Chapter 12 - Determination

3.8K 313 22
                                    

Sonya

Aku tidak tahu ada apa dengan hari ini. Tadi, Gerald ketemu Ibu. Sekarang aku ketemu ibunya Gerald.

Kenapa rasanya susah sekali untuk tidak berhubungan dengan Gerald?

Dan yang lebih mengejutkan, ternyata ibunya Gerald bukan wanita sembarangan.

Ibunya Gerald adalah Iriana Hadikusumo, salah satu business woman paling sukses di negeri ini yang bersama suaminya adalah salah satu pemegang saham terbesar di Eagle Group. Aku bahkan pernah membaca profilnya di majalah bisnis. 

Nama panjang Gerald adalah Geraldio Hadikusumo. HADIKUSUMO. 

Astaga kenapa aku baru sadar sekarang? Sudah aku duga keluarga Gerald kaya, tapi aku tidak pernah menyangka keluarganya sekaya ini. Aku merasa sangat bodoh. Kenapa aku tidak pernah kepikiran untuk mengecek latar belakang Gerald?

Mengetahui ini aku semakin sedih. Dengan statusku sebagai janda saja sudah membuatku merasa tidak layak menyukai Gerald. Apalagi setelah tahu bahwa keluarganya sangat berpengaruh. 

Iriana Hadikusumo masih sangat cantik untuk ukuran wanita berusia lima puluhan. Make up nya tidak berlebihan. Gaunnya terlihat sederhana tapi elegan. Ia memancarkan aura keibuan. Berdiri di dekatnya membuatku merasa sangat jelek. Aku merasa seperti rakyat jelata di sebelah seorang Ratu. 

"Mama kenapa nggak telepon dulu?" tanya Gerald tidak sopan. Rasanya mau aku jitak. Ibunya adalah orang sibuk yang menyempatkan diri datang ke apartemennya dan responnya malah kurang ajar.

"Kamu yang susah ditelepon! Dasar sok sibuk. Lagian kenapa Mama harus telepon buat dateng? Ini kan apartemen anak Mama." Tante Iriana tersenyum.

"Ger, kayanya aku pulang aja," bisikku sangat pelan tapi ternyata didengar Tante Iriana yang kemudian menoleh ke arahku. 

"Ya ampun ternyata Gerald bawa teman. Maaf Tante nggak sadar. Ayo ayo masuk," sapa Tante Iriana ramah.

"Nggak usah Tante. Saya mau pulang kok," tolakku cepat. Aku merasa menjadi pengganggu. Mungkin Tante Iriana mau menghabiskan waktu dengan Gerald.

"Baru datang kok mau pulang. Ayo masuk. Tante bahkan sudah beli makan siang. Ayo makan bareng." Karena Tante Iriana memaksa, akhirnya aku ikut masuk sambil berdoa Glenn tidak bandel dan merengek-rengek pada Gerald.

Tante Iriana menatapku, Glenn dan Gerald dengan penuh minat.

"Kamu kok nggak pernah cerita punya temen dekat Sonya?" tanya Tante Iriana yang langsung aku bantah.

"Kami bukan teman dekat kok Tante. Hanya teman kerja biasa. Kebetulan saya dan Gerald baru dinas ke Bandung."

"Kalian dinas bawa anak?" Pertanyaan Tante Iriana seakan-akan Glenn adalah anak kami berdua dan entah kenapa itu membuatku malu.

"Bukan, Tante. Itu..." Duh aku jadi bingung bagaimana menjelaskan keberadaanku dan Glenn di apartemen Gerald. Kalau hanya aku saja, aku bisa berbohong dengan bilang urusan kantor. Tapi karena ada Glenn aku jadi bingung. Semua ini gara-gara ide gila Gerald.

"Jadi tadi aku sama Sonya abis pulang dari Bandung ke rumah Sonya dulu. Trus ketemu Glenn. Begitu aku mau pulang, Glenn mau ikut. Aku ajak deh kesini. Tapi Sonya nggak percaya sama aku. Jadi dia juga ikut," ujar Gerald menjelaskan. Tapi dari penjelasannya, seakan-akan menyiratkan kami lebih dari sekedar teman kerja. Aku tidak mau Tante Iriana salah paham.

"Papa ini siapa?" tanya Glenn dengan polos sambil melihat ke arah Tante Iriana.

"Glenn, ini Oma. Yuk kenalin."

BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang