Chapter 15 - Agreement

3.8K 287 6
                                    

For rbkaymmia whose comment made me want to update as soon as possible.

Gerald

Walaupun kedengarannya gue kaya orang baik yang rela membantu Sonya untuk mempertahankan hak asuh anaknya, sebenernya gue sangat egois.

Gue pengen menjebak Sonya supaya dia bersedia menikah sama gue. Toh kita sama-sama untung.

Gue berhasil nikah sama wanita yang gue cintai, Sonya masih tetap mendapat hak asuh Glenn sekaligus dapat suami yang baik dan ganteng kaya gue.

"Menikah itu bukan urusan sepele dan semudah membalikkan telapak tangan, Ger," kata Sonya akhirnya. Gue bisa mendengar nada frustasi dan capek dalam suaranya. Gue merasa bersalah karena menambah beban pikiran Sonya lagi.

"Aku nggak mau Riza mengambil Glenn dan sejujurnya tawaran kamu sangat menarik. Tapi aku nggak bisa egois dan melibatkan hidup kamu. Apa untungnya kalau kamu nikah sama aku? Yang ada aku dan Glenn malah jadi beban kamu."

Banyak. Bisa ngeliat kamu setiap hari, tidur dan bangun di sebelah kamu, ngeliat kamu pake gaun tidur tipis yang seksi banget itu, kata gue dalam hati.

"Aku untung banget lagi. Dapet istri dan langsung dapet anak yang lucu. Dan aku bisa bernapas lega untuk sementara waktu karena nggak diceramahin untuk nikah terus sama orangtuaku. Kita sama-sama untung kan? Gimana kalau kita pura-pura nikah aja? Status kita menikah di atas kertas. Tapi sebatas itu. Kalau Riza sudah nggak mau ngerebut Glenn lagi, kita bisa cerai."

Gue nggak tau gue lagi mikir apa dengan mengajukan ide untuk pura-pura nikah, tapi setelah gue berhasil nikah sama Sonya, gue nggak akan mau bercerai. Gue melihat reaksi Sonya. Dia diam. Tapi tidak langsung menolak atau marah. Pertanda baik.

"Sampai kapan kita harus pura-pura?" tanya Sonya terdengar ragu.

"Sampai Riza menyerah? Mungkin setahun atau dua tahun? Setelah dia percaya kita benar-benar menikah, aku rasa dia nggak akan merebut hak asuh Glenn lagi."

Sonya mengangguk, tampak berpikir keras. Gue rasa dia sedang berdebat dengan dirinya sendiri. 

"Kamu nggak mau kan Glenn diambil Riza? Nggak ada cara yang lebih baik dari ini," bujuk gue karena gue tahu titik lemah Sonya adalah Glenn. Gue rasa kalau disuruh mendonorkan organ tubuhnya untuk Glenn, Sonya pasti mau. Dia akan melakukan apapun untuk anaknya. Seorang Ibu memang luar biasa.

"Kalau memang cara ini yang paling baik, aku setuju nikah sama kamu."

Gue terdiam saking nggak percayanya mendengar Sonya setuju nikah sama gue. Setelah beberapa detik dan tidak ada tanda-tanda Sonya bercanda, gue tersenyum bahagia. Rasanya gue pengen langsung teriak dari atas Monas, "SONYA SETUJU NIKAH SAMA GUE!!!!".

Sonya

Sejujurnya aku masih tidak yakin dengan keputusanku setuju untuk pura-pura menikah dengan Gerald.

Aku sudah pernah menikah dan gagal. Rasanya untuk menikah lagi (walaupun hanya pura-pura) tetap menguras emosi dan energiku. Belum lagi harus berbohong kepada banyak orang dan hal yang paling kutakutkan pasti akan terjadi. Orang-orang akan menghakimiku karena menikah dengan Gerald. Entah mereka akan menilaiku matre atau main dukun karena bisa menikah dengan Gerald.

Bukan hanya itu saja, aku takut akan perasaanku sendiri terhadap Gerald. Kalau aku pura-pura menikah dengan Gerald, aku pasti akan tinggal serumah dengannya. Bagaimana kalau perasaanku terus berkembang dan pada akhirnya aku tidak rela bercerai dengan Gerald?

Tapi memikirkan kehilangan Glenn lebih menakutkan lagi. Selama ini Glenn adalah alasanku untuk terus berjuang dan melanjutkan hidup. Kalau Glenn diambil juga, aku tidak punya alasan untuk melanjutkan hidup.

Karena Glenn, aku memutuskan untuk mengesampingkan perasaanku dan setuju menikah dengan Gerald.

"Jadi, kapan aku ketemu orang tua kamu?" tanya Gerald membuatku tersadar dari pikiranku sendiri.

"Kenapa mau ketemu orang tuaku?" tanyaku heran.

"Tentu saja untuk melamar kamu!"

"Ap...apa?" tanyaku kaget karena tidak menyangka Gerald akan bertindak secepat ini. 

"Walaupun kita cuma pura-pura, tapi kita tetep harus nikah beneran kan. Resepsi dan sebagainya supaya orang-orang tau kita nikah. Dengan begitu Riza juga akan percaya."

Astaga aku benar-benar tidak menyangka Gerald akan melamarku secara resmi. Aku pikir karena ini pura-pura dia tidak akan repot-repot menemui orangtuaku segala.

"Besok malam bisa?" Aku ingin cepat-cepat menyelesaikan ini sekaligus menguji Gerald, menunggunya untuk berubah pikiran. Kalau dia ingin berhenti sebaiknya berhenti sekarang.

"Aku bisa. Tapi orang tuaku belum tentu bisa. Aku harus tanya mereka dulu."

"Bagaimana kalau kamu ketemu orang tuaku dulu? Lagian orang tuaku belum tentu setuju aku nikah sama kamu. Begitu juga dengan orang tua kamu."

"Orang tuaku pasti setuju. Bahkan kalau bisa, mereka pasti akan memaksaku menikah malam ini juga sebelum aku berubah pikiran," katanya santai padahal aku bahkan belum bertemu ayahnya dan bertemu ibunya hanya sekali.

"Kamu sendiri yakin tidak akan berubah pikiran?"

"Yakin," jawabnya mantap. 

"Yaudah sampai ketemu besok," kataku seraya membuka pintu mobil Gerald.

"Aku anter kamu pulang. Kamu kan calon istriku sekarang. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa."

Calon istri............

Aku mati-matian menahan senyum. Ingat Sonya ini hanya pura-pura!

"Ger, kan hanya pura-pura. Kalau kita cuma berdua aja, nggak usah sampai segitunya."

"Walaupun pura-pura kita harus membiasakan diri, jadi keliatan natural. Supaya Riza percaya."

Kalau Gerald terus bersikap semanis ini, aku takut aku benar-benar akan jatuh cinta padanya.

Salah. Aku sudah jatuh cinta.



A/N: Aku bener-bener pengen update secepatnya tapi laptopku rusak :( Terima kasih ya sudah meluangkan waktu untuk membaca :* Have a nice day, beautiful people!









BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang