Chapter 14 : Perlindungan

2.7K 215 46
                                    


Dio sedang bermain basket bersama teman-temannya. Bel pulang telah berbunyi 5 menit yang lalu, namun masih banyak kaum hawa yang tetap di sekolah untuk melihat Dio DKK.

Dengan lincah, Dio men-dribble bola dan menembak ke dalam ring. Bola masuk, dan tepuk tangan dari penonton terdengar.

Dio mengelap keningnya yang penuh peluh dengan handuk kecil lalu mengacak-acak rambutnya. Hal itu membuat siswi yang melihatnya histeris.

"Astaga, gue mau jadi handuknya!" pekik seorang siswi.

Dio yang mendengar hal itu menoleh ke arah sang siswi, tersenyum, dan mengerdipkan sebelah matanya.

Siswi itu melotot. "Kak Dio senyum ke gue!" ucapnya heboh. Ia melihat ke arah Dio lagi, ia sedang melambaikan tangan ke arahnya. "Aaa!! Gue baper anjir!!!!" teriak siswi itu dan berlari pergi dari lapangan.

Teman-teman Dio yang melihat hal itu menggeleng-gelengkan kepala takjub.

"Anak orang lo buat baper, Dio," ucap Gara.

"Gue nggak ngarasa buat baper tuh orang kok," elak Dio santai.

"Orang ganteng mah bebas. Bener gak?" tanya Liam.

"Bener, Bro," jawab Dio lalu ber-high five.

"Dio!" panggil seseorang. Dio pun penoleh dan melihat Sherly, mantannya Dio semasa MOS dulu.

"Ngapain tuh nenek lampir kesini?" gerutunya.

Teman-teman Dio yang mendengarnya melotot. "Bidadari gitu dibilang nenek lampir! Sarap lo?" hardik Gara.

"Hai?" sapa Sherly.

"Ngapain panggil-panggil gue?" tanya Dio langsung.

"Gue cuman mau ngasih ini, kok." Sherly menunjukkan botol minuman.

Ia membuka tutupnya dan memberikan pada Dio.

"Gue gak mau," tolak Dio.

"Kenapa? Ini masih dingin kok, baru aja beli. Udah gue bukain juga tutupnya," ucap Sherly, berharap jika Dio mau menerima pemberiannya, namun yang Dio lakukan hanya memutar bola mata malas, dan tak sengaja, pandangan Dio beralih pada Veve yang sedang berjalan di samping lapangan basket bersama Sasa sambil membawa botol minuman di tangan kanannya.

Tanpa pikir panjang, ia langsung berlari ke arah Veve, mengabaikan Sherly dan mengambil minuman di tangan Veve yang tinggal setengah botol.

"Minuman gue!" pekik Veve.

"Gue haus," ucap Dio tanpa merasa bersalah.

"Terus kenapa minuman gue yang lo minum? Beli sana di kantin! Kere lo? Gak punya uang?" maki Veve.

"Makanan lo, makanan gue juga. Minuman lo, minuman gue juga."

"Sejak kapan lo bisa nentuin kayak gitu ha?"

Merasa gemas dengan Veve, tangan Dio pun terulur untuk mengacak-acak rambut Veve.

Veve memukul tangan Dio. "Ngapain lo pegang-pegang rambut gue? Ngefans lo?" maki Veve lagi.

"Cuman mastiin nggak ada paku di kepala lo," ucap Dio yang membuat Sasa menahan tawanya.

"Lo kira gue setan? Gue manusia!"

"Iya, lo calon pacar gue."

Veve memasang wajah jijik dan menarik tangan Sasa untuk berjalan lagi menuju gerbang.

Di lapangan, Sherly yang melihat hal itu melemaskan tangan yang sebelumnya terulur untuk memberikan minuman pada Dio. Minuman itu pun tumpah ke lapangan, Sherly meremas botol minuman yang sudah kosong itu sambil berkata, "Gue nggak akan tinggal diam! Gue bakal bikin perhitungan sama lo." Ia melemparkan botol tadi sembarang arah lalu pergi dari lapangan basket. Teman-teman Dio yang melihat dan mendengarnya saling bertatapan.

Dio datang dan merangkul pundak sahabatnya. "Cabut yuk!" ajak Dio.

"Gawat! Sherly bakal berulah lagi!" ucap Manu.

Dio melepaskan rangkukannya dan mengernyit. "Maksud lo?"

"Sherly kayaknya nggak terima atas perlakuan lo tadi. Dan dia kayaknya ngincer Veve jadi bahan bully-an."

Manu mengangguk. "Iya, lo harus jagain Veve."

"Gue setuju. Lo tau sendiri, dia orangnya gimana?" tanya Liam.

"Selalu ngehalalin segala cara buat dapetin yang dia inginkan," sahut Gara.

"Dia bahkan tega fitnah Laysa, lo inget Laysa, 'kan? Mantan lo setelah pacaran sama Sherly dulu, sampe dia dikeluarin dari sekolah ini."

"Sherly tega ngelakuin itu?" tanya Dio tak percaya.

"Iya, tapi untungnya siswa-siswi di sini tau kebenaran atas fitnahan Sherly."

Dio mengangguk dan tersenyum samar.

"Gue bakal jagain Veve. Gue gak pengen dia kenapa-kenapa. Karena dia ... Milik gue!"

Di sisi lain lapangan, Rey menyaksikan semuanya. Dari awal hingga akhir.

Ia mengepalkan tangannya hingga ujung kukunya memutih.

"Gue gak akan biarin lo ngapa-ngapain Veve! Cukup Laysa aja korban lo, Sherly! Cukup Laysa!!!" marah Rey sendirian dan berlalu.

🍦🍦🍦

Aku pengen jadi Veve astaga! 😂 dikelilingi cogan yang siap melindunginya. 😁

Pas baca, bayangin kalau Veve adalah kamu! HAHAHA.

#25-02-2017
Revisi : 11 Agustus 2017

Ice Cream Prince ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang