Chapter 28 - New Step

4.7K 292 3
                                    

Sonya

Ketika Riza muncul di depanku, aku hanya bisa membeku di tempat. Otakku tidak bisa diajak berpikir dan kakiku tidak mau melangkah.

Setelah sekian lama tidak bertemu, aku masih merasa seperti ini setiap kali bertemu dengannya. Takut dan cemas.

"Sonya, please please please jangan takut. Aku cuma mau ngomong sebentar. Bukan mau cari ribut." Riza tidak pernah memohon. Aku memandangnya penuh curiga.

"Kamu mau apa lagi? Masih kurang bikin hidup aku menderita? Setelah mau ambil hak asuh Glenn kamu mau apa lagi? Anceman apapun nggak akan mempan. Aku pasti akan lawan kamu abis-abisan. Aku udah nggak takut sama kamu." Aku berusaha bicara dengan penuh percaya diri, tapi kakiku tetap terasa lemas. 

"Gimana kalau aku akan cabut laporanku atas hak asuh Glenn kalau kamu bersedia ngomong sama aku sebentar? Sebentar aja. Please." Aku memandang Riza ragu. Aku tidak mau ada urusan apapun lagi dengan Riza. 

"Aku akan menepati janji. Sebentar aja Sonya," katanya lagi dengan pandangan memohon. Hak asuh Glenn lebih penting. Akhirnya aku bersedia ikut dengannya ke kafe dekat kantor. Setidaknya kalau di tempat umum, Riza tidak akan berani macam-macam.

Kami berdua sama-sama terdiam sampai pesanan kami datang. Aku menyeruput es jerukku sambil mengamati Riza untuk mengurangi rasa takutku. Secara fisik dia sangat berubah. Wajahnya pucat dan lelah. Badannya juga jauh lebih kurus. Tidak ada aura mengintimidasi. Tidak ada senyum kemenangan yang selalu kubenci.

"Aku minta maaf. Selama ini aku nggak pernah minta maaf sama kamu untuk semua hal buruk yang aku dan keluargaku lakuin ke kamu dan keluarga kamu. Maaf." Riza memandangku dengan raut muka bersalah. 

Riza minta maaf? Aku tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi. Selama pernikahan kami yang sangat singkat, dia selalu menyalahkanku dan tidak pernah sekalipun menyesal. Aku menghembuskan nafas yang tanpa sadar kutahan karena gugup.

"Aku tahu minta maaf nggak membuat sakit hati dan semua rasa sakit yang aku timbulin langsung ilang begitu aja. Tapi aku benar-benar minta maaf. Kamu boleh benci aku, tapi tolong kasih aku kesempatan buat memperbaiki itu semua."

Perkataannya membuatku mengingat kembali semua rasa sakit dan titik terendah di hidupku. Tanpa sadar aku mulai terisak dan menangis. Sonya bodoh! Masih saja menangis karena masa lalu. Masih saja lemah di hadapan Riza, kataku dalam hati mengutuki diriku sendiri. 

"Kenapa? Kenapa baru sekarang?" Kataku sambil berusaha menghapus air mata yang semakin deras. Aku memandang Riza dengan penuh kebencian. Kurang dari satu jam, dia sudah berhasil membuatku menangis dan lemah seperti dahulu. Bertahun-tahun aku berusaha melupakan itu semua, tapi pada akhirnya sia-sia ketika bertemu dengannya.

"Aku... sakit. Kanker otak. Stadium 4."

Jawabannya sama sekali tidak pernah kuduga. 

"Aku kecelakaan motor dua tahun yang lalu. Karena kecelakaan itu, aku jadi tahu ada sel tumor melalui CT scan. Awalnya aku langsung operasi untuk mengambil tumor itu. Tapi ternyata... tumor itu balik lagi dan menyebar. Aku kehilangan hampir semuanya karena kanker ini. Setiap hari aku dihantui rasa bersalah sama kamu dan... anak kita. Aku sebenernya nggak mau nuntut hak asuh Glenn. Itu ide Reza karena dia yakin kamu nggak akan pernah kasih hak asuh Glenn.

Aku nggak akan pernah ngerebut Glenn dari kamu. Kamu lebih berhak atas Glenn. Tapi aku ingin mengenal Glenn. Kalau kamu bolehin tentu aja. Lebih lagi, aku nggak mau ngancurin hidup kamu. Kamu nikah sama Gerald karena masalah hak asuh kan? Aku tau karena pengacara yang urus prenup kalian adalah temenku. Aku minta maaf karena selalu bikin kamu susah."

BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang