Chapter 6 - Jealousy

4.5K 346 3
                                    

Dedicated to @sherlyy123 because she voted all my chapters. Thank you! It means so much <3

Gerald

Setelah hampir dua minggu gue diperbolehkan untuk mengenal Sonya lebih dekat, ternyata ada banyak hal yang gue baru tahu tentang dia. Selama ini gue pikir gue cukup mengenal dia karena seringnya gue stalkerin dia (jangan sampe Sonya tahu hal ini).

Hal-hal yang gue baru tahu tentang Sonya:

1. Dia nggak serapi dan sedisplin kaya di kantor. Di rumah dia lebih fleksibel. Dan gue seneng pas tahu ini secara gue orangnya super berantakan.

2. Dia juga nggak sekaku dan sejutek di kantor. Sonya kaya punya kepribadian ganda. Di rumah, dia bisa jadi ibu yang sangat penyayang dan super sabar buat Glenn. Di kantor? Jangan tanya. Nggak ada tuh judulnya Sonya penyayang dan sabar. Julukannya aja ratu es.

3. Dia nggak bisa masak. Dia cuma bisa masak yang gampang-gampang. Gue bersedia kok makan apapun asal makannya sama Sonya hahaha.

4. Warna favoritnya ungu.

5. Dia suka banget sama sushi.

Dua minggu ini gue berasa seneng banget karena Sonya mulai mau membuka diri walaupun hubungan gue sama dia belum banyak kemajuan. Dia masih jaga jarak tapi setidaknya dia nggak ngusir gue kalau gue main ke rumahnya.

Dan yang paling bikin gue seneng bukan main adalah dia mau telfonan sama gue dan membiarkan gue perhatian sama dia. Selama ini kalo gue telpon/sms/chat dia pasti cuma ada dua kemungkinan: ditanya ini siapa (nomer gue baru disimpen belakangan ini, emang dia jahat banget) dan langsung didiemin begitu tahu itu gue. Yap, segitu jaga jaraknya dia sama gue. Semua yang berhubungan sama gue dijauhin. Gue udah kaya penyakit menular aja.

"Ger, lo kenapa sih? Seneng amat keliatannya," sapa Bimo, teman satu divisi gue.

"Nggak kenapa-napa," jawab gue sekenanya. Anak kantor masih belum pada tahu perkembangan hubungan gue sama Sonya. Dan gue nggak berencana kasih tahu mereka dalam waktu dekat.

"Nggak kenapa-napa tapi dari tadi gue liatin nggak bisa berenti senyum. Kesambet ya lo? Jadi serem gue deket-deket lo."

"Yeee apaan sih lo. Gue kan emang orangnya ceria. Lagian masih aja percaya begituan. Bim, lo lagi liatin apa sih?" Karena penasaran apa yang diliat Bimo sampe dia tiba-tiba diem gitu, gue mengikuti arah pandangnya.

Oke, ternyata bukan apa. Tepatnya siapa yang diliat Bimo.

Sonya.

"Liatinnya biasa aja kali," kata gue sewot.

"Are you gay or something?" tanya Bimo masih sibuk ngeliatin Sonya yang baru masuk ruangan kerjanya. Dan ini bikin gue kesel. Bimo ngeliatinnya nggak nyantai kaya nelanjangin Sonya pake matanya.

"Are you pervert or something?" semprot gue balik.

"I'm just being a normal guy."

Ngeliat gue tampak nggak tertarik, Bimo ngelanjutin lagi, "Si Sonya kenapa bisa bening begitu sih? Kalo gue jadi mantan suaminya, nggak bakal gue sia-siain istri kaya gitu."

Gue suka Bimo sebagai temen, actually he is a cool guy, tapi darah gue rasanya mendidih kalo denger dia ngomongin Sonya dengan nada mesum gitu. Kalo Sonya udah resmi jadi istri gue, bakal gue tonjok si Bimo sampe otaknya nggak mesum lagi.

Bukan berarti gue munafik. Gue juga cowok tapi gue nggak mau mikirin Sonya dengan cara mesum begitu karena gue menghormati dia. Mikirin laki-laki lain berpikiran jorok tentang Sonya bikin gue kesel.

BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang