CHAPTER 3 : Terlambat

4K 277 17
                                    


Pagi ini, Veve berlarian menuju kelas, ia terlambat, padahal hari ini adalah hari terakhir pelajaran sebelum ujian kenaikan kelas.

Sembari berlari, ia melihat jamnya. Veve melotot lalu mempercepat langkahnya, terlalu cepat hingga akhirnya ia kehilangan keseimbangan di depan kamar mandi karena terjegal kakinya sendiri.

Veve yang malang, beruntung keadaan sudah sepi.

"Aw!" ringis Veve kesakitan.

"Ngapain lo duduk di situ?" Suara dari arah kamar mandi membuat Veve menoleh, dia adalah Rey dan sedang memandang Veve yang duduk dengan posisi miris.

Seperti hantu suster ngesot yang siap untuk mengesot. Poor Veve.

"Gue gak duduk, gue jatuh, Bego! Lo gak liat gue kesakitan gini?"

Rey memandang Veve sekilas lalu pergi tanpa sepatah kata.

"Sialan, gak ditolongin!" makinya lalu menatap jam yang melingkar dipergelangannya lagi.

"Mampus! Telat 15 menit! Bisa ngamuk nih Bu Albert."

Veve berdiri dan berlari ke arah kelas, mengabaikan rasa sakit di kakinya.

Saat sudah sampai di depan pintu kelas, Veve menelan saliva susah payah dan memberanikan diri untuk mengetuk pintu kelas.

"Masuk!" sahut Bu Albertina, guru yang sedang mengajar.

Veve menarik nafas panjang sebelum membuka pintu.

"Permi-" ucapan Veve dipotong.

"Kenapa kamu baru datang?" potong Bu Albertina yang terkenal killer di sekolahan.

"-si," lanjut Veve pelan.

"Darimana saja kamu?"

"Em,, nganu-"

"Nganu-nganu apa? Kamu terlambat seperempat jam!" bentak Bu Albertina. "Keluar!"

"Tapi, Bu-"

"Nggak ada tapi-tapian! Keluar!"

Veve tersenyum miris lalu menutup pintu kelas.

Nasib buruk memang sedang menimpanya.

Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, sudah jatuh betulan, ditambah enggak boleh masuk ke kelas pula.

Dengan berat hati, Veve menuju ke kantin sekolah, ia tidak mungkin menunggu di depan kelas sendirian seperti orang bodoh, lebih baik ia duduk di kantin.

"Sial, masih belum masuk kelas udah disuruh keluar, baru aja buka pintu!" gerutu Veve, masih merasa sebal karena kelakuan guru tadi.

"Kenapa, Neng?" tanya Pak Supar heran, ia adalah pedagang di kantin sekolah.

"Eh? Emang saya kenapa Pak?" tanya Veve.

"Eneng kenapa marah-marah sendirian? Eneng sehat?"

Mampus! Dikira orang gila nih gue. Batin Veve.

"Sa-saya lagi ... lagi," Veve berpikir keras. "Oh, lagi latihan drama!"

"Oh, iya udah, Neng, dilanjutin lagi ya latihannya," ucap Pak Supar lalu melangkah pergi.

Melihat Pak Supar yang sudah melangkah pergi, Veve menghela napas lega.

"Untung percaya."

Sambil menunggu jam pelajaran Bu Albertina selesai, Veve membuka instagramnya, namun matanya membelalak ketika kiriman pertama yang ia lihat sangat janggal.

"Ini kan, foto pas Rey nabrak gue tadi pagi."

Ternyata fansnya Rey up to date juga, tapi kalau dipikir-pikir, Rey ganteng sih, ah, apaan sih.

Veve pun membuka akun tersebut dan tercengang.

Walaupun foto-foto di akun tersebut adalah candid, namun, hasilnya sangatlah bagus, seakan-akan, dia memang sedang berpose seperti itu.

Kenapa gue jadi mikirin si Rey?

Bel pergantian pelajaran sudah bunyi, Veve langsung bergegas ke kelas.

🍦🍦🍦

"Dari mana aja lo?" tanya Sasa, tepat saat Veve duduk di bangkunya.

"Gue tadi ke kantin, masak gue mau nungguin Bu Albertina selesai di depan kelas?" ucapku sedikit bergurau.

"Emangnya lo kenapa sih sampe telat? Tumben banget?"

"Ceritanya panjang banget, gue bangun kesiangan, terus sampe sini udah telat 11 menit, nah terus di koridor gue jatuh, terus gue marahin orang, eh dianya nggak respons sama sekali, minta maaf kek, tolongin gue kek, enggak! Gila kan?" keluhku pada Sasa.

"Emang siapa?" tanya Sasa kepo.

"Rey," ucap Veve malas.

"Serius lo?"

"Iya, dan lo harus tau." Veve mengambil ponsel dan memberikannya pada Sasa.

"Ini foto Rey, terus kenapa?"

"Ini foto pas Rey liat gue jatuh tadi pagi!" ucapku.

"Terus kenapa? Eh, fansnya cepet update ya."

"Lo tau nggak? Untung gue gak ada di foto itu, kalau ada kan pasti malu banget gue, lo gak tau sih, muka gue udah kayak orang keburu mau ke toilet tau gak!"

Sasa tertawa keras.

"Harusnya ada dong, biar fansnya Rey pada tahan tawa liat muka lo yang-"

Takk

Veve menjitak kepala Sasa.

"Diem! Udah ada gurunya!" ucap Veve lalu fokus ke pelajaran yang sedang berlangsung.

🍦🍦🍦

Bel pulang berbunyi, kini, Sasa dan Veve sedang berada di halte depan sekolah menunggu jemputan.

Sasa sedang memandang ke sebrang jalan. Ia melihat sesuatu yang mengganjal.

"Eh, gue udah dijemput, gue duluan ya," pamit Veve.

Sasa mengangguk.

"Iya, tiati di jalan."

Mobil jemputan Veve sudah berlalu, tak lama, jemputan Sasa juga sudah sampai.

Saat Sasa sudah berada di rumah, ada sesuatu yang mengganjal di pikiran Sasa.

Tadi yang di sebrang jalan kan si Rey. Ngapain dia liatin Veve gitu? Batin Sasa.

🍦🍦🍦

#21/12/2016

Revisi : 11 Juli 2017

Ice Cream Prince ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang