Chapter 12 : Dia Dio

2.8K 222 22
                                    

Sinar sang rembulan kini menghiasi langit. Embusan angin malam terasa dingin menusuk hingga ke dalam tulang. Suara binatang malam saling bersahutam seakan sedang berkomunikasi. Veve sekarang sedang berada di balkon kamarnya. Menepis rasa kantuknya dengan hawa dingin di balkon kamar.

"Ini instagramnya Rey? Dia follow gue!" pekik Veve saat melihat pemberitahuannya.

"Astaga, sejak kapan dia punya instagram, perasaan, kayaknya, dia juga nggak punya hp?"

Ia membuka akun instagram Rey.

"Masih baru ternyata, followers-nya masih 15 orang."

"Gue follback deh, buat nambah followers-nya dia." Veve tersenyum geli.

Tak lama kemudian. Ponselnya bergetar.

Sasa is calling.

"Halo, Sa?"

"Ve, gue di depan kamar lo. Bukain sekarang!" ucap Sasa.

"Hah? Ngapain lo? Nggak usah bercanda. Nggak lucu!"

"Siapa yang bercanda sih! Bukain."

Veve pun segera berlari untuk membuka pintu kamarnya.

"Halo hai!" sapa Sasa girang.

"Ngapain lo kesini?"

Sasa menginjak kaki Veve hingga mengaduh kesakitan. "Bukannya disuruh masuk malah nanya kek begituan! Dasar!" ucap Sasa lalu dengan santainya masuk ke dalam kamar Veve.

Veve menggelengkan kepalanya melihat tingkah Sasa, ia mengunci pintu kamar, dan menghampiri Sasa.

"Sa, gue ada berita besar!" ucap Veve sambil ikut berbaring di samping Sasa.

"Apaan?"

"Rey punya instagram!"

"Hah? Serius? Real akun bukan?" tanya Sasa.

Veve menggedikkan bahunya tanda tak tahu.

"Btw, lo ngapain ke rumah gue, nggak bilang-bilang lagi."

Sasa nyengir ke arah Veve. "Lupa mau ngabarin."

"Dasar pikun!"

"Bokap sama nyokap gue pergi ke luar kota. Nah, mereka nitipin gue ke orangtua lo. Jadi gue nginep deh di sini. Lagian, gue juga punya berita besar!"

"Berita besar?"

"Iya, gue-" Ucapan Sasa terpotong karena ada telpon yang masuk di ponselnya.

"Bentar-bentar." Sasa mengangkat telpon.

Veve memejamkan matanya. Namun sekelebat bayangan Dio yang sedang tersenyum miring datang membuat Veve langsung membelalakkan matanya.

"Astaga, ngapain tuh setan lewat di pikiran gue?"

"Setan apaan?" sahut Sasa yang telah selesai menerima telpon.

"Setan murid baru."

"Maksud lo?"

Pintu kamar diketuk terdengar. Veve segera membukanya.

Mamanya membawakan 2 gelas minuman dingin.

"Nih, Mama bawain minum. Kalau laper langsung cari makan di dapur ya," ucapnya pada Veve.

"Sayang, ini minumannya diminum, kalau butuh apa-apa bilang aja, jangan sungkan-sungkan, anggap saja rumah sendiri," lanjutnya pada Sasa.

"Iya, Tante Reva. Makasih ya."

"Yasudah, Mama tinggal dulu. Tidur jangan malem-malem!"

"Siap, Ma!"

Veve menaruh nampan berisi minuman itu di atas nakas lalu mengunci pintu kamar.

"Eh, setan yang lo maksud tadi apaan?" tanya Sasa penasaran.

"Nih minum dulu," ucap Veve lalu memberikan minuman pada Sasa.

Sasa meminumnya. Masih dalam kondisi menengguk minuman, Veve berkata kepada Sasa. "Dia Dio! Setan yang gue maksud itu makhluk yang namanya Geral Ferdio Alexander-" Ucapan Veve terhenti karena tiba-tiba Sasa menyemprotkan minuman yang diteguknya ke arah Veve.

"SASA! JOROK BANGET IH!" pekik Veve sambil mengelap mukanya yang basah.

"Sorry-sorry. Lo bilang siapa barusan?"

"Geral Ferdio Alexander!"

"Anjir! Lo udah ketemu sama dia? Dia lagi jadi trending topic di sekolahan kita. Itu tadi berita besar yang mau gue omongin! Bakalan jadi new most wanted!"

"Berita besar apaan, dia itu gak lebih dari setan idiot tau nggak!"

"Makanya, join di grup line jaman kelas 10 dulu dan grup kelas lo sekarang, jadi nggak ketinggalan berita! Lo serius udah ketemu sama dia?" tanya Sasa lagi.

"Ogah, males gue. Chat di grup itu, yang baca 20 yang bales cuman 2, sakit hati dedeq! Iya, gue udah ketemu tuh kunyuk! Lo tanya sekali lagi dapet piring cantik loh!" geram Veve.

"Emang kapan lo ketemu? Dan kenapa lo kelihatan kesel banget sama dia?"

"Ceritanya panjang!"

"Sepanjang apa sih? Udah cerita aja gue dengerin!"

Veve mengembuskan napas kasar dan mulai bercerita kejadian saat bertemu dengan Dio di sekolahan dan saat ia dipaksa oleh Dio. Namun tentu saja ia tidak menceritakan bagian ia menutup mata karena mengira Dio akan menciumnya.

Itu sangat memalukan bagi Veve.

"Astaga, Veve!" pekik Sasa.

"Kenapa?"

"Gue takut lo jadi targetnya Dio."

"Target apaan? Lo kok tau banyak tentang Dio?"

"Target incarannya Dio! Dia itu playboy, katanya sih gitu. Kan udah gue bilang dari grup kelas, mereka lagi heboh ngomongin Dio. Dio itu pernah sekolah di sekolahan kita pas MOS, dia baru masuk MOS, dia udah pacaran sama 2 pentolan sekolah! Pertama Kak Sherly, terus Kak Laysa, bahkan mereka berdua berantem gara-gara Dio. Tapi baru beberapa hari dia resmi jadi murid, Dio pindah ikut orangtuanya, tapi gak tau kenapa, dia balik ke sekolahan kita lagi," jelas Sasa lalu menguap lebar.

Veve bergidik ngeri dan menutup matanya. "Playboy kelas kakap, jauh-jauh lo dari hidup gue," ucapnya seakan sedang berbicara pada Dio.

"Eh, tapi Rey-" Veve berhenti bicara saat melihat Sasa sudah tertidur.

Veve mendengus kesal. "Dasar kebo!"

Sebelum benar-benar tertidur, ia berdo'a.

God, jauhin gue dari Dio.

🍦🍦🍦

#23-02-2017
Revisi : 8 Agustus 2017

Ice Cream Prince ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang