Anak Baru

89.3K 7.2K 657
                                    

Mari ku kenalkan pada sosok yang menarik perhatianku tanpa sadar. Sosok yang jauh dari sesuatu yang aku idam-idamkan, sosok yang menenggelamkan rasa yang telah lama ku simpan. -Sebastian joel (Tian)

***
Pukul enam tiga puluh. Gani berhasil memarkirkan mobilnya di area parkir fakultas ekonomi dan bisnis, Forden University. Matanya mengedar ke sekeliling, pemandangan kampus Vino aneh sekali pagi itu.

"Lo nggak salah ngampus jam segini? Kampus lo aja masih sepi. Gue nggak yakin pintu fakultas lo udah buka."

"Emang belum buka." Kata Vino santai. Kedua kakinya kini naik ke atas dashboard dengan posisi menyilang.

"Katanya lo aja ujian!" Suara Gani meninggi. Ada kesan tak terima dalam nada bicaranya. Vino terkekeh.

"Emang. Tapi nanti siang. Sekarang gue mau tidur dulu." Vino membenarkan posisi tubuhnya. Dengn cepat tangannya mencabut kunci mobil dan langsung memasukan benda itu ke dalam sakunya.

"Sekolah lo dari sini nggak jauh-jauh amat 'kan, Gan?" Cowok itu menyunggingkan senyuman manis ke arahnya. Menatap Gani dengan mata sayunya itu. Gani mengernyit.

"Maksud lo?"

"Masa nggak ngerti sih?! Gue 'kan nggak bawa mobil, dan gue pulang lebih dulu dibanding lo. Nanti gue pulang ke rumah naik apa hayo? Nggak mungkin taksilah, ntar nyonya besar Kezia ngamuk kalau gue anterin pulang naik taksi. Jadi, gue pinjem mobil lo ya. Nanti gue jemput deh! Lo pulang jam berapa? Jam tiga 'kan? Lagian jalan kaki di pagi hari itu sehat banget lho, Gan--"

Brakk!!!

Ucapan Vino terputus karena suara bantingan keras pintu mobil. Dan saat menoleh, Gani sudah tak ada di tempat duduknya. Cowok itu sudah berada di luar mobil, berlari menjauh seraya menyampirkan ransel hitam di bahunya.

Vino tersenyum puas. "Adik gue emang pinter. Cepet banget ngertinya."

***
"HAI, GUYS!!! PAGI!!!"

Suara nyaring Bebi berhasil menghebohkan seisi kelas. Bahkan, Robi, si tukang tidur, cowok pemalas yang kalau tidur kayak orang mati saja sampai melompat dari kursinya dengan mata melotot. Kasihan sekali! 

"Liat deh! Kayaknya ada yang beda." Bisik Maura. Sheryl mengangguk, tanpa tahu dengan jelas di mana letak perbedaan Bebi pagi itu. Sampai akhirnya Maura kembali berbisik. "Tasnya."

Mata berkaca mata Sheryl langsung otomatis mengarah ke bahu Bebi, menemukan Totebag yellow dengan bahan kulit menggantung di sana. Anehnya, kalau Sheryl tak salah ingat, beberapa hari yang lalu Gladis juga mengenakan tas yang sama, hanya berbeda warna saja.

"Sepatunya, Sher." Maura berbisik lagi.

Dengan cepat Sheryl menemukan converse berwarna hitam yang membalut kaki cewek itu, di beberapa bagiannya menempel plester warna-warni bergambar binatang-binatang. Style seperti itu baru beberapa hari lalu dikenakan Siska dan langsung diikuti cewek-cewek satu sekolah esok harinya (Sheryl dan Maura nggak termasuk.)

"Hai, genk!" Bebi tersenyum ke arah mereka seraya meletakan tas dengan warna yang menyakitkan mata itu di atas meja miliknya, tepat di belakang tempat duduk Sheryl.

Sheryl memutar tubuh. Kedua tangannya kini menopang dagu di atas meja. "Tas baru ya?"

Bebi nyengir. "Iya. Kemarin nitip sama bokap yang lagi liburan ke Aussie."

"Keren banget." Komentar Sheryl tanpa bisa menahan nada terpukau pada ucapannya.

Senyum di bibir Bebi makin mengembang. Gadis itu lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Sheryl dan Maura yang masih sibuk mengagumi totebag miliknya.

BeautyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang