Chapter 28 : Sandal Jepit

2.4K 199 11
                                    

Part belum direvisi
---

Cahaya lampu temaram dan aroma nasi goreng pinggir jalan yang semerbak membuat perpaduan membahagiakan bagi Dio, apalagi ditemani gadis yang ia cintai di sampingnya, semakin lengkaplah sudah kebahagiaan Dio.

Ia menatap gadis di sampingnya yang sedang asik mendongakkan kepala, melihat bintang yang bergemerlap di langit malam.

"Ve?" Panggil Dio yang membuat Veve menoleh.

"Iya?"

"Nggak masalahkan, aku ajak makan di warung pinggir jalan gini?" Tanyanya.

Ia tersenyum, "Nggak kok, aku malah seneng bisa liat bintang-bintang itu." Veve menunjuk ke arah langit.

Dio tersenyum dan ikut mendongakkan kepalanya. "Kamu tau nggak, bintang itu ada maknanya."

"Oh ya? Emang maknanya apa?"

"Bintang itu bermakna-" Dio menoleh ke arah Veve yang sedang menatapnya juga, "Harapan." Lanjutnya sambil menatap mata Veve dalam-dalam.

"Kamu adalah bintangku, Ve." Ucap Dio, "Kamu harapan hatiku, karena hatiku ini telah memilihmu sebagai tempatnya untuk bersinar."

Veve tersenyum mendengar kalimat yang keluar dari mulut Dio tadi. "Bintang itu-"

"Kok pada ngomongin bintang sih? Lagi ada tugas ya?" Potong penjual nasi goreng itu sambil mengantarkan pesanan Dio dan Veve.

Dio meringis kecil dan tersenyum kecut karena tak jadi meneruskan kalimat romantisnya tadi.

Veve yang melihat ekspresi Dio pun tertawa, "Yang sabar ya, Dio." Ucapnya lalu meminum es jeruknya.

"Dia ganggu banget." Bisik Dio ke arah Veve. Ia lalu merampas minuman Veve dan meminumnya.

"Dio, itu kan bekas aku!" Kesal Veve.

"Kenapa?"

"Kata orang-orang sih, secara nggak langsung kita ciuman." Ucap Veve pelan.

"Emang. Tapi enak kok."

Veve melotot, "Kamu gak jijik apa?"

"Nggak, kan bekas pacar sendiri, berarti ciuman nggak langsung sama pacar sendiri." Balas Dio enteng.

Veve memukul lengan Dio, "Dio! Jangan diminum ih!"

"Kamu milih ciuman gak langsung apa ciuman secara langsung?" Tanya Dio sambil memonyongkan bibirnya ke arah Veve.

Veve yang melihat ekspresi konyol Dio tertawa dan mendorong wajah Dio ke belakang.

"Karena aku sayang kamu, jadi aku jaga kamu, aku nggak pingin ngrusak kamu dengan mengambil ciumanmu ataupun yang lainnya."

"Apaan sih lo itu, Dio."

"Kamu, Ve. Bukan lo." Dio membenarkan.

Veve mengangkat bahunya lalu memakan nasi gorengnya.

"Ve, suapin dong." Ucap Dio sambil mengerjap-kerjapkan matanya cepat, memelas.

"Gak mau, ntar nasi goreng aku cepet habis."

"Pelit amat sih."

"Biarin, biar aku cepet besar."

"Apanya yang besar, Ve?" Tanya Dio sambil tersenyum nakal.

"Tubuhku, maksudku, biar aku cepet tumbuh tinggi, kamu kira apaan?" Jutek Veve.

"Nggak kok, cepet deh makannya, udah jam 18.30. Nanti jam 19.00 kamu harus sudah nyampai rumah."

Ice Cream Prince ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang