu dikira hamil padahal  sebenernya perutnya aja yang buncit.

“Ken, Ger, duluan ya. Masih ada kerjaan nih,” sela Sonya tiba-tiba yang membuat tawa gue dan Niken berhenti.

“Yah, Sonya. Ya ampun makannya cepet banget sih. Yaudah bentar lagi aku nyusul ya.”

Mata gue mengekori Sonya, yang lagi-lagi sama sekali nggak terpengaruh sama keberadaan gue, nggak kaya gue yang terpengaruh banget sama kehadiran dia.

Kemana ada Sonya, rasanya mata gue langsung tau dan nggak bisa berenti ngeliatin dia.

“Foto aja Ger foto biar tahan lama,” canda Niken geli, menangkap basah gue ngeliatin Sonya.

Gue cuma bisa nyengir kuda.

“Lo suka banget sama Sonya?” tanya Niken lagi.

“Lo mau bantuin gue?”

Thank you for sticking with me :) Any vote and comment are highly appreciated. Have a beautiful day!

BrokenWhere stories live. Discover now